Pulau Bacan, Rumah bagi Keong Darat

oleh -16 kali dilihat
Ilustrasi keong darat-foto/Antara

Klikhijau.com –  Kejutan kembali datang dari dunia keanekaragaman hayati Indonesia. Kali ini datang dari Pulau Bacan, salah satu pulau besar di Kepulauan Maluku Utara.

Para peneliti menemukan 9 catatan baru sebaran keong darat. Tidak hanya itu, peneliti juga menemukan 1 spesies baru yang dinamai, Diancta batubacan sp. nov. Temuan tersebut semakin menobatkan Pulau Bacan sebagai rumah bagi keong darat.

Pada tahun 2022, Ayu Savitri Nurinsiyah, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bersama tim dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, dan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara melakukan ekspedisi di Pulau Bacan melalui Pendanaan Ekspedisi dan Eksplorasi BRIN.

“Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa Pulau Bacan menjadi rumah yang baik bagi keanekaragaman hayati Indonesia termasuk keong darat, dan masih banyak keragaman hayati disana yang belum sepenuhnya terungkap,” ujar Ayu Savitri Nurinsiyah.

KLIK INI:  Perihal Korupsi Gubernur Malut, TII Desak KPK Dalami Keterlibatan Korporasi Tambang

Penelitian tersebut dimulaii dengan ekspedisi tahun 2022 dan telaah serta penulisan hingga tahun 2024 tersebut mencatatkan 27 spesies dari 11 famili, dengan spesies Trochomorpha ternatana menjadi yang paling melimpah.

Ekspedisi tersebut berhasil mengoleksi 555 spesimen yang terdiri dari 27 spesies keong darat.  Seluruh spesimen keong darat yang ditemukan di Pulau Bacan disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah, BRIN, Cibinong.

Berdasarkan hasil telaah dari koleksi spesimen dan literatur hingga tahun 2024, penelitian ini berhasil mencatat sebaran baru untuk sembilan spesies keong darat dan satu spesies baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, yaitu Diancta batubacan sp. nov.

KLIK INI:  Siapa Sangka, Ternyata Jamur dan Tumbuhan Saling Berkomunikasi
Pentingnya peran hutan karst

Penemuan ini menjadikan jumlah total spesies keong darat di Pulau Bacan meningkat menjadi 56. Di antara 56 spesies, sebanyak 13 spesies keong darat tercatat hanya ditemukan di Pulau Bacan. Spesies Trochomporpha ternatana menjadi spesies yang paling melimpah ditemukan.

Dengan adanya temuan tersebut semakin menunjukkan kelimpahan keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya Pulau Bacan yang merupakan bagian dari kawasan Wallacea yang dikenal kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk keong darat.

KLIK INI:  Rukka Sombolinggi Minta Paus Fransiskus Bebaskan Masyarakat dari Penindasan

Penelitian tersebut  dilakukan di lima lokasi yang mewakili keragaman habitat di Pulau Bacan, mulai dari kebun dan semak-semak hingga hutan karst yang unik. Lokasi-lokasi ini dipilih untuk memahami keragaman habitat Pulau Bacan.

Jumlah spesies keong darat paling banyak tercatat pada kawasan karst yang memiliki tutupan hutan, lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian.

“Ini menegaskan bahwa hutan karst memiliki peran penting dalam mendukung populasi keong darat,” tambah Ayu.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya survei sistematis dan identifikasi integratif untuk memahami keragaman dan pola biogeografi keong darat di Maluku Utara, khususnya Pulau Bacan.

KLIK INI:  Keanekaragaman Hayati Memberi Kita Segala Hal untuk Kehidupan Berkualitas

“Penelitian ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan gambaran lebih lengkap mengenai distribusi spesies di kawasan Wallacea,”  ungkap Ayu

Sebelumnya, Ayu dan tim peneliti PRBE juga menemukan spesies baru keong darat di Pulau Moti, Maluku Utara yang diberi nama Palaina motiensis.

“Masih banyak keanekaragaman hayati keong darat di Maluku Utara dan Wallacea yang menunggu untuk diungkap,” tutupnya.

Keanekaragaman hayati itu seperti potongan puzzle yang membentuk gambar indah. Kalau kepingan-kepingannya hilang, maka gambar indah itu tidak akan sempurna. Oleh karena itu, penting kita kenali dan jaga keanekaragaman hayati Indonesia beserta habitatnya agar gambar indah ciptaan Yang Kuasa dapat bermakna.

Penelitian tentang biota di pulau Bacan telah merentang lama. Semuanya dimulai sejak eksplorasi Alfred Russel Wallace pada tahun 1858–1859, yang mengumpulkan berbagai spesimen, termasuk keong darat. Koleksi Wallace kemudian dikaji oleh Pfeiffer (1861), yang mendeskripsikan beberapa spesies seperti Helix ignescens dan Helix batchianensis yang kemudian menjadi sinonim Trochomorpha ternatana. Sebanyak 15 kajian yang mencatat keberadaan keong darat di Pulau Bacan telah dilakukan dalam rentang waktu 1861 hingga 1963.

KLIK INI:  Ruang Hijau Penting bagi Kesehatan Mental