Klikhijau.com – Air hujan Malang terungkap dicemari mikroplastik, serpihan kecil plastik berukuran lebih kecil dari 1 mm ini ditemukan di 5 lokasi, Sudimoro, Pasar Belimbing, Pasar Singosari dan Gadang.
Penelitian yang dilakukan 6-8 November oleh Tim peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) dengan melibatkan partisipasi warga Malang.
“Kami membuka pengumuman melalui Instagram Ecoton mengajak warga untuk mengumpulkan air hujan di sekitar rumah sebanyak 1 liter yang ditampung wadah yang tidak terbuat dari plastik seperti kaleng, panci steinless steel, mangkok atau mug yang diletakkan di ketinggian di atas 1,5 meter dan terbebas dari halangan seperti pohon atau bangunan, pengumuman ini mendapatkan respon dari 5 orang di di 4 kecamatan Kota Malang,” ungkap Alaika Rahmatullah.
Sample air hujan tersebut lalu dikirimkan ke booth Pameran Ecoton di MCC lantai 5 Kota Malang untuk kemudian dianalisis menggunakan mikroskop stereo untuk identifikasi partikel mikroplastik.

Sebaran Mikroplastik Pada Air Hujan Malang Raya (Sumber: Ecoton, 2025)
Jenis mikroplastik yang paling dominan adalah fiber (serat halus plastik sintetis) yang mencapai lebih dari 80% dari total partikel, disusul oleh film/filamen (lapisan tipis dari kantong plastik atau kemasan sekali pakai) dan fragmen (pecahan kecil plastik keras).
Mikroplastik Air Hujan Berasal dari Asap Pembakaran Sampah
Penelitian Ecoton menemukan bahwa mikroplastik yang terdistribusi ke atmosfer dan mengalami deposisi basah (wet deposition) melalui air hujan diakibatkan oleh dua sumber utama, yakni emisi pembakaran sampah plastik dan fragmentasi sampah plastik yang terakumulasi secara terbuka.
“Saat masyarakat membakar sampah plastik, partikel mikroskopis plastik ikut terlepas ke udara bersama asap dan debu. Partikel-partikel tersebut kemudian terbawa angin, mengalami pengembunan di atmosfer, lalu turun kembali ke permukaan bumi bersama butiran hujan. Mekanisme ini dikenal sebagai wet deposition, di mana udara tercemar menjadi medium baru penyebaran plastik” ujar Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton.
Lebih lanjut, Rafika menegaskan bahwa temuan ini secara konkret mengindikasikan bahwa polusi mikroplastik telah menjadi ancaman yang serius terhadap kualitas udara ambien dan sumber daya air yang vital bagi kehidupan masyarakat.
Data sumber kontribusi mikroplastik pada air hujan adalah sektor pembakaran sampah plastik sebagai kontributor dominan sebesar 55%. Selain itu, sektor transportasi (melalui abrasi ban dan aspal) juga memberikan kontribusi substansial hingga 33,3%. Sementara itu, sektor rumah tangga, termasuk laundry dan tekstil domestik 27,7% dan limbah kemasan plastik yang tak terkelola 22%, menyoroti keragaman jalur transmisi partikel mikroplastik di atmosfer.
Ancaman Baru dari Langit
Partikel mikroplastik berukuran di bawah 5 milimeter, kini telah terdeteksi dalam udara dan air hujan di berbagai belahan dunia, termasuk Malang Raya. Ukurannya yang sangat kecil memungkinkan partikel ini terhirup langsung melalui sistem pernapasan atau terbawa air hujan ke tanah, sungai, dan air tanah yang menjadi sumber air minum masyarakat.
Beberapa studi internasional, seperti yang diterbitkan di Science of the Total Environment (2022) dan Environmental Pollution (2023), menunjukkan bahwa mikroplastik di udara dapat membawa logam berat (seperti timbal dan kadmium) serta senyawa kimia berbahaya seperti Bisphenol-A (BPA), phthalates, dan flame retardants. Zat-zat ini memiliki efek toksik pada manusia, termasuk:
- Peradangan saluran pernapasan akibat paparan partikel asing pada jaringan paru-paru
- Stress oksidatif dan kerusakan sel, yang dapat memicu gangguan pada sistem kekebalan tubuh
- Gangguan hormon (endokrin disruptor) yang mempengaruhi keseimbangan hormon reproduksi, tiroid dan metabolisme.
- Potensi karsinogenik akibat akumullasi bahan kimia aditif di jaringan tubuh.
“Temuan ini menjadi fenomena terbentuknya siklus plastik atmosferik, di mana partikel plastik yang berasal dari pembakaran sampah mengalami kondensasi dan kembali ke permukaan bumi bersama hujan. Partikel mikroplastik yang turun bersama air hujan bukan hanya mencemari lingkungan, tapi juga membuka jalur paparan baru bagi manusia melalui udara yang dihirup, air yang diminum, dan tanah” ujar Alaika Rahmatullah, Peneliti Ecoton.
Rekomendasi Ecoton dalam Temuan ini
Dengan dasar temuan ini, ECOTON memberikan rekomendasi kepada Pemda dan tuntutan kebijakan berupa
- Pemerintah Daerah Kota Malang harus melarang pembakaran terbuka sampah plastik, pembakaran sampah di permukiman padat penduduk menjadi salah satu sumber utama partikel mikroplastik di atmosfer.
- Pengurangan Plastik Sekali Pakai dan Penguatan Peraturan Pembatasan Plastik. Dominasi jenis mikroplastik fiber dan film dalam air hujan menunjukkan kontribusi besar dari kemasan dan plastik sekali pakai.
- Pengembangan Penelitian dan Pemantauan Secara Berkala Mengenai Mikroplastik pada Air Hujan, yang melibatkan universitas, lembaga penelitian, dan komunitas masyarakat.
- Integrasi Isu Mikroplastik ke dalam Kebijakan Kesehatan Masyarakat, meneliti hubungan antara paparan mikroplastik udara dengan kasus asma, bronkitis kronis, dan gangguan endokrin di wilayah padat pembakaran sampah dan memasukkan parameter mikroplastik dan bahan kimia plastik dalam kajian risiko kesehatan lingkungan (EHRA) dan pengujian kualitas air minum.








