- Menyerap Sensasi Hijau Donggia Bersama TBM Al-Abrar, Bulukumba - 01/10/2024
- Dipeluki Sampah - 29/09/2024
- Yudi, Urang Aring yang Tak Terawat, dan Manfaatnya yang Mengejutkan - 27/09/2024
Klikhijau.com – Telah lama saya mengoleksi daun kering. Daun itu saya dapatkan dari tempat yang saya kunjungi. Sebagian dibawakan teman dari kampungnya atau dari tempat yang dikunjunginya pula.
Saya selalu meminta oleh-oleh kepada teman yang bepergian atau pulang kampung. Tidak mahal, tidak mengeluarkan uang, sebab yang saya minta hanya daun kering.
Daun keringnya tidak sembarangan, harus dari tempat yang daun keringnya belum ada sama saya. Sedangkan di kampung saya, daun kering, khususnya daun cengkih beberapa tahun terakhir telah dijual untuk diolah jadi minyak daun cengkih.
Sementara daun kering di depan rumah kekasih (nama rumah yang saya tempati) saya sering membakarnya. Karena jika tidak akan berubah menjadi sampah.
Perihal daun kering, meski tidak mencemari lingkungan, tapi sebagian orang menganggapnya mengganggu kebersihan. Khususnya kebersihan halaman rumah, maka daun kering harus disapu lalu dibakar seperti yang saya lakukan dengan daun kering di depan rumah kekasih.
Perlakuan kita tentang daun kering tentu berbeda-beda. Terutama bagi Tedi Asmara, lelaki 37 tahun di Kota Bogor itu menyulap daun kering jadi media lukis.
Di tangan Tedi, daun kering tidak hanya dibakar atau dkoleksi seperti yang saya lakukan. Dia menjadikannya ladang rezeki dengan nilai seni yang tinggi.
Tedi yang gemar menggambar sedari kecil. Sebelumnya, dia melukis sketsa wajah pada media kertas. Keterampilan membuat sketsa wajah di atas daun kering dipelajari Tedi secara otodidak.
Menurutya, melukis di atas daun kering tidak begitu sulit, sebab prinsipnya sama dengan saat menggambar menggunakan kertas. Ia hanya memindahkan media ke daun
Karena dari kado pernikahan
Kisahnya bermula ketika melihat di sekitar tempatnya bekerja, daun kering adalah sampah yang harus disingkirkan dengan cara dibuang atau dibakar.
“Awalnya sih waktu kerja di Jakarta sekitar tahun 2012, saya diminta bos untuk dibuatkan lukisan sebagai kado perkawinan dia,” kata Tedi, Jumat, 16 Agustus 2019 seperti yang ditulis Achmad Sudarno di liputan6.com.
Hanya butuh empat hari, dia berhasil melukis wajah sepasang suami istri dengan sangat indah di atas daun kering. Dengan bermodalkan cat air, dia mulai melukis di atas selembar daun jambu bol jamaika.
Hal yang menakjubkan baginya, saat memperlihatkan karya pertama ke atasannya, si bos terkesan hingga memberinya uang.
“Bos saya kelihatan seneng banget. Waktu itu saya langsung dikasih uang,” ujar Tedi sambil tersenyum.
Berawal dari situ, dia kecanduan melukis di atas daun seperti daun nangka, awar awar, dukuh, dan karet. Daun-daun itu menjadi karya dengan pesona dan karakter kuat ketika ada di tangan Tedi.
“Alhamdulillah, dari situ banyak temen yang minta dibuatkan lukisan di daun,” kata pria yang aktif di komunitas Bogor Sketchers ini.
Tedi melukis di sebuah ruangan berukuran 3,5×6 meter persegi. Ruangan itu tidak tampak seperti ruang kerja penggiat seni pada umumnya.
Ruangan tersebut merupakan kamar kontrakan yang berlokasi di Jalan Wirakrama, Bogor Timur, Kota Bogor itu hanya ada satu meja lipat kecil.
Dari ruangan itu, Tedi melikus berbagai hal mulai dari wajah mantan Presiden RI pertama Soekarno hingga Presiden RI Joko Widodo, ulama karismatik maupun budayawan, pahlawan nasional, sketsa wajah ternama dunia, lukisan pemandangan, lukisan kepala daerah serta Istana Bogor dan masih banyak lagi.
Di tangan-tangan kreatif, hal yang dianggap sampah dan mencemari lingkungan bisa berupa jadi sesuatu yang memiliki nilai seni tinggi dan ekonomi.
Terus berkarya, Pak Tedi. Bagaimana jika melukis daun koleksi saya?