Suriani, Perempuan Lorong yang Berjuang Merdeka dari Kepungan Sampah

oleh -383 kali dilihat
Suriani, Direktur Bank Sampah Kemapertika
Suriani, Direktur Bank Sampah Kemapertika/foto-Klikhijau
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Sebuah lorong di samping Pesantren Ikatan Masjid Musala  Indonesia Muthahidah (IMMIM) Makassar dihiasi gelas palstik yang telah dicat warna kebanggaan Indonesia; merah putih.

Gelas plastik tersebut digantung  di sepanjang lorong yang ditutupi atap seng. Di depan lorong, tepat di sebelah kiri  terpasang papan nama berwarna hijau dengan tulisan warna putih,  Jl. P Kemeredekaan IX. Huruf P yang dimaksud adalah Perintis.  Di bawah tulisan tersebut terdapat tulisan dengan aksara lontara.

Seorang perempuan berbaju merah berdiri gelisah di depan lorong. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, sesekali melihat hanphone-nya. Dua lelaki  di sebelah kanan jalan masuk lorong sedang sibuk memperbaiki motor.

Tempat itu merupakan bengkel yang tak terlalu besar, menghadap langsung ke jalan raya. Sedangkan di belakang bengkel, tepatnya di sebelah kanan lorong yang telah diatapi senk itu berdiri kios yang menjual barang campuran. Orang Makassar biasa menyebutnya gadde-gadde

Perempuan itu mengenakan baju merah berlengan hitam, berjilbab warna serupa dengan bajunya. Ia sedang menunggu seseorang yang akan menulis profil dirinya di depan lorong.

Seorang lelaki memperhatikannya di atas motor yang diparkir tak jauh dari tempat perempuan itu menunggu, rupanya lelaki itulah yang sedang ditungguinya.  Perempuan itu tersenyum ramah ketika lelaki itu mendekatinya. Hari itu, Jumat 27 Juli 2018 siang.

KLIK INI:  Enno, Pilot Perempuan Bidang Pemetaan KLHK dan Kisahnya yang Maskulin

“Maaf, Bu, saya terlambat,” sapa pengendara motor tersebut.

“Tak apa-apa,” jawabnya ramah sambil naik ke motor. Keduanya berboncengan memasuki lorong Perintis Kemerdekaan 9

“Terus saja!” pesannya

Perempuan itu adalah Suriani. Dia bukan perempuan sembarangan meski tak pernah menikmati bangku kuliah. Ia adalah sumber inspirasi dan kekuatan bagi masyarakat  Perintis Kemerdekaan RW 008, Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Ia lebih suka menjawab  Ibu Rumah Tangga (IRT) jika ditanya apa aktivitas kesehariannya.

Suriani membuktikan bahwa bekerja sebagai IRT tak  membuatnya mati akal. Ia tetap bertekad bisa memberi sesuatu kepada masyarakat yang ada di sekitarnya.

Karena tekad yang baja itulah, ia dipercaya menjabat sebagai Direktur Bank Sampah Unit Kerukunan Masyarakat Perintis Kemerdekaan 9 yang disingkat menjadi BSU KEMAPERTIKA  terletak RW 008.

Meski jabatannya adalah direktur, jangan bayangkan Suriani memiliki kantor atau pun mengenakan baju kantoran serta kehidupan yang wow.

Ia orang sederhana,  tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) Biringkanaya di tahun 1992. Kantornya adalah kolong rumah panggung  berlantaikan tanah. Ia menamainya sekretariat.

Di kolong rumah itulah aktivitas bank sampah Kemapertika bergerak untuk mengedukasi warga setempat agar menjadikan sampah memiliki nilai ekonomi.

Bank sampah Kemapertika merupakan bank sampah yang kesekian di kota Makassar. Bank sampah sendiri merupakan program pemerintah sejak tahun 2011, namun baru berjalan dengan baik di tahun 2015.

“Semua ini berawal dari arahan Pak Lurah, awalnya masyarakat enggan melakukan arahan tersebut karena menganggap sampah itu kotor, tak bernilai,” ungkap Suriani sambil membetulkan jilbabnya. Ia duduk di kursi plastik berwarna merah, sewarna dengan jilbab dan bajunya.

KLIK INI:  Tentang Ria, Perempuan yang Bertarung dalam Kobaran Api di Hutan

Perempuan yang menikah di tahun 1992 dengan lelaki bernama  Nurdin itu juga mengungkapkan jika keberadaan bank sampah Kemapertika belum lama, Surat Keputusan (SK) dari pihak pemerintah Kota Makassar baru keluar diakhir 2016. Bank sampah Kemapertika sendiri baru berjalan diawal tahun 2017 dengan beranggotakan sepuluh orang.

“Meski masih baru, tapi kami telah meraih penghargaan berupa piala sebagai bank sampah terbaik di Makassar. Lomba penilaian itu sendiri diadakan setiap tahun dan diikuti semua bank sampah yang ada di Makassar,” tambahnya.