Pencemaran Abu Batubara di Perairan Permukaan Lebih Persisten, Benarkah?

oleh -384 kali dilihat
Kementerian Investasi Cabut 180 IUP Mineral dan Batu Bara
Emas hitam batubara - Foto/Mongabay

Klikhijau.com – Protes terhadap penggunaan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik nyaring terdengar. Karena diduga kuat sebagai salah satu pemicu terjadinya perubahan iklim.

Batubara sendiri merupakan salah satu bahan bakar fosil. Pengertian lainnya adalah  batuan sedimen yang bisa terbakar. Bahan bakar ini terbentuk dari endapan organik, khususnya dari sisa-sisa tumbuhan.

Proses terbentuknya, yakni melalui pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan juga oksigen

Batubara merupakan pula batuan organik yang mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika yang kompleks. Bentuknya beragam, mulai fari bentu balok, kubus, bulat, atau segitiga.

KLIK INI:  Lalu Siapakah yang Bertanggung Jawab Terhadap Sampah Plastik?

Ketika dibakar menjadi untuk menghasilkan energi listrik. Batubara akan menyisa abu. Abunya ini diketahui mengandung logam yang berbahaya seperti timbal, selenium, kromium, arsenik, kadmium, merkuri,  dan molibdenum, banyak di antara kandungannya itu diduga dapat menyebabkan perkembangan kanker dan penyakit lainnya.

Selain itu, rupanya abu batubara tidak mudah hilang. Abunya bisa terus bergerak, bahkan  dapat sampai ke sungai atau danau.

Bukti itu diungkapkan oleh sebuah tim peneliti dari Duke University dan Appalachian State University yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology.

Tim peneliti itu melakukan analisis sedimen dari lima danau North Carolina. Kelima danau itu adalah Danau Hyco, Mayo, Belews, Mountain Island, dan Danau Sutton.

Danau-danau tersebut berada di dekat pembangkit listrik tenaga batu bara. Para peneliti  menemukan bahwa pencemaran abu batubara di perairan permukaan lebih persisten dan meluas daripada yang diperkirakan sebelumnya.

KLIK INI:  Menyegarkan Hari dengan Quotes tentang Daun yang Penuh Makna
Dapat memasuk rantai makanan

Menurut para peneliti, kontaminan tidak terkunci ke dalam sedimen danau dan dapat dengan mudah memasuki rantai makanan akuatik.

“Sedimen dasar danau mewakili sejarah lengkap tentang apa yang telah jatuh ke air danau dan mengendap di dasar,” kata penulis senior studi Avner Vengosh, seorang profesor Kualitas Lingkungan di Duke. “Menggunakan metode penanggalan usia kami, kami dapat kembali ke masa lalu, dalam beberapa kasus bahkan sebelum pabrik batu bara dibangun, dan merekonstruksi sejarah danau,” lanjutnya, seperti dikutip dari Earth

Kemungkinan besar ada tiga rute yang menjadi jalur abu batubara mencapai danau, yakni:

  • Adanya emisi atmosfer

Emisi atmosfer dari abu batubara yang menetap di tanah terdekat dan dibawa ke danau oleh daerah aliran sungainya (DAS).

  • Peristiwa cuaca ekstrem

Adanya peristiwa cuaca ekstrem, seperti badai tropis dan angin topan yang membanjiri dan membuang timbunan abu batubara di dekatnya ke danau-danau terdekat.

  • Aliran limbah

Selanjutnya adalah aliran biasa dari kolam abu batubara yang mencapai danau sebagai bagian dari operasi rutinnya.

KLIK INI:  Berapa Besar Energi dalam Petir, Bisakah Dipanen untuk EBT?

“Sementara sebelumnya kami berpikir bahwa danau dan air tanah terkontaminasi oleh kebocoran atau pembuangan limbah dari kolam abu batubara. Temuan baru menunjukkan bahwa kami telah meremehkan dampak lingkungan dari abu batubara. Kami berpikir bahwa sebagian besar abu batubara terbatas pada kolam abu batubara dan tempat pembuangan sampah. Sekarang kami melihatnya sudah berada di lingkungan terbuka,” jelas Profesor Vengosh.

Profesor Vengosh juga menambahkan bahkan, pihaknya melakukan pemeriksaan yang sangat rinci terhadap lima danau, tetapi ada banyak danau atau reservoir air terbuka di sebelah pembangkit listrik batu bara tidak hanya di Carolina Utara, tetapi di seluruh negeri.

“Fenomena yang kami temukan mungkin berlaku untuk banyak situs lain di seluruh AS dan semuanya akan rentan terhadap peristiwa cuaca yang lebih ekstrem dan banjir yang kami tahu berasal dari pemanasan global,” ujarnya.

Sedangkan Ellen Cowan yang merupakan merupakan  rekan penulis studi dan seorang profesor Geologi di Appalachian State University  mengungkapkan, di beberapa lokasi, tampaknya abu batubara awalnya dibuang begitu saja ke danau terdekat.

“Seiring waktu, ketika Clean Air Act diberlakukan dan scrubber ditambahkan ke cerobong asap pembangkit batubara untuk menangkap partikel halus. Kami melihat perubahan pada abu batubara dengan proporsi partikel kecil yang lebih tinggi. Sayangnya, partikel kecil ini mengandung konsentrasi zat beracun tertinggi, membuat kontaminasi semakin buruk bagi danau,” ungkapnya.

KLIK INI:  Inilah Fakta Baru yang Perlu Dipikirkan tentang Merokok bagi Kesehatan

Sumber: Earth