Klikhijau.com – Selama dua hari pada 31 Oktober – 1 November 2024, Komunitas AKSI (Aliansi Komunitas Sungai) Balantieng melakukan kegiatan workshop Green Business di Hotel Agri Bulukumba. Kegiatan ini dihadiri 14 Komunitas yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Balantieng.
Kepala DLHK Bulukumba Andi Uke Indah Permatasari dalam sambutannya mengatakan jika bisnis toko refill merupakan upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi permasalahan sampah sachet di Bulukumba.
Andi Uke juga mengatakan jika DLHK Bulukumba akan membuat toko refill di kantor DLHK sebagai bentuk komitmen kami dalam ikut mengurangi masalah plastik sekali pakai dan menjadi tempat edukasi bagi masyarakat.
Dalam workshop yang juga dipandu oleh Yayasan ECOTON, NGO Makara dan Teras Mitra ini merupakan rangkaian program yang didukung oleh GEF SGP Indonesia tentang pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di DAS Balantieng.
Pencemaran sungai Balantieng oleh sampah plastik tidak bisa terhindarkan. Dalam beberapa penelitaan ECOTON dengan komunitas dan sekolah juga menemukan adanya mikroplastik di beberapa titik, yakni di tengah dan di hilir sungai Balantieng. Sampah plastik saat ini telah menjadi tantangan bagi lingkungan.
Dalam penelitian karakteristik sampah di Desa Batukaropa tahun 2024 didapat sebanyak 47 persen sampah organik, 32 persen sampah daur ulang dan 21 persen sampah residu. Sementara itu, ada 3 jenis sampah anorganik yang paling banyak ditemukan, yakni kardus, sachet, dan popok.
“Maka salah satu tujuan workshop green business ini adalah upaya mengurangi pencemaran sachet di sungai. Green Business merupakan sebuah pendekatan bisnis yang mempertimbangkan aspek lingkungan yang keberlanjutan.
Salah satu green business yang kami dorong dalam workshop ini adalah Toko Refill dan saat ini sudah ada 7 komunitas di DAS Balantieng yang tertarik untuk menjalankannya.” Ujar Amiruddin M, selaku Koordinator Program Yayasan ECOTON.
Saling mengutarakan ide
Selama workshop peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Hari pertama workshop difokuskan pada materi mengenai kebijakan nasional tentang pengurangan sampah pada jasa makanan dan ritel, pentingnya refill dan contoh-contoh toko refill di Indonesia serta yang ada di Eropa yang di Kelola oleh komunitas maupun perusahaan.
Sedangkan hari kedua materi difokuskan pada penyusunan bisnis yang akan dijalankan oleh komunitas yang dipandu oleh Fasilitator Business Model Canvas (BMC) dari Teras Mitra.
“Bisnis model canvas merupakan salah satu metode yang bisa di gunakan untuk menganalisis pasar, konsumen dan bagaimana strategi pengembangan usaha,” terang Nindi dari teras mitra.
Dalam kesempatan diskusi, peserta saling mengutarakan ide dan konsep toko refill yang akan di jalankan berdasarkan masalah yang ada di wilayah kerja komunitas. Beberapa komunitas juga ingin mengintegrasikan toko refill sabun dengan refill pestisida karena di wilayahnya banyak di temukan penggunaan pestisida dan botolnya terbuang di sungai.
Selain itu, juga ada komunitas yang akan mengembangkan usaha produk lokal komunitas dalam bentuk curah sebagai upaya untuk mengurangi plastik sekali pakai.
4 strategi kesuksesan green business
Christa Nooy, dari Organisasi Makara Belanda memberikan pemaparan mengenai kisah toko refill yang berjalan di Belanda dan Eropa. Serta pengalaman implementasi green business yang pernah dijalankan bersama dengan komunitas di Sungai Brantas, Jawa Timur.
Christa juga membagikan 4 strategi kesuksesan dari green business komunitas yakni (1) Dinamika kelompok serta kolaborasi yang kuat dengan jejaring. (2) Anggota kelompok yang juga ikut menggunakan produknya dan ikut serta mempromosikan produk mereka sendiri. (3) pemberian voucher, penggunaan media sosial, serta pertemuan perempuan untuk meningkatkan visibilitas. (4) toko menjual kebutuhan kecantikan untuk menarik pelanggan tambahan ke toko isi ulang.
“Kami dari DLHK Bulukumba sangat tertarik sekali dengan ide kegiatan toko refill ini. Toko refill ini akan membantu memenuhi target pengurangan sampah di kabupaten Bulukumba. Ke depannya kami menjalankan toko refill ini dengan bank sampah untuk menukarkan sampah daur ulangnya dengan produk refill dan melibatkan komunitas ecoenzyme untuk menjual produk turunannya seperti sabun alami.” Tutup Delima Veranita Sirait, DLHK Bulukumba yang ikut dalam workshop.