PT Mitra Hijau Asia Investasi Rp 200 Miliar Bangun Pabrik Pengelolaan Limbah B3 di Barru

oleh -1,012 kali dilihat
PT Mitra Hijau Asia Investasi Rp 200 Miliar Bangun Pabrik Pengelolaan Limbah B3 di Barru
Direktur Utama PT Mitra Hijau Asia, Riory Rivandy Ilyas bersama Dirjen PSLB3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati jelang peletakan batu pertama pembangunan tempat pengelolaan limbah B3 di Barru - Foto/Ist

Klikhijau.com – PT Mitra Hijau Asia gelontorkan investasi kurang lebih Rp. 200 miliar untuk pembangunan tempat pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Kabupaten Barru.

Proyek yang berdiri di atas lahan seluas 42 hektare ini akan menjadi yang pertama di Indonesia Timur. Keberadaan pabrik ini akan sangat berkontribusi terhadap swasta dalam hal ini industri dan juga pemerintah.

Untuk diketahui, salah satu masalah besar saat ini adalah tingginya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk penanganan limbah industri atau limbah medis rumah sakit.

Biaya tersebut terutama mencakup biaya transportasi dimana semua limbah harus dikirim dan dimusnahkan di Jawa.

“Dengan adanya tempat pengelolaan limbah B3 yang dibangun PT Mitra Hijau Asia ini, industri dan rumah sakit di kawasan Timur khususnya akan lebih efisien. Ini adalah proyek penting yang sangat membantu pemerintah dalam penanganan limbah B3 yang selama ini masih menjadi beban industri dan rumah sakit,” kata Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 KLHK saat meresmikan peletakan batu pertama pabrik PT Mitra Hijau Asia di Barru, 20 Februari 2021.

KLIK INI:  3 Pesan Menteri LHK untuk Keberlanjutan Kelestarian Lingkungan di Indonesia

Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, investasi PT Mitra Hijau Asia sebagai sebuah investasi langka. Karena, di antara 12 ribu industri yang menyesaki Indonesia, hanya 20 Industri saja yang bergerak di bidang Pengelolaan Sampah, Limbah.

“Saya percaya perusahaan ini akan bergerak secara profesional dan beroperasi sesuai arahan dan pengawasan pemerintah,” kata Vivien.

Direktur utama PT Mitra Hijau Asia, Riory Rivandy Ilyas mengatakan, PT Mitra Hijau Asia telah berkontribusi selama 7 tahun dengan komitmen kuat membantu pemerintah menyelamatkan lingkungan dengan motto “protect the environment”.

“Total investasi di pembangunan ini kurang lebih Rp 200 miliar dan dibangun di atas lahan seluas 42 hektare,” kata Riory.

Riory menambahkan, PT Mitra Hijau Asia didirikan pada tahun 2014 atas dorongan Ibu Dirjen Rosa Vivien Ratnawati. Semangatnya adalah bahwa perlu membantu pemerintah dengan membangun pengelolaan limbah B3, karena seharusnya limbah B3 dari Sulawesi Selatan tidak di kirim ke Pulau Jawa untuk dimusnahkan.

“Sejak itu kami mencanangkan pembangunan pengelolan limbah B3 dan hari ini dapat terwujud. Sebagai tahap pertama yaitu pembangunan insenerator sebanyak 2 unit dengan kapasitas 12 ton/hari untuk limbah medis dan limbah industri serta pengumpulan 193 jenis limbah B3  pada luas lahan 2,3 ha,” tambahnya.

KLIK INI:  Ini Pesan Menteri LHK di Hari Bakti Rimbawan 2021!

Untuk tahap kedua, PT Mitra Hijau Asia akan mengembangkan pemanfaatan limbah B3 menjadi bata merah dan bata putih serta pengelolaan oli bekas. Dan pada tahap ketiga akan di kembangkan landfill dengan luas  39,7 ha  sehingga luas seluruhnya  mencapai  42 ha dengan  investasi sedikitnya mencapai 150 – 200 milyard rupiah.

“Perlu kami laporkan bahwa bisnis kami selama ini adalah pengangkutan/ transportasi  limbah B3 sejak tahun 2014, dengan jumah armada truk dan mobil box sebanyak 62 unit dengan kantor cabang di 16 provinsi masing-masing di Kalimantan, Sulawesi,  Maluku, Papua, NTT  serta Surabaya dan Jakarta,” jelas Riory.

Riory menegaskan bahwa yang paling sulit sejauh ini adalah pengangkutan dari pulau-pulau terluar seperti Pulau Saumlaki yang berbatasan dengan Australia dan Pulau Wetar yang berbatasan dengan Timor Timur. Dimana trasporter bahkan perlu mencarter kapal khusus mengangkut truk paling sedikit 2 hari baru ke Ambon, untuk selanjutnya dari Ambon ke makassar, Makassar ke Surabaya/Jakarta. sehingga seluruhnya dibutuhkan waktu 14 hari.

“Sebenarnya lebih dekat ke General Santos Filipina di banding Ke Manado yang bukan hanya sulit dijangkau juga menunggu cuaca bagus serta kedatangan kapal, pernah sampai 21 hari dibutuhkan untuk mengangkut satu kontainer.  Hal yang sama juga dengan Nunukan yang berbatasan dengan Malaysia atau bahkan kabupaten Sekadau Kalimantan Barat yang jaraknya hanya 200 meter dari Malaysia,” tambah Rio

Demikian halnya dengan  Pulau Tahuna yang berbatasan dengan Filipina, ditempuh dengan kapal selama 2 hari dari Manado. “Dengan adanya tempat pengelolaan limbah B3 di Barru, tentu akan berdampak terhadap efisiensi industri dan rumah sakit khususnya di Kawasan Timur Indonesia,” pungkasnya.

Selain pemusnahan limbah B3, Perusahaan ini juga akan mengelola limbah industri spesifik yang akan menghasilkan produk seperti batako dan batu merah. Produk hasil olahan ini nantinya akan dikontribusikan pada masyarakat di Barru dan sekitarnya sebagai bentuk CSR perusahaan.

“Nantinya ada produk hasil olahan berupa batako dan batu merah yang tidak kami perdagangkan. Akan kami sumbangkan ke pesantren, sekolah, pedesaan dan komunitas yang membutuhkan,” pungkasnya.

KLIK INI:  Menilik Kisah Pilu Masyarakat Terdampak Semburan Lumpur Lapindo dalam Film Grit