Klikhijau.com – Abdul Rasyid dan Ibu Indrayani selaku stakeholder dan nasabah TPS3R Sambung Jawa membagikan cerita bagaimana kondisi terkini TPS3R yang dikelola oleh Masyarakat secara mandiri dengan dorongan Walikota dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Makassar.
Mereka mendapat bantuan dari pihak bank sampah pusat, dan tim klikhijau dan bahkan mereka juga pernah menerima bantuan dari komunitas peduli lingkungan asal Amerika Serikat yakni USAID.
TPS3R menjadi program yang terus mendorong Masyarakat agar senantiasa berpartisipasi dalam mengurangi dan memilah sampah secara mandiri.
Pak Abdul Rasyid sendiri menyebut bahwa pihak walikota terus mendorong masyarakat agar terus aktif dan fokus dalam memilah sampah, bahkan setelah pemilihan RW usai, Pak Rasyid menyebut bahwa walikota berencana menwajibkan agar setiap RT di wilayah Mamajang memiliki bank sampah.
Program ini mendapat respon positif bagi Masyarakat sekitar. Mereka menilai kerja sama bank sampah pusat dan TPS3R di tempat mereka juga membantu dalam membangun kesadaran akan pentingnya pemanfaatan sampah sampah sisa yang menguntungkan Masyarakat sekitar, program yang diberikan juga benar-benar bermanfaat dalam segi edukasi pada Masyarakat umum di sambung jawa.
Sekretaris kecamatan beserta lurah juga turut andil di lapangan untuk mewujudkan program TPS3R agar bisa menjadi perhatian Masyarakat umum.
“TPS3R ini betul-betul harus kita di genjot dari atas, karena memang perintah langsung dari walikota, biasanya warga sendiri bawa sampah plastiknya disini, dan itu dihargai biar sampah sampah plastic biasanya berharga kisaran RP1.000 per kg sampah yang dibawah,” jelas Rasyid saat ditemui Klikhijau beberapa hari lalu di Makassar.
TPS3R dibantu dengan bank sampah pusat memiliki program kerja bakti yang dilaksanakan setiap hari minggu. Program terebut dilakukan sebagai Upaya untuk meningkatkan kesadaran Masyarakat. Setelah kerja bakti mereka juga langsung melakukan penimbangan sampah secara langsung guna menunjukkan kepada Masyarakat sekitar bahwa sampah bisa berguna dalias bernilai ekonomis.
“Jika mengenai volume sampah sebenarnya terus naik pertahunnya, dan dikhawatirkan jika hal tersebut terus terjadi maka TPA (Tempat Pembuangan Akhir) akan diprediksi tutup pada tahun depan, tapi dari informasi yang baru-baru ini saya dapatkan bahwa volume sampah sekitar sebulan terakhir telah menurun dari bulan-bulan sebelumnya.” Tambah Rasyid.
Senada dengan itu, Indrayani menyebut bahwa keuntungan yang ia dapatkan bukan berupa uang melainkan program-program pelatihan yang ia dapatkan yang segunanya bermanfaat bagi dirinya
“Kalau bicara soal keuntungan dek, jujur saya tidak mendapat uang sepeser pun, biar pak Rasyid, uang itu biasanya hanya didapat oleh para pengepul sampah. Kami biasanya mendapat program pelatihan di hotel-hotel, ituji keuntungan yang saya dan Pak Rasyid ambil, tapi kalau mau bilang digaji ndakji, kita kerja ini secara inisiatif sendiri,” ujarnya.
Indrayani menyebut bahwa TPS3R juga memiliki program yaitu pertukaran minyak jelatah menjadi minyak siap pakai. Program ini berjalan hingga sekarang dengan tujuan agar masyarakat tidak membuang minyak minyak sisa mereka secara cuma cuma.
“Daripada warga buang sisa minyaknya kemudian dia tidak gunakan dan ia buang di got, lebih baik mereka tukarkan dengan minyak siap pakai. Karena di TPS3R di sini itu program ini memanfaatkan minyak sisa mereka menjadi bahan bakar biodiesel dan bisa juga menjadi sabun yang dipakai untuk mencuci,” tuturnya.
Selain manfaat, tentu TPS3R juga memiliki hambatan, antara lain TPS3R yang berlokasi di Sambung jawa saat ini tidak memiliki alat atau mesin daur ulang yang memadai, sehingga proses pendaur ulangan terhenti hingga sekarang, saat ini mereka hanya bisa memilah sampah-sampah dan menukarkannya menjadi uang,
“Untuk sekarang disini tidak ada pendaur ulangan sampah, karena mesin daur ulang tidak memadai untuk dipakai. Lebih banyak aktivitas seakarang itu mengepul sampah atau memisahkan sampah sampah plastic,” tambahnya.
Rasyid menilai bahwa para pengepul sekarang masih sulit dalam biaya sehari-hari atau pendanaan.
“Dari TPS3R, kami sendiri sekarang yang aktif itu untuk tempo sekarang baru ada 4 orang pengepul, dan yang bertanggung jawab sebagai perwakilan pengepul itu adalah ibu Hanafia. Ia juga bertugas sebagai petugas kebersihan yang sering menyapu jalanan di wilayah sekitar karena beliau juga tinggal di situ. Ibu Hanafia juga bertugas mencatat jadi jika ada orang yang datang membawa sampah tugas dan Bu Hanafi itu mencatat berapa kantong sampah yang di ambilnya.” ujar Pak Rasyid.
Hingga saat ini hambatan yang didapati bagi pengepul sampah di TPS3R ini adalah pemasukan uang. Hal itu karena para pengepul memang diwajibkan berkerja dulu lalu dibiayai.
Menurut Rasyid, gaji yang harusnya mereka dapatkan bulan sebelumnya masih belum diberikan oleh pihak pusat, sehingga mereka menilai bahwa pemerintah kota terlalu lama menahan anggaran yang harusnya diberikan kepada mereka, yang mengakibatkan mereka harus berkerja ekstra dalam menutupi gaji-gaji mereka selama memilah sampah kemudian ditukarkan dengan uang.
Ketika ditanyakan hambatan lainnya, Pak Rasyid juga mengatakan bahwa bencana banjir juga turut menjadi hambatan mereka , karena bencana banjir yang baru-baru ini ,TPS3R juga sempat berhenti beroprasional dalam sementara yang mengakibatkan sampah menumpuk dan program tidak berjalan secara semestinya.
Dulunya TPS3R juga memiliki banyak kompos yang berfungsi sebagai kembang biak maggot dari sisa-sisa makanan rumah tangga. Bibit bibit maggot pun bersumber dari bermacam macam, bahkan mereka menyebut bahwa maggot yang mereka rawat bisa berkilo-kilo dikarenakan subsidi dari mahasiswa yang membantu mereka dalam program budidaya maggot.
“Bahkan dulu ada mahasiswa ITB yang damping saya yang membelikan saya bibit maggot jauh-jauh dari bogor dan membawakannya ke TPS3R sini.” Ujarnya.
Namun semenjak dilanda bencana banjir, mereka sempat memberhentikan penggunaan kompos karena khawatir jika hujan terjadi, tempat kompos mereka juga ikut larut dalam air banjir. Seperti diketahui, lokasi TPS3R memang dekat dengan air kanal yang jika musim hujan tiba air di dalam kanal ikut meluap hingga ke area pengolahan sampah.
Ke depan mereka berharap dapat membangun kesadaran Masyarakat akan pentingnya pemanfaatan limbah rumah tangga. Tidak hanya menjadi suatu hal yang ditumpuk, tetapi menjadi ladang pencari uang bagi siapapun yang mengerjakannya, untuk manfaat manfaat lain juga sekiranya berguna bagi sesama masyarakat Kelurahan Sambung Jawa.








