Pengelolaan DAS yang Buruk Memicu Ragam Masalah Kesehatan

oleh -515 kali dilihat
Pengelolaan DAS yang Buruk Memicu Ragam Masalah Kesehatan
Ilustrasi DAS - Foto/Prelo
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang buruk ternyata dapat memicu ragam masalah lingkungan dan kesehatan. Hal ini jadi topik diskusi bertema “Pengelolaan DAS dalam Mendukung Era New Normal”, Rabu, 24 Juni 2020.

Tema ini dipilih seiring peringatan hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 Juni.

Dr. Budi Hadi Narendra dari Pusat Penelitian Pengembangan Hutan (P3H) Balai Litbang dan Inovasi (BLI)KLHK yang hadir sebagai narasumber menerangkan bahwa kesehatan masyarakat diantaranya dipengaruhi oleh ketersediaan sarana prasarana kebersihan dan air bersih, juga dipengaruhi oleh keberlanjutan pengelolaan DAS.

“Kunci untuk keberlanjutan DAS adalah tidak terlampauinya daya dukung dan daya tampung. Di masa pandemi Covid 19 ini, pengelolaan DAS diharapkan dapat mendukung kekebalan atau imunitas tubuh, kebersihan diri, dan lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, ketersediaan sumber pangan berkualitas, dan lingkungan yang sehat,” lanjutnya.

KLIK INI:  Liestiaty F Nurdin Sadarkan Pelajar Parepare akan Bahaya Plastik

Oleh sebab itu, Budi menyarankan perlunya deteksi dini dan pembenahan terhadap degradasi sumberdaya air, serta mengintegrasikan pengetahuan epidemiologi dalam lingkup pegelolaan DAS.

Hal yang sama diterangkan, Dr. Agung Budi Supangat dari BLI KLHK, terkait Fungsi DAS dalam Mitigasi Bencana Hidrometeorologi. Menurut Agung, sebagian bencana alam adalah akibat buruknya pengelolaan DAS. Sebaliknya, banyaknya bencana alam menyebabkan DAS tidak sehat.

“Perencanaan pengelolaan DAS harus mempertimbangkan aspek rawan bencana. Begitu pula perencanaan mitigasi bencana harus berbasis DAS, khususnya dalam identifikasi daerah rawan bencana (potensi/kerentanan),” jelasnya.

Sebagai langkah mitigasi bencana, Agung menyarankan agar dilakukan kegiatan konservasi tanah dan air (KTA) berupa restorasi kawasan, rehabilitasi hutan dan lahan, dan bangunan sipil teknis yang sesuai pada DAS sesuai dengan tingkat kerentanannya.

“Era new normal menjadi momentum penting untuk lebih peduli lingkungan khususnya DAS, pengelolaan DAS harus tetap jalan, termasuk dalam kerangka mitigasi bencana,” pungkas Agung.

KLIK INI:  Saatnya Utamakan Peran Vegetasi untuk Cegah Longsor
Pengelolaan DAS harus optimal

Dengan demikian, tata kelola DAS yang optimal di era new normal harus dilakukan. Perlu menekankan pada peningkatan fungsi KISS (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergi), terutama antar stakeholders lintas wilayah administrasi.

Selain itu menjaga hutan juga menjadi hal yang tidak boleh dilupakan sebagai langkah utama dalam menjaga keberlangsungan sistem DAS.

Pesan tersebut disampaikan oleh Profesor Riset Pratiwi, peneliti pada Pusat Litbang Hutan, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK.

“Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran bahwa, membatasi kegiatan manusia di dalam hutan atau vegetasi permanen, berpengaruh positif terhadap regenerasi alami tumbuhan,” terang Prof. Pratiwi.

Prof Pratiwi melanjutkan jika ingin menjaga keberlanjutan pengelolaan DAS, hutan yang masih tersisa hendaknya dikelola secara bijaksana.

“Dengan semaksimal mungkin dan tetap mempertahankan tutupannya agar kondisi tata air terjaga, dan pada akhirnya berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat,” terangnya.

Sejalan dengan itu, dalam sambutan pembukaan oleh Kepala P3H, Kirsfianti L. Ginoga, disebutkan juga jika pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid 19, pada satu sisi turut memberikan dampak positif terhadap alam seperti meningkatnya kelahiran satwa liar, menurunnya tingkat CO2 dan meningkatnya ketersediaan oksigen.

KLIK INI:  KLHK Mendapat Anugerah Kearsipan, Ini Pesan Menteri Siti!