- 6 Tempat Bersejarah Saat ke Hutan Melalui Jalur Tassika di Bulukumba - 11/12/2023
- Air Hilang dalam Hujan - 09/12/2023
- Kisah Pengalaman Pertama Bertamu ke Hutan - 05/12/2023
Klikhijau.com – Hujan sedang menderas. Pemandangan pagi terasa buram. Namun, bunga boroco yang tumbuh tak sengaja di bawah pohon cengkih—di depan rumah tetap eksotis.
Tumbuh tak sengaja karena bunga itu tak ditanam—tumbuh dengan sendirinya. Ibu memang pernah memelihara bunga boroco dan tumbuh sangat subur.
Namun, sifatnya yang mati setelah setelah berbunga. Membuat budidayanya terasa tak menarik. dibutuhkan sifat rajin untuk menggantinya setiap saat—saat yang tua sudah tiada.
Perkembangbiakannya terbilang cepat, karena berkembang biak dengan biji. Tanaman ini memiliki bunga yang sangat kecil. Saking kecilnya, dalam satu ukuran satu ons bisa mencapai hingga 43.000 biji.
Berjenis kelamin ganda dan kaya manfaat
Ia merupakan tumbuhan berbunga hermaprodit (berkelamin ganda). Memiliki jenis bunga yang indah, seperti yang tumbuh di depan rumah—di bawah pohon cengkih. Memiliki warna merah jambu yang bersusun rapi.
Bunga bernama ilmiah Celosia argentea ini, selain bisa sebagai tanaman hias, juga berfungsi sebagai tanaman herbal. Khususnya bunga boroco merah.
Tanaman berasal dari daerah tropis ini memiliki warna bunga cerah nan indah. Meski begitu, di Cina dan India dikenal sebagai gulma bermasalah.
Untuk boroco merah, seperti yang terdapat di depan rumah itu, menurut Preety J dan Saranya V.T.K, (2015) ekstrak daunnya pada dosis 100 mg memiliki aktivitas antioksidan. Sehingga dapat digunakan menjadi pelindungan terhadap kerusakan oksidatif pada sel-sel tubuh.
Hal itu dikarenakan daun boroco merah mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin, flavonois, asam amino, dan polifenol.
Kandungan tersebut dapat berperan sebagai antioksidan. Sementara sifat utama dari antioksidan adalah melindungi sistem sel dan organ tubuh dari ROS atau Spesies 0ksigen Reaktif. Hal itu mampu menangkap dan menangkal radikal bebas yang dapat mengoksidasi asam nukleat, lipid maupun DNA serta protein.
Urmila GH pada tahun 2014 pernah melakukan penelitian tentang tumbuhan ini. Urmila menemukan jika ekstrak daun boroco merah pada dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB efektif sebagai agen anti hiperlipidemik pada tikus yang diberi diet kolesterol tinggi.
Sedangkan pada penelitian Rukhsana A (2015) menegaskan jika ekstrak daun Celosia argentea L. pada dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB berpotensi sebagai agen immunomodulator dan dapat diberikan sebagai alternatif untuk terapi yang membutuhkan immunomodulator..
Sementara itu Mega Selvina dkk (2017) mengemukanan jika ekstrak etanol tanaman herbal ini memiliki efek dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus Hiperkolesterolemia-Diabetes.
Selain itu, ekstrak etanol pada daunnya dengan dosis 100 mg/kg BB merupakan dosis yang efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Melihat hasil penelitian di atas. Setidaknya bisa ditarik kesimpulan bahwa tanaman ini memiliki sangat potensial sebagai tanaman obat.
Taksonomi tanaman boroco
- Divisi : Tracheophyta
- Upadivisi : Spermatophytina
- Klad : Angiosperms, mesangiosperms, eudicots, dan core eudicots
- Ordo : Caryophyllales
- Famili : Amaranthaceae
- Upafamili : Amaranthoideae
- Genus : Celosia
- Spesies : Celosia argente
Tanaman ini merupakan tumbuhan dengan pertumbuhan yang tidak tinggu. Ia hanya memiliki tinggi sekitar 30-100 sentimeter.
Ia bisa tumbuh liar di mana saja, baik di pinggir selokan, di sisi jalan, tanah lapang terlantar, dan di bawah pohon serta di dalam pot.
Untuk ciri-ciri batangnya sendiri, tanaman ini memiliki batang bulat dengan alur kasar memanjang.
Batangnya juga bercabang banyak. Berwarna warna merah atau hijau. Pada daunnya memiliki warna merah atau hijau berbentuk bulat telur memanjang, tepinya bergerigi halus hampir rata dan ujung lancip. .
Pada bunganya berbulir panjang sekitar 3-10 sentimeter. Warnanya cukup mencolok berwarna ungu atau merah muda.
Bunga ini memiliki biji yang sangat kecil berwarna hitam cerah. Bunganya tumbuh di ujung-ujung cabang (Bangun, 2012).
Di Indonesia sendiri, tanaman ini ditemukan ketinggian 1-1.700 di atas permukaan laut.
Karena bisa berkembang biak di mana saja, sehingga perawatannya tidak terlalu rumit jika ingin dibudidayakan.
Apalagi sebagai tanaman obat, seluruh bagian tanaman ini, baik yang sudah kering maupun yang masih segar dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit (Permadi, 2006).