Dengan Lagu, Ismail Marzuki Menuntut Kita Mencintai Alam Indonesia

oleh -182 kali dilihat
Memetik Sensasi Hijau di Ujung Tabbina Coko, Kahayya
Memetik Sensasi Hijau di Ujung Tabbina Coko, Kahayya/foto-Ist
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Tak banyak musisi dan pencipta lagu Indonesia yang namanya diabadikan. Namun, Ismail Marzuki adalah pengecualian

Di Jakarta,  namanya menjadi sebuah taman, yakni Taman Ismail Marzuki atau TIM, tempat banyak seniman dan sastrawan tanah air “lahir”.

Meski ia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, karena ibunya meninggal ketika melahirkannya. Ismail tak patah arang, semangatnya tak meredup. Ia berhasil menapak jalan cahaya yang terang melalui jalur musik.

Dengan musik, ia leluasa mengorbitkan diri dan perasaannya dalam mewujudkan rasa cintanya kepada Indonesia.

KLIK INI:  Meresapi Makna Hujan Melalui Kata-kata dari Penulis Indonesia

Meski ia meninggal di usia yang masih tergolong muda, 44 tahun. Namun Ismail telah telah menjadi sebuah legenda dalam dunia musik Indonesia.

Para musisi boleh berdatangan dengan beragam ide segar, tapi nama Ismail Marzuki tetap mengabadi sebagai “pahlawan” musik tanah air.

Lagu-lagunya tetap dinyanyikan, didaur ulang oleh banyak musisi. Lagu-lagunya terus bergema dari Sabang sampai Marauke, apalagi jelang perayaan 17 Agustus, yang menjadi hari kemerdekaan Indonesia.

Di antara banyak lagu yang lahir dari tangan kreativitasnya, kebanyakan bercerita tentang cinta tanah air, kecintaannya terhadap Indonesia tak perlu diragukan. Lagu-lagunya bertema nasionalisme adalah buktinya yang nyata—no debat.

Beberapa lagunya bercerita tentang alam Indonesia yang indah permai dan kaya. Lagu itu  membuat kita bersyukur berkali-kali lipat karena lahir di Indonesia, negara yang kaya raya akan keindahan dan sumber daya alam.

Komponis Ismail Marzuki dilahirkan pada tangga 11 Mei 1914 di Kampung Senen, Kwitang, Jakarta.

Nama sebenarnya hanyalah  Ismail. Namun, untuk menghormati ayah yang dicintainya, ia menambahkan namanya dengan nama sang ayah, Marzuki. Jadilah namanya Ismail Marzuki yang kita kenal dan kenang sekarang ini.

Lagu-lagu ciptaannya membawa nuansa patriotisme dan aroma kesedihan, misalnya lagu Gugur Bunga. Mendengarnya, membawa aroma kesedihan yang kental sekaligus memercikkan jiwa patriotik.

Berikut ini, ulasan singkat dua lagu Ismail Marzuki yang berkisah tentang alam Indonesia:

KLIK INI:  Saatnya Memetik Inspirasi Hidup dari Kata-Kata Mutiara tentang Sungai

 

Rayuan Pulau Kelapa

Tanah airku Indonesia
Negeri elok amat kucinta
Tanah tumpah darahku yang mulia
Yang kupuja sepanjang masa

Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa yang amat subur
Pulau melati pujaan bangsa
Sejak dulu kala

Reff:

Melambai lambai
Nyiur di pantai
Berbisik bisik
Raja Kelana

Memuja pulau
Nan indah permai
Tanah Airku
Indonesia

 

Coba perhatikan lirik lagu di atas. Ismail menggambarkan bahwa negara kita ini aman dan makmur yang memiliki tanah yang subur.

Apa yang dilukiskan dalam lagu tersebut, memang nyata. Bahkan ada yang berpendapat apa pun yang di tanam di Indonesia akan tumbuh, bahkan tongkat yang ditancapkan pun bisa tumbuh saking suburnya.

Namun, sayang kesuburan alamnya tersebut tak terkelola dengan baik, justru sebaliknya, banyak yang dirusak oleh manusia Indonesia sendiri.

Karena itulah, melalui lagu di atas diharapkan mampu menggugah kesadaran kita untuk mencintai dan merawat alam Indonesia yang subur tak terkira.

KLIK INI:  Urin Mampu Atasi Masalah Kekeringan Dunia Pertanian, Benarkah?

 

Ibu Pertiwi

Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Emas intannya terkenang

Hutan, gunung, sawah, lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa

Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah, putra-putrimu
Menggembirakan ibu

Ibu, kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa

Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Emas intannya terkenang

Hutan, gunung, sawah, lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa

Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa

Lagu Ibu Pertiwi terasa lebih menyayat hati. Ada nuansa kesedihan di dalamnya melihat sumber daya alamnya yang telah “tergadai” keindahan dan potensinya.

Hutan yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia pun telah banyak yang rusak. Kerusakan itu membawa duka lara bagi Ibu Pertiwi tercinta.

Pun demikian halnya dengan gunung, sawah, dan lautan. Telah banyak yang rusak oleh ulah manusia. Gunung banyak yang gundul karena pohonnya ditebangi, sehingga menyebabkan bencana alam.

Demikian pula sawah. Banyak sawah yang mulai menganggur karena tak dapat pasokan air yang cukup untuk menumbuhkan padi. Dan yang terjadi selanjutnya, sawah yang menganggur itu pun ditanami beton, berubah jadi gedung dan perumahan.

Bagaimana dengan lautan, biota laut di lautan Indonesia telah banyak yang sekarat, terumbu karang banyak yang rusak, sampah plastik jadi penghuni laut yang mengancam makhluk lautan.

Ismail Marzuki dalam lagu Ibu Pertiwi—datang mengingatkan kita untuk menjaga alam Indonesia. Alam dan segala kekayaannya merupakan pusaka yang sebenarnya bagi bangsa Indonesia yang harus dijaga dengan segenap cinta dan jiwa raga.

Demikian….

KLIK INI:  Kurban Asik Minim Sampah Plastik, Apa Bisa?