Parijoto, Tanaman Liar yang Menjelma Jadi Tanaman Hias Sekaligus Obat

oleh -1,164 kali dilihat
Parijoto, Tanaman Liar yang Menjelma Jadi Tanaman Hias Sekaligus Obat
Buah Parijoto - Foto/IDN Times
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Parijoto kini mengalami perubahan nasib. Dari tanaman liar berubah jadi tanaman hias.

Ia mulai dibudidayakan dan “dihijrahkan” dari alam liar ke dalam pot. Bahkan diberi tempat masuk kota.

Parijoto memang memiliki potensi yang besar sebagai tanaman hias. Ia memiliki karakteristik menggemaskan karena pertumbuhannya yang “kerdil”—tingginya hanya sekitar 45 cm hingga 60 cm saja. Apalagi tanaman ini bersifat evergreen—bisa tumbuh sepanjang tahun tanpa kenal musim.

Namun, ada hal lain tak terduga dari tanaman ini adalah sifatnya.  Tidak bisa tumbuh sendiri. Ia memiliki  sifat epifit, yakni menumpang tumbuh pada tumbuhan yang lain. Kamu bisa menamainya bersifat parasit.

Apakah hanya itu, rupanya masih ada kejutan lain yang disimpannya. Parijoto tidak hanya memiliki rupa yang eksotik. Namun, juga memiliki peran yang besar sebagai tanaman obat.

Tanaman yang menyandang nama latin Medinilla speciosa, termasuk tanaman tropis. Kehadirannya sejak dulu banyak dimanfaatkan sebagai obat tradional oleh masyarakat.

Itu karena dianggap ampuh mengusir berbagai penyakit. Bagian yang dijadikan obat adalah daun dan buahnya.

KLIK INI:  Bunga Kupu-kupu, Tanaman Hias Mewah dengan Perawatan yang Mudah
Kandungannya

Buah  parijoto berwarna ungu kebiruan,   mengandung banyak senyawa bioaktif.   Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Rizki Bhakti Pertiw dkk (2019) bahwa Parijoto terbukti mengandung senyawa fenol dan memiliki aktivitas antioksidan.

Ekstrak kasar buah parijoto bisa mencapai kandungan 408 mg GAE/g. Pada usia tiga bulan setelah penyerbukan. Akan memiliki kandungan fenol  hingga 266,79 mg GAE/g. Aktivitas antioksidan ekstrak kasar ditunjukkan dengan nilai IC50 48,24 μg/ml. Sedangkan ketika buah matang berumur 3 bulan nilai IC50 mencapai 30,51 μg/ml.

Itu artinya buah tanaman ini mengandung senyawa fenol sejak masih mentah hingga matang. Menurut  Niswah (2014) bahwa ekstrak buah parijoto juga telah terbukti memiliki aktivitas antimikrobia terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Kandungan senyawa fenol sangat diperlukan tubuh, karena  merupakan antioksidan.  Sehingga bisa menyumbang dietary antioxidant intake dalam konsumsi harian manusia.

Kandungan dari buah parijoto secara kualitatif yaitu flavonoid, saponin, tanin yang buahnya dipercaya masyarakat dapat mengusir berbagai penyakit, di antaranya diare, sariawan, kolestrol, bahkan juga diyakini bisa “menjembatani”  wanita yang ingin hamil. Karena mampu meningkatkan kesuburan hormonal wanita dan meningkatkan fisik bayi dalam kandungan.

KLIK INI:  Tanaman Hias Indonesia Semakin Menghiasi Pasar Luar Negeri

Kementrian Negara Riset dan Teknologi (2015) mengungkapkan jika daun dan buah parijoto baik dalam kondisi segar maupun dalam bentuk yang sudah dikeringkan dapat digunakan untuk mengatasi sariawan, diare, dan radang.

Rasa pahit dan asam merupakan ciri khas yang terkandung dalam daun dan buah parijoto. Namun meski begitu, rasa tersebut mampu melahirkan kesegaran karena  buahnya  mengandung saponin, kardenolin, dan flavonoid, sedangkan daunnya mengandung saponin, kardenolin, dan tanin (Zuhud dkk, 2014).

Hal  menarik lainnya dari tanaman ini, karena sebagai obat tidak hanya dimanfaatkan oleh manusia untuk menyehatkan tubuhnya. Tetapi, juga dimanfaatkan  dalam bidang peternakan sebagai obat dan pakan ternak. Kandungan buah parijoto berupa flavonoid, antioksidan dan saponin dapat meningkatkan daya tahan tubuh bagi yang mengonsumsinya  (Dwi Wijayanti dan Firgian Ardigurnita, 2020).

Tak terbatas pada penguatan tubuh saja,  senyawa flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan anti-inflamasi (Wijayanti dan Ardigurnita, 2018).

KLIK INI:  Penyebab Ujung Daun Tanaman Indoor Menguning dan Cara Mengatasinya
Tanaman warisan

Tanaman parijoto  akan tumbuh  subur di lereng gunung pada ketinggian 800 hingga 2.300 meter di atas permukaan laut. Ia banyak ditemukan  di lereng Pegunungan Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Karena itu pula, beredar opini yang terkesan mistik, jika tanaman ini merupakan tanaman peninggalan dari Sunan Muria. Sebab  hanya tumbuh di sekitar Gunung Muria yang merupakan tempat tinggal Sunan Muria.

Namun, sebenarnya sebarannya tidak hanya di Gunung Muria, tetapi juga  tumbuh secara alami di pulau Borneo. Bahkan menurut Wikipedia, tanaman ini berasal dari Filipina.

Sementara di Indonesia,  tanaman yang masuk dalam keluarga Melastomataceae ini   tersebar di pulau Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau lainnya seperti Sumbawa, Lombok, Sulawesi, dan Maluku.

Untuk menghijaukan halaman, tanaman ini memang cocok sebab memiliki daun yang hijau dengan buah menjuntai berwarna ungu yang romantis. Ukuran panjang daun parijoto mencapai 20 cm dan lebar hingga 15 cm.

Namun, ada hal yang hampir lupa saya ungkapkan, yakni bunga. Nyaris semua tanaman yang berbuah akan berbunga terlebih dahulu. Parijoto pun demikian bunga yang ukurannya kecil dan teksturnya halus. Warna bunganya merah muda cerah.  Tumbuh di atas malai yang berukuran besar pada batang dengan warna kemerahan.

Waktu berbunganya sekitar awal musim panas hingga musim gugur. Masa berbunga ini akan berlangsung selama 1 bulan.

Buahnya berbentuk bulat. Di awal tumbuhnya, buah ini berwarna merah muda—warna ini hanya sementara, sebab begitu buahnya matang akan berubah  ungu kebiruan. Warna inilah yang membuatnya digelari Showy Asian Grapes, karena mirip dengan buah anggur.

Tanaman yang awal tumbuh liar ini layak di tanaman di pekerangan rumah, bukan hanya sebagai tanaman hias. Namun, juga sebagai tanaman obat bagi keluarga Anda.

KLIK INI:  Philodendron Verrucosum, Tanaman Hias dengan Daun Istimewa Plus Cara Merawatnya