Analisis Pakar: Selain Kebijakan, 3 Hal Ini Perlu Dilakukan Menangani Hulu Sungai Bermasalah

oleh -286 kali dilihat
Analisis Pakar: Selain Kebijakan, 3 Hal Ini Perlu Dilakukan Menangani Hulu Sungai Bermasalah
Andang Suryana Soma
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Kerusakan di hulu sungai menjadi pemicu banjir tahunan di Kota Makassar dan sekitarnya. Diperparah lagi dengan kasus penebangan liar di hutan seperti yang terjadi di kabupaten Gowa belum lama ini.

Pakar lingkungan dan kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas), Andang Suryana Soma, P.hD., menyoroti masalah hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melewati wilayah Makassar dan sekitarnya.

Alumni Kyushu University Jepang ini melihat perlunya setiap DAS memiliki penyerapan air yang baik. Kalau DAS memiliki penyerapan air, setinggi apa pun curah hujan tidak akan berdampak banjir.

Menurutnya, pemerintah daerah punya peran penting dalam memperlakukan DAS. Dibutuhkan kerjasama terintegrasi yang saling mendukung, demi mengembalikan daya dukung lahan.

“Pemerintah lintas sektor perlu bekerjasama untuk mengembalikan fungsi penyerapan air, misalnya di hilir untuk mengendalikan banjir,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah dapat membuat daerah tangkapan air berupa waduk tunggu. Hal ini dapat pula berfungsi sebagai objek wisata. Pembangunannya dilakukan oleh lintas sektor. Dan di dalamnya,  masyarakat berkewajiban untuk menjaganya.

Masyarakat bisa diberikan pendidikan semisal untuk membuat sumur retensi yg berfungsi untuk menyerapkan air ke dalam tanah yg dibuat di pekarangan rumahnya

KLIK INI:  KLHK Mendapat Anugerah Kearsipan, Ini Pesan Menteri Siti!

Inovasi seperti ini dapat dilakukan dengan kebijakan terintegrasi. Sayangnya, konektivitas lintas daerah melalui konsep Maminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar) belum memakai pendekatan ekosistem lingkungan.

“Sejauh ini saya belum melihat secara pelaksanaan kebijakan Maminasata. Baru sampai tahap SK Presiden saja. Tetapi ke depan, integrasi kebijakan harus diagendakan,” jelas Andang.

3 pola rehabilitasi

Lalu, terkait pemulihan hulu sungai bermasalah, Andang menyarankan perlunya ada 3 pola rehabilitasi yang mendesak harus dikerjakan.

  •  Rehabilitasi cover tanah yg berfungsi untuk menutupi lahan yang terbuka, menghindari erosi yang bisa berkelanjutan penyebab longsor dan pemicu terjadinya banjir bandang.
  • Rehabilitasi dengan tanaman kehutanan yang multi fungsi untuk meningkatkan infiltasi air ke dalam tanah sehingga aliran permukaan berkurang dan simpanan air tanah akan bertambah. Dengan begitu, fungsi daerah hulu berjalan lagi sebagai pengatur tata air.
  • Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya hutan, melalui penyadaran bahwa fungsi jasa-jasa hutan itu lebih menguntungkan dibanding melakukan penebangan hutan. Seperti jasa keindahan alam, hasil hutan non kayu, kegiatan yang lain juga bisa dilakukan dengan sistem agroforestry.
KLIK INI:  Kolaborasi KALLA dengan WCD Sulsel Bangun Kepedulian Masyarakat akan Zero Waste