Apa Itu “Slow Fashion”? Paradigma Berkelanjutan dalam Produksi Fesyen

oleh -492 kali dilihat
Apa Itu “Slow Fashion” Paradigma Berkelanjutan dalam Produksi Fesyen
Ilustrasi - Foto/Free-Photos dari Pixabay

Klikhijau.com – Selain istilah fast fashion, ada lagi nih istilah lain yang juga penting dipahami Sahabat Hijau, yakni fesyen lambat alias “slow fashion”.

Di dunia mode, narasi ini diperkenalkan sebagai reaksi keras atas mode cepat (fast fashion) yang mengabaikan aspek sustainability. Dari sini mulai terlihat visi dari pendekatan ini bukan?

Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa “slow fashion” atau fesyen lambat

merujuk pada paradigma berkelanjutan dengan kesadaran (mindful) dalam produksinya.

Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan bahan ramah lingkungan atau bahkan tekstil daur ulang. Pakaian ini diamsusikan lebih tahan lama dan berkualitas tinggi. Bukan itu saja, mulai dari pembuatan hingga pengiriman, semuanya diperhatikan dengan seksama.

KLIK INI:  Baju Baru, Langsung Dipakai Saja Atau Sebaiknya Dicuci Dahulu?
Apa bedanya dengan fast fashion?

Dikutip dari laman ZeroWaste, fesyen lambat adalah praktik produksi fesyen yang berbasis pada rentang waktu relatif lama, berorientasi pada daya tahan dan kualitas tinggi.

Paling penting adalah paradigma yang digunakan dalam produksinya sangat memperhatikan etika dan memastikan segalanya sangat ramah lingkungan.

“Slow Fashion”
Ilustrasi – Foto/Hiduptanpasampah

Jadi, fesyen lambat tidak berfokus pada kecepatan produksi dan kuantitasnya sebagaimana pendekatan yang dipakai fesyen cepat. Pendeknya, fesyen lambat adalah kebalikan dari fast fashion.

Jika fast fashion lebih fokus pada bagaimana mengejar profit setinggi-tingginya dengan biaya produksi seminimal mungkin, fesyen lambat justru sebaliknya.

Fokus utama dari fesyen lambat adalah pada bagaimana menjadikan seluruh proses dari produksi hingga pemakaian menjadi berkelanjutan. Begitu pula pada aspek lain yang juga diperhatikan detail seperti tenaga kerjanya dan dampak lingkungan selama proses produksi.

KLIK INI:  Bahaya Langsung Tidur Setelah Sahur, Ini Penjelasannya!

Meski prosesnya dibuat dengan sangat hati-hati, namun produksi mode fesyen lambat tidak ingin mengorbankan kualitasnya.

Visi kunci dari slow fashion adalah bagaimana mengatasi rantai pasok yang massal dan pola konsumsi yang buruk. Istilah ini diperkenalkan oleh Kate Fletcher, Profesor of Sustainability, Design, and Fashion at the University of the Arts London’s Centre for Sustainable Fashion.

Ciri produksi slow fashion

Seperti ditekankan di pembahasan awal bahwa fesyen lambat tidak terlalu terburu-buru. Sebab yang terpenting di sini adalah kualitas dan memastikan segala elemennya tak mengabaikan aspek lingkungan.

Secara spesifik, perusahaan dengan pendekatan slow fashion ditandai dengan ciri khusus yakni produksinya lambat dan desainnya tak menghasilkan limbah. Bahkan, paradigma ini dibuat secara sengaja untuk melawan tren limbah produksi pakaian.

Ciri lainnya adalah perusahaan dengan pendekatan slow fashion tidak ikut pada arus tren yang ada. Namun, mencoba menghasilkan mode yang tak lekan waktu sehingga konsumen dapat dipakai lebih lama bahkan seumur hidup.

Umumnya fesyen lambat sangat kental dengan model khas yang otentik, terbatas dan spesifik yang dihasilkan tidak lebih dari 3 kali per tahunnya.

KLIK INI:  Apa Itu 'Sustainability' atau Keberlanjutan?

Selain bahan dan desainnya, fesyen lambat umumnya diproduksi secara lokal demi memastikan rantai pasok dan kesejahteraan pekerjanya. Produknya bahkan tidak masuk dalam jaringan global atau brand ternama.

Bagaimana menerapkan konsep fesyen lambat?

Lalu, bagaimana sih menerapkan gerakan slow fashion? Rupanya tidak rumit loh Sahabat Hijau. Simak beberapa langkah berikut ini yang dapat diterapkan dalam keseharian?

  • Pakailah apa yang ada dalam lemari

Cobalah membuka-buka lemari lagi. Sangat mungkin, di sana kamu akan menemukan pakaian andalanmu yang mungkin lama mengendap. Pakailah yang ada tersebut sebagai upaya membangun kembali memori spesial terhadap pakaian tersebut.

Jadi, tak ada salahnya mengkampanyekan gerakan #MulaiDariLemari. Pesannya adalah lebih baik memakai sesuatu yang ada, ketimbang tergoda membeli baju baru.

  • Mengubah minset tentang membeli baju

Sebagai seorang konsumen yang sadar tentang dampak lingkungan yang ditimbulkan dari produksi pakaian, sudah sepatutnya kita mengubah minset dalam hal baju baru.

KLIK INI:  Pentingnya Literasi Sustainability Menuju ‘Net Zero Carbon’ dan Inklusi Keuangan

Diantaranya dengan mencoba memahami pentingnya memperpanjang usia sebuah pakaian. Anda bisa melakukannya dengan menyewa pakaian, bertukar dengan kawan atau keluarga atau membeli pakaian bekas.

Aksi seperti ini setidaknya akan memperpanjang umur pakaian hingga 9 bulan serta mengurangi emisi karbon global sebesar 20-30 persen.

Janganlah membeli baju hanya karena dorongan nafsu. Pikirkan lebih bijak lagi sebelum membeli. Misalnya apakah kamu ada barang yang sama atau belum yang telah kamu punya dan lainnya.

  • Mencari tahu brand slow fashion

Mulailah mencari tahu mengenai brand slow fashion dan temukanlah produk-produknya yang mungkin sesekali waktu kamu investasi pakaian.

Namun sebelum itu, kamu perlu berselancar dulu mengumpulkan informasi apakah brand tersebut benar-benar diproduksi dengan paradigma fesyen lambat atau tidak.

Periksalah bahan dan kualitas bahan yang digunakan dan bagaimana etika brand tersebut dalam mengelola bisnisnya? Bagaimana proses produksi pakaian yang dilakukan? Lalu, seberapa banyak koleksinya?

Jika, jawaban dari pertanyaan di atas mengarah pada pendekatan fesyen lambat, maka jelas ini sudah rekomended.

Bagaimana? Sampai disini semoga menambah wawasan kita tentang fesyen lambat. Namun, yang lebih penting disini adalah mencoba menerapkannya dari sekarang sebagai konsumen bijak dan peduli lingkunan.

Untuk lebih lengkapnya, temukan alasan rasional untuk tidak membeli baju baru di SINI! Semoga bermanfaat!

KLIK INI:  Sustainable Fashion yang Ramah Lingkungan Jadi Perhatian Kaum Milenial