Flight Shaming, Cara Wisatawan Eropa Merawat Lingkungan di Udara

oleh -193 kali dilihat
Flight Shaming, Cara Wisatawa Eropa Merawat Lingkungan di Udara
Ilustrasi pesawat/foto-finance.detik
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Mahalnya harga tiket pesawat barangkali perlu “dirayakan”. Khususny bagi para aktivis lingkungan atau orang yang mencintai lingkungan.

Kenapa? Sebab kini ada gerakan yang kini sedang tren, yakni bepergian tanpa pesawat. Semisal yang dilakukan aktivis belia Greta Thunberg yang berlayar dengan kapal bertenaga surya.

Ia berlayar dari Swedia, ia melintasi Samudra Atlantik selama 15 hari untuk memenuhi undangan KTT perubahan iklim di Kantor PBB, New York, AS. Transportasi tersebut ia pilih lantaran tidak menimbulkan emisi karbon.

KLIK INI:  Mengejutkan, Penerbangan Bakal Ditinggalkan Demi Lingkungan?

Hal serupa juga Lorenz Keyßer dan Giulia Fontana. Sepasang kekasih itu menolak naik pesawat, menolak penerbangan. Dan satu dari tujuh orang dewasa saat ini menyatakan akan menghindari moda penerbangan.

Iya, saat ini di Eropa sedang tren gerakan flight shaming yang berdampak pada perjalanan udara di Eropa. Istilah tersebut lahir di Swedia.

Hal ini berawal dari Flight-free, kini gerakan menolak terbang telah masuk ke tahap selanjutnya dengan mengambil nama Flight Shame.

Gerakan ini berawal di Swedia, negara dengan frekuensi penerbangan tertinggi di dunia, satu orang Swedia terbang 7 kali lebih banyak dari warga Eropa lainnya.

KLIK INI:  Demi Lingkungan, Dua Sejoli Ini Enggan Naik Pesawat Saat Bepergian

“Flight shame”, terjemahan harfiah dari bahasa Swedia “flygskam” adalah nama gerakan anti terbang. Gerakan ini mendorong orang agar berhenti naik pesawat untuk mengurangi buangan karbon.

Keprihatinan lingkungan,  keprihatinan dunia

Maka, sebagai bukti cinta pada lingkungan, wisatawan yang sadar lingkungan hidup memilih naik kereta daripada pesawat. Meski angka kontribusi polusinya memang sangat kecil saat ini, namun telah ada gerakan yang mengantisipasi kemungkinan industri penerbangan menjadi penyumbang besar bagi polusi udara.

Alexandre de Juniac, Pemimpin International Air Transport Association (IATA), menuturkan, ancaman terbesar untuk industri penerbangan di Eropa ini juga diprediksi akan sampai di belahan lain dunia, terutama Amerika Utara.

Hanya saja untuk Amerika sendiri, kurangnya pilihan kereta yang layak menjadi penghalang besar bagi satu gerakan ini.

KLIK INI:  Berkendara dengan Eco Driving, Benarkah Cara Ini Efektif Hambat Polusi?

“Jika Anda percaya atau berfikir bahwa keprihatinan lingkungan hidup adalah keprihatinan dunia yang menyentuh setiap orang di planet ini, tak ada alasan untuk percaya bahwa orang muda lain tak akan bereaksi,” kata Alexandre kepada Reuters, seperti yang dimuat Republika.co.id Kamis 05 September 2019 lalu.

Namun demikian, gerakan tersebut nantinya akan menyebar di Amerika Serikat dan kemudian bergerak ke negara maju di Asia seperti Korea dan Jepang, demikian ramalan de Juniac.

Gerakana ini akan membuat pemerintah bersemangat mengenakan pajak industri, katanya lagi. Meski kini ndustri penerbangan sudah memangkas buangan karbon dari masing-masing wisatawan pesawat untuk memotong buangan netto sampai 2050 dan mencapai pertumbuhan netral-karbon dari 2020.

Saat ini terdapat sekitar 20.000 pesawat di seluruh dunia dan diperkirakan akan mencapai jumlah 50.000 pesawat pada 2040. Emisi yang dihasilkan oleh industri penerbangan saat ini sekitar 2% dari keseluruhan polusi udara, namun angka itu akan mencapai 16% pada tahun 2050.

KLIK INI:  Sesekali, Cobalah Tips Detoks Media Sosial Ini Demi Kesehatan