Mengenal Bencana Sedimen, Faktor Penyebab dan Strategi Mitigasinya

oleh -1,198 kali dilihat
Mengenal Bencana Sedimen, Faktor Penyebab dan Strategi Mitigasinya
Gambar longsor yang terjadi pasca gempa di Sulawesi Barat - Foto/FB: Andhika Mappasomba

Klikhijau.com – Bencana sedimen didefinisikan sebagai suatu fenomena yang memicu terjadinya kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung pada kehidupan manusia dan harta benda, ketidaknyamanan bagi kehidupan masyarakat, dan atau kerusakan lingkungan, melalui suatu skala besar pergerakan tanah dan batuan.

Bencana sedimen dapat menimbulkan sejumlah kerusakan antara lain: (1) hilangnya  bangunan dan lahan pertanian akibat longsor dan erosi; (2) kerusakan bangunan rumah dan infrastruktur lainnya akibat daya rusak tanah dan batuan; (3) rumah dan lahan pertanian terkubur di bawah tanah oleh akumulasi skala besar sedimen; (4) meningkatnya endapan di dasar sungai yang mengundang banjir, gangguan fungsi air dan kerusakan lingkungan.

Bencana sedimen dapat dibedakan berdasarkan sumber sedimen (ontite) dan tempat deposisi sedimen (off site). Sumber sedimen meliputi tanah longsor akibat gempa, longsor akibat aktivitas vulkanik, longsor akibat hujan, gunung runtuh, lahar panas dan lahar dingin.

Adapun tempat deposisi sedimen meliputi sedimentasi dam/waduk, sedimentasi sungai, sedimentasi danau, erosi dan abrasi pantai.

Perlu diketahui bahwa volume besar tanah dan pasir dapat dihasilkan oleh erosi, akan tetapi tidak selalu akan menimbulkan bencana dari erosi tersebut. Sebagai contoh, jika jumlah tanah dan pasir lebih kecil dibanding dengan sedimen yang diperkenankan atau sedimen tidak berbahaya, maka bencana tidak terjadi.

KLIK INI:  Bencana Alam Kembali Jenguk Daerah Selatan Sulsel
Faktor penyebab bencana sedimen

Secara umum, bencana sedimen dipicu oleh faktor mekanis dan faktor pendorong yang berkontribusi terhadap terjadinya bencana sedimen.

Faktor mekanis adalah kontribusi internal suatu tempat yang dapat menyebabkan bencana sedimen terjadi. Sedangkan, faktor pendorong adalah kekuatan dari luar yang dapat menyebabkan bencana sedimen terjadi.

Dalam konteks ini, bencana sedimen sangat erat kaitannya dengan bencana longsor. Berdasarkan prosesnya, tanah longsor dapat dibagi ke dalam 6 bagian yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.

Secara detail dapat dijelaskan berikut ini:

  • Longsoran translasi yakni bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir terbentuk rata atau menggelombang landai.
  • Longsoran rotasi yakni bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
  • Pergerakan blok yakni perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut pula longsoran translasi blok batu.
  • Runtuhan batu yakni fenomena yang terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya peristiwa ini terjadi di di lereng yang terjal dan menggantung khususnya di wilayah pantai.
  • Rayapan tanah yakni jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Namun, dalam waktu lama, longsor jenis rayapan dapat menyebabkan pepohonan dan rumah miring ke bawah.
  • Aliran bahan rombakan yakni jenis tanah longsor yang terjadi ketika massa tanah bergerak karena didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan, lereng, volume dan tekanan air dan jenis materialnya.
KLIK INI:  Tahun 2021, Tahun yang Dikepung Bencana Alam dan Cuaca Ekstrem
Penyebab terjadinya longsor

Bencana longsor di Indonesia sangat kerap terjadi khususnya saat musim hujan. secara umum, penyebab bencana longsor di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya terjadi di bulan November karena intensitas curah hujan. Pada saat musim kemarau panjang, terjadi semacam penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga retakan dan merekahnya tanah permukaan.

Lalu, saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Sejatinya, bila ada pohon di permukaan tanah, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berperan sebagai pengikat tanah.

  • Tanah yang kurang padat

Tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 22 derajat. Jenis tanah ini memiliki potensi untuk terjadinya longsor terutama bila terjadi hujan.

  • Lereng terjal

Lereng terjal terbentuk akibat adanya pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin. Umumnya, sudut lereng yang menyebabkan banjir adalah 20 derajat apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

KLIK INI:  Ayo, Kenali Sejumlah Akronim dan Jargon KTT Iklim COP27!
  • Jenis tata lahan

Tanah longsor kerap terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat mengikat ranah dan membuat tanah jadi lembek dan jenuh dengan air sehingga gampang longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan dipicu oleh akar pohon yang tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

  • Getaran

Getaran terjadi akibat gempa bumi, ledakan, getaran mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat getaran yang terjadi memicu terjadinya keretakan pada tanah.

  • Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Ini memicu keretakan tanah.

  • Erosi

Pengikisan atau erosi umumnya disebabkan oleh penggundulan hujan atau kerusakan hutan. Sejumlah pakar menyebut bencana longsor yang terjadi merupakan akumulasi sejumlah masalah terutama deforestasi dan alih fungsi lahan yang berlangsung lama.

  • Masalah tata ruang

Longsor juga disebabkan oleh masalah tata ruang. Sebagai contoh, aktivitas pengembangan atau pembangunan perumahan di daerah yang tidak memenuhi daya dukung lingkungan, dapat memicu bencana longsor. Hal ini diakibatkan oleh adanya material timbunan pada tebing.

  • Bekas longsoran lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau sesaat sesudah terjadi patahan kulit bumi.

KLIK INI:  5 Peristiwa Alam yang Hanya Bisa Dijumpai di Musim Hujan
  • Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir dan lempeng umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah apabila mengalami proses pelapukan dan sangat rentan longsor bila terjadi di lereng terjal.

  • Kerusakan dan penggundulan hutan

Ini sudah jadi rahasia umum bahwa kerusakan hutan akibat penggundulan dan penebangan pohon yang massif akan memicu bencana longsor. Penggundulan hutan akan membuat tanah kehilangan daya ikat.

  • Daerah pembuangan sampah

Berhati-hatilah bila ada daerah tertentu yang menjadi area pembuangan sampah secara ilegal sebab ini dapat memicu longsor.

Mekanisme terjadinya gempa sedimen

Permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap bidang horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terbentuk secara alamiah juga dapat dibentuk oleh campur tangan manusia.

Jika permukaan membentuk suatu kemiringan maka komponen massa tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah akibat gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, ini akan mengakibatkan longsor pada lereng.

Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving force) tidak melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor.

KLIK INI:  Krisis Pangan Global Kian Nyata, Kementan Tolak Alih Fungsi Lahan

Kegagalan lereng dapat terjadi dalam setiap lereng yang curam. Faktor pendorong kegagalan lereng terutama yang bersifat mengurangi resistensi geser tanah pada lereng, seperti curah hujan dan meningkatnya tingkat air tanah.

Strategi mitigasi bencana sedimen

Perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang termasuk rawan bencana (hazard potency). Potensi bencana di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 yakni potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard).

Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, longsor, gunung api, tsunami, banjir dan lainnya.

Di samping itu, Indonesia juga rawan potensi bahaya ikutan. Potensi ini sangat besar terjadi di wilayah perkotaan yang memiliki kepadatan penduduk dan kondisi pemukiman, industri berbahaya dan lainnya.

Sebagai catatan, bencana sedimen sangat dominan terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia setiap tahunnya. Lalu, bagaimana model mitigasi bencana yang bisa dilakukan?

Mitigasi bencana adalah istilah yang dipakai untuk merujuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan pengurangan risiko jangka panjang.

Berikut beberapa strategi mitigasi bencana sedimen yang dapat dilakukan:

KLIK INI:  Kisah Pilu dari Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa
  • Pemetaan

Pemetaan adalah langkah pertama yang perlu dilakukan. Kita perlu punya data yang kuat mengenai daerah mana saja yang rawan bencana. Peta rawan bencana ini sangat berguna dalam antisipasi bencana alam.

  • Pemantauan

Dengan memahami peta rawan bencana, para stakeholders dan tentu juga masyarakat dapat mengetahui tingkat kerawanan secara dini. Hal ini penting agar dapat dilakukan upaya antisipasi bencana sehingga memudahkan tindakan penyelamatan.

  • Literasi bencana

Informasi mengenai bencana sangat penting diketahui setiap masyarakat. Karena itu literasi bencana sangatlah penting dalam rangka meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu wilayah.

  • Sosialisasi dan penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan merupakan bagian dari memperkuat pemahaman bencana di masyarakat. Pemerintah daerah punya peran strategis dalam hal ini, terutama mengenai cara penyelamatan diri saat bencana terjadi.

  • Peringatan dini

Peringatan dini juga sangat penting agar ada persiapan secara dini dalam mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Di Indonesia, sistem peringatan dini lam menghadapi bencana sangatlah penting sebagai negara yang termasuk kategori rawan bencana.

Demikianlah pembahasan mengenai bencana sedimen dan model mitigasi bencana yang bisa dilakukan. Semoga bermanfaat!

KLIK INI:  Peringatan HPSN dan 5 Lagu tentang Sampah yang Layak Diapresiasi