Klikhijau.com – Penangkapan ikan yang berlebihan hingga polusi menciptakan masalah di lautan. Akibatnya ekosistem terumbu karang terancam. Banyak karang mati dan menurunkan layanan ekosistem penting darinya.
Terumbu karang adalah pembangun struktur yang membuat ruang hidup bagi banyak spesies lain.
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa hilangnya karang mengakibatkan hilangnya spesies karang lainnya. Sayangnya, arti penting keanekaragaman jenis karang bagi karang itu sendiri masih kurang dipahami.
Kehidupan karang memang mulai menyedihkan, namun ada sebuah studi baru yang memberi harapan cerah akan masa depan terumbu karang.
Studi baru itu dilakukan oleh dua peneliti dari Institut Teknologi Georgia. Penelitian yang diterbitkan 13 Oktober di Science Advances itu memberikan harapan dan masa depan bagi terumbu karang yang rusak.
Dalam makalah keduanya, terungkap bahwa keanekaragaman hayati memiliki efek positif, tetapi menjenuhkan pada terumbu karang yang terancam.
Kedua peneliti itu, yakni Cody Clements dan Mark Hay menemukan, untuk meningkatkan kekayaan karang bisa dilakukan dengan mencangkokkan kelompok spesies karang yang beragam bersama-sama. Cara ini bisa meningkatkan pertumbuhan karang dan kelangsungan hidupnya.
Temuan Cody Clements dan Mark Hay tentu sangat penting pada tahap awal pemulihan terumbu karang setelah banyak yang mati dalam skala besar.
Mendukung terumbu sehat, akan berdampak pada peningkatan di sektor perikanan, pariwisata, dan perlindungan pantai dari gelombang.
Studi itu mendorong para ilmuwan untuk menyerukan penelitian tambahan. Tujuannya untuk lebih memahami dan memanfaatkan mekanisme yang menghasilkan interaksi spesies positif tersebut.
Memiliki tujuan ganda
Melakukan apa yang ditemukan Cody Clements dan Mark Hay memiliki tujuan ganda, yakni untuk meningkatkan konservasi terumbu dan mempromosikan pemulihan terumbu yang rusak dengan lebih cepat dan efisien.
Karena akan jadi masalah jika lebih banyak spesies karang yang hilang, efek sinergisnya dapat mengancam spesies lain. Clements dan Hay menyebutnya sebagai “kehancuran keanekaragaman hayati.”
“Ya, karang adalah spesies dasar dari ekosistem ini. Karang menyediakan habitat dan makanan bagi banyak spesies karang lainnya,” kata Clements, Anggota Postdoctoral Teasley di School of Biological Sciences.
Menurutnya pula, efek negatif pada karang sering kali berdampak pada spesies lain yang menjadikan terumbu karang sebagai rumah.
“Jika keanekaragaman hayati penting untuk kinerja dan ketahanan karang, maka ‘kehancuran keanekaragaman hayati’ dapat memperburuk penurunan ekosistem terumbu karang yang kami amati di seluruh dunia,” ungkapnya.
Untuk mendukung studi yang dilakukannya, Clements dan Hay melakukan perjalanan ke Mo’orea, Polinesia Prancis, Samudra Pasifik. Di lokasi itu mereka menanam taman karang yang berbeda dalam keanekaragaman spesies karang untuk mengevaluasi kepentingan relatif interaksi mutualistik versus kompetitif di antara karang saat mereka tumbuh dan berinteraksi sepanjang waktu.
“Kami telah melakukan manipulasi, dan karang harus bersaing satu sama lain, tetapi pada kenyataannya mereka lebih baik bersama-sama daripada melakukannya sendiri,” kata Hay, yang juga seorang Teasley Chair, Ketua Teasley di School of Biological Sciences, dan co-direktur program pascasarjana Ilmu dan Teknik Kelautan di Georgia Tech.
“Kami masih menyelidiki mekanisme yang menyebabkan hasil yang mengejutkan ini, tetapi eksperimen kami secara konsisten menunjukkan bahwa interaksi positif adalah interaksi negatif yang luar biasa dalam pengaturan terumbu tempat kami melakukan eksperimen ini. Itu berarti ketika Anda mengeluarkan spesies dari sistem, Anda menghilangkan beberapa interaksi positif itu, dan jika Anda mengeluarkan yang kritis, itu mungkin membuat perbedaan besar,” tambahnya.
Tutupan karang banyak hilang
Hay juga mencatat bahwa menurut EPA, Karibia telah kehilangan 80 hingga 90 persen tutupan karangnya . Wilayah Indo-Pasifik telah kehilangan setengah dari semua karangnya selama 30 tahun terakhir.
Selama peristiwa pemutihan tahun 2015-2016 saja, hampir setengah dari karang yang tersisa di sepanjang Great Barrier Reef memutih dan mati.
“Frekuensi peristiwa pemutihan dan pemanasan besar yang membunuh karang telah meningkat cukup dramatis selama 20 hingga 30 tahun terakhir,” katanya. “Ada hot spot di sana-sini yang terumbu karangnya masih bagus, tapi umumnya kecil dan terisolasi.”
Di taman karang mereka di Polinesia Prancis, Hay dan Clements memanipulasi keragaman spesies karang yang mereka tanam di platform yang menyerupai meja catur bawah air. Tujuannya untuk mencoba dan melihat apakah kekayaan dan kepadatan spesies memengaruhi produktivitas dan kelangsungan hidup karang.
Hay mencatat pula bahwa banyak eksperimen serupa sebelumnya yang bahkan membawa karang ke laboratorium untuk “mengadu spesies satu dengan yang lain.”
“Kami melakukan semua eksperimen kami di dunia nyata. Kami tidak tertarik pada apakah itu bisa terjadi, tetapi apakah itu benar-benar terjadi,” ujarnya.
Menurut Clements, para peneliti menemukan bahwa karang diuntungkan dari peningkatan keanekaragaman hayati, tetapi hanya sampai titik tertentu.
“Karang yang ditanam di taman dengan jumlah spesies menengah, tiga hingga enam spesies dalam banyak kasus, berkinerja lebih baik daripada taman dengan spesies rendah, atau satu, atau tinggi, seperti pada sembilan spesies. Namun, kami masih belum sepenuhnya memahami proses yang berkontribusi pada pengamatan ini,” ungkapnya.
Clements mengakui jika penelitian mereka masih menuntut penelitin lebih lanjut.
Sumber: Newswise