Klikhijau.com – Setiap ke kebun kopi, rumput gewor tak pernah alpa saya temui. Ia tumbuh subur di bawah naungan pohon kopi, membaluti batu, tanah hingga kayu.
Seperti tadi pagi, ketika saya ke kebun kopi yang terletak di Dusun Gamaccayya, Desa Kahayya. Tumbuhan ini kembali jadi pemandangan yang hijau.
Tumbuhan bernama ilmiah Commelina benghalensis ini menyukai tempat yang lembap dan terlindungi dari terpaan matahari langsung. Gewor merupakan sejenis herba anggota suku Commelinaceae.
Karena tumbuhan ini tumbuh sebagai rumput, maka kehadirannya dianggap pengganggu oleh masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
Bagi petani, rumput adalah musuh bebuyutan yang harus dibasmi, tak peduli rumput apa pun itu. Sebab jika dibiarkan akan menjadi hama–merampas kesuburan tanaman. Tak terkecuali rumput gewor.
Meski, jika dilihat sekilas, rumput dari ordo Commelinales ini tak membawa ancaman, justru membuat tanah menghijau. Namun, karena rerumputan, iya harus dibasmi.
Kaya manfaat
Semua tetumbuhan, apa pun jenisnya membawa manfaat. Jika tak ada manfaat kesehatannya bagi manusia. Tetumbuhan pasti akan membawa manfaat bagi lingkungan dan makhluk hidup lainnya.
Tumbuhan gewor juga demikian, ia membawa manfaat, tak hanya terhadap lingkungan, tetapi juga manfaat bagi manusia sebab menurut Wikipedia, tumbuhan ini kerap dijadikan sayuran atau lalap.
Dikutip dari socfindoconservation, tumbuhan dari famili Commelinaceae ini juga membawa manfaat kesehatan bagi manusia, di antaranya dapat mengobati diare, kusta, penyakit mata, sakit kepala, gangguan tenggorokan, luka bakar, sariawan, gangguan lambung, penurun panas, antiinflamasi, penyakit kulit dan gangguan pernafasan.
Manfaat itu didapat dari kandungannya yang berupa saponin, flavonoid, polifenol, phlobatannins, tanin, minyak atsiri, alkaloid, katekol, aleuron, lactone, kumarin, asam amino, kuinon.
Namun, meski memiliki banyak manfaat kesehatan. Tumbuhan yang berasal dari Afrika melalui Semenanjung Arab hingga India, China, Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Filipina ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat dengan maksimal, khususnya di kampung saya, Kindang Bulukumba.
Tumbuhan ini masih dipandang sebagai pengusik tanaman, sehingga harus diberantas hingga ke akar-akarnya.
Padahal selain manfaat kesehatan, ia juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Di beberapa toko online atau market place sangat mudah ditemukan penjualan tumbuhan ini.
Tumbuhan ini sangat menarik saat ditanam di dalam pot. Warna daunnya yang hijau segar dan batangnya yang merambat membuatnya bisa jadi pilihan menarik untuk dikoleksi sebagai tanaman hias.
Bukan hanya itu, tumbuhan ini juga memiliki bunga yang indah. Ukuran bunganya kecil dan terkesan tersembunyi sehingga tak mudah terlihat.
Meski begitu, keindahan bunganya membuatnya semakin menarik untuk dibudidayakan. Apalagi sebagai tumbuhan liar, perawatannya tidaklah terlalu rumit.
Ciri-ciri rumput gewor
Dilansir dari ipbiotics, rumput gewor dapat tumbuh dengan tinggi 30-60 cm. Batangnya tegak atau sedikit menjalar, bulat, beruas-ruas, lunak, dan berwarna hijau.
Daunnya tunggal, berwarna hijau, berseling, duduk memeluk batang, lonjong, bagian tepi sedikit berombak, ujung meruncing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, lebar 1-3 cm, pertulangannya sejajar, dan permukaannya berbulu.
Bunganya majemuk, berwarna biru, terdiri dari 2-3 cabang, terletak di ujung cabang atau di ketiak daun, bertangkai pendek tertutup seludang bunga, kelopak berjumlah 3 helai, mahkota berbentuk jantung dengan panjang 0,7-0,9 cm.
Tumbuhan ini memiliki buah, buahnya kotak, bulat telur, panjang 5-7 mm, dan berwarna hijau. Biji bulat, kecil, dan berwarna hitam. Akar serabut dan berwarna putih. Gewor di Jawa terdapat pada ketinggian tempat dibawah 900 m dpl, di tempat yang tersinari matahari atau sedikit ternaungi.