Bercocok Cinta di Gelombang

oleh -324 kali dilihat
tibalah daun itu pada kuncupnya. tebarkan hijau. tandai waktu kita berjalan terus ke rawa-rawa benamkan kaki dalam lumpur kita berkejaran ke laut, membaurkan asin keringat kita terus saja berjalan kadang tanpa alas kaki tanpa payung dalam hujan ….senyummu bulan sabit….. ….langkahmu pohon-pohon berakar serabut-kokoh.. ….matamu hijau teduh…. kini kau berjalan cukup jauh ke belantara-sendiri memupuk mimpi tentang sebuah lembah dengan bebungaan doa-doa aku tahu kau akan sampai lalu bercocok cinta di ladang waktu ……daun-daun menyentuh jidatmu-khusyuk …...air mengalir basuh kakimu…. ……gerimis turun sapu peluhmu… kau musim dalam musim langkahmu semakin jauh menuju gelombang kau tak juga membuang sauh kau penakluk gelombang di napasmu ada gemuruh pinisi pada lakumu ada tarian padduppa pada tuturmu ada sinrilik pakasalamak teruslah berjalan kita akan bertemu pada gelombang yang pasang ketika terik mengangkasa mengundang burung-burung berkicau daun-daun melambai ……hidup mesti terus bergerak ke depan… kini-sekarang kau kembali tiba pada daun yang menguncup di matamu …………….hijau penuh nostalgia…. sebuah tanda, usia tak pernah berhenti berjalan mendekat lalu menjauh benamkan kita dalam rawa-rawa ajari kita berjalan di gelombang ……..terus saja berjalan, karena berhenti berarti menyerah pada maut….. usiamu lalu usiamu kini usiamu nanti sebuah kisah yang terus bergerak dalam bumi, dalam alam yang terus kadokan kehidupan
Ilustrasi/foto- Wikipedia Commons
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

tibalah daun itu pada kuncupnya. tebarkan hijau. tandai waktu
kita berjalan terus ke rawa-rawa
benamkan kaki dalam lumpur
kita berkejaran ke laut, membaurkan asin keringat
kita terus saja berjalan
kadang tanpa alas kaki
tanpa payung dalam hujan
….senyummu bulan sabit…..
….langkahmu pohon-pohon berakar serabut-kokoh..
….matamu hijau teduh….

kini kau berjalan cukup jauh ke belantara-sendiri
memupuk mimpi
tentang sebuah lembah dengan bebungaan doa-doa
aku tahu kau akan sampai
lalu bercocok cinta di ladang waktu
……daun-daun menyentuh jidatmu-khusyuk
……air mengalir basuh kakimu….
……gerimis turun sapu peluhmu…
kau musim dalam musim

langkahmu semakin jauh menuju gelombang
kau tak juga membuang sauh
kau penakluk gelombang
di napasmu ada gemuruh pinisi
pada lakumu ada tarian padduppa
pada tuturmu ada sinrilik pakasalamak

teruslah berjalan
kita akan bertemu pada gelombang yang pasang
ketika terik mengangkasa
mengundang burung-burung berkicau
daun-daun melambai
……hidup mesti terus bergerak ke depan…

kini-sekarang kau kembali tiba pada daun yang menguncup di matamu
…………….hijau penuh nostalgia….
sebuah tanda, usia tak pernah berhenti berjalan
mendekat lalu menjauh
benamkan kita dalam rawa-rawa
ajari kita berjalan di gelombang
……..terus saja berjalan, karena berhenti berarti menyerah pada maut…..

usiamu lalu
usiamu kini
usiamu nanti
sebuah kisah yang terus bergerak
dalam bumi, dalam alam yang terus kadokan kehidupan

Penulis lahir di Desa Kindang, Bulukumba