Budaya A’jonga akan Kembali Hadir di Takalar

oleh -240 kali dilihat
Talk show KSDA
Talk show yang diadakan Balai Besar KSDA membahas wisata berburu Ko'mara, Takalar
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com –  Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sulsel mengadakan Talk show bertemakan Promosi Penguatan ‘Nomadic Tourism’ Taman Buru Ko’mara Destinasi Wisata Unik Sulsel di di Café Liberica.

Hal ini dilakukan sebagai upaya peningkatan pengembangan wisata Taman Buru Ko’mara yang terletak di Kabupaten Takalar. Sebagai bagian yang terintegrasi dengan pengembangan wisata bertaraf internasional di Sulsel

Di sisi lain kegiatan itu bertujuan mempromosikan potensi wisata Taman Buru Ko’mara agar pengelolaan wisata buru dapat berkembang.

Sehingga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan penghargaan terhadap tradisi budaya setempat.

Setidaknya ada 6 topik yang dibahas dalam talkshow yang diadakan, Kamis 24 Januari 2019 kemarin. Yaitu  kebijakan dan strategi pengembangan Nomadic Tourism (Taman Buru) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH).

Strategi percepatan pengembangan wisata alam di Sulsel, dukungan dan peluang investasi pengembangan wisata alam Taman Buru Ko’mara.

Strategi akselerasi destinasi wisata alam bertaraf internasional di Sulsel, dukungan pemda  untuk percepatan pengembangan wisata Taman Buru Ko’mara, perspektif perbakin terhadap pengembangan model wisata Taman Buru Ko’mara.

KLIK INI:  Perihal Wacana Penutupan Kawasan Taman Nasional Komodo, Begini Tanggapan KLHK
Taman Buru Ko’mara salah satu taman buru di Indonesia

Kepala Balai Besar KSDA Sulsel, Ir.  Thomas Nifinlury dalam sambutannya menyampaikan, berdasarkan peraturan perundang-undangan, taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat diselenggarakan perburuan secara teratur.

Taman Buru Ko’mara merupakan salah satu dari 13 (tiga belas) taman buru yang terdapat di Indonesia yang fungsinya sebagai taman buru belum terkelola secara optimal.

Konsep Wisata Buru Di Taman Buru Ko’mara diintegrasikan dengan agrowisata dan penangkaran rakyat, dalam talk show ini juga dilaksanakan launching buku Taman Buru Ko’mara (Mengembalikan Sejarah  Perburuan  di  Kawasan  Hutan  Ko’mara)  dan  wisata  alam  Sulsel.

Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) KLHK menyampaikan potensi wisata alam di kawasan konservasi di Indonesia sangat banyak, mulai dari taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, termasuk taman buru.

Wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik tertarik mengunjungi objek  wisata karena keindahan kebudayaan dan wisata alamnya.

Wisata alam dengan nomadic tourism tidak mudah dilakukan karena regulasi-regulasi yang ada belum terlalu mendukung.

Selain itu, proses perijinannya memerlukan waktu yang relatif lama sehingga perlu dilakukan terobosan-terobosan.

Menjadikan Sulsel destinasi wisata bertaraf internasional

Ketua Tim Percepatan Pembangunn Daerah (TP2D) Prof. Yusran Yusuf menyampaikan misi Gubernur Sulsel salah satunya menjadikan Sulsel sebagai destinasi wisata yang bertaraf internasional.

Dalam mewujudkan itu, memerlukan kerjasama dari berbagai pihak dan pembangunan infrastruktur. Ini untuk mendukung kegiatan kepariwisataan salah satunya dengan pembangunan rest area.

KLIK INI:  Dilematis, Menutup Taman Nasional Komodo Berarti Memutus Rantai Ekonomi

Deputi Bank Indonesia mengatakan,  keindahan pariwisata alam di Sulsel  tidak kalah dengan Bali, tetapi perlu dukungan pembangunan infrastruktur.

Sektor pariwisata di Sulsel diharapkan menjadi enzim dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Peluang investasi dari sektor pariwisata perlu stimulus dari pemerintah. perbankan yang ada yang telah dibantu oleh pemerintah dalam bentuk bunga subsidi.

Dukungan pengembalian budaya a’jonga

Kepala Bappeda Kab. Takalar mengatakan apresiasi diberikan kepada seluruh pihak yang telah bersama-sama membantu dan memikirkan untuk pengembangan nomadic tourism di Taman Buru Ko’mara.

Pemerintah daerah sangat mendukung untuk mengembalikan kebiasaan a’jonga yang merupakan kebudayaan yang ada di Takalar yang telah dilakukan sebelum kemerdekaan Indonesia.

Pemerintah daerah juga akan mengembangkan wisata kebun di daerah tersebut sebagai bagian dari pengembangan wisata.

Sedangkan Ketua Harian Perbakin, Irawan Abadi berharap agar Taman Buru Ko’mara ini dapat beroperasi dengan segera sebagai sarana penyaluran hobi berburu bagi anggota perbakin secara legal.

Diharapkan  dengan  pengembangan  nomadic  tourism  di  Taman  Buru  Ko’mara  dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.

Terjaganya budaya dan kearifan lokal di daerah Takalar, meningkatkan perekonomian daerah, dan  terjaganya kelestarian hutan di kawasan tersebut.

KLIK INI:  Kampoeng Bambu, Sebuah Upaya Merawat Warisan Leluhur