Bahaya Merkuri Bagi Warga yang Tinggal Dekat Tambang Emas

oleh -919 kali dilihat
Bahaya Merkuri Bagi Warga yang Tinggal Dekat Tambang Emas
Ilustrasi penambangan emas/Foto-caldeiraopolitico

Klikhijau.com – Mendengar kata merkuri, mungkin yang langsung terlintas adalah efek negatif yang ditimbulkan senyawa ini. Merkuri atau air raksa merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam.

Senyawa ini tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik.

Berbagai jenis aktivitas manusia yang dapat meningkatkan kadarnya jadi tinggi. Misalnya aktivitas penambangan dapat menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton per tahun.

Pekerja yang mengalami kontak dengan merkuri dapat menderita berbagai jenis penyakit yang membahayakan.

KLIK INI:  Pengelolaan Sampah di ASEAN Berkiblat ke Surabaya?

Bukan hanya itu, masyarakat yang tinggal di lokasi penambangan juga bisa terkena dampak kronisnya, termasuk tambang emas.

Perlahan-lahan, masyarakat yang terpapar akan mengalami serangkaian gangguan kesehatan.

Sub bidang Pengamanan Limbah dan Radiasi Direktorat Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Iwan Nefawan memaparkan, dampak kronis merkuri bagi kesehatan manusia banyak.

Dampak kronis tersebut mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat, ginjal, paru-paru, hati, kerusakan gastrointestinal (sistem pencernaan). Senyawa ini juga meningkatkan angka kematian.

Sementara pada bayi, dampak akut mengakibatkan cacat mental, kebutaan, cerebral palsy (gangguan gerakan otot), gangguan pertumbuhan hingga kerusakan otak.

Pencemaran merkuri di Indonesia

Data Kementerian Kesehatan per Juni 2017 di Indonesia menyebutkan, sebaran pencemaran merkuri sangat banyak di Indonesia.

Pencemaran yang menjangkiti manusia tersebut diidentifikasi di 478 puskesmas, 235 kabupaten, dan 32 provinsi. Rata-rata data tersebut diperoleh dari wilayah yang menjadi lokasi tambang emas.

Sebagai polutan persisten yang punya karakteristik toksik (beracun), paparannya bisa tersebar melalui udara, air, tanah, dan makanan. Begitu kata Iwan Nefawan dikutip dari Liputan6.

Hasil penelitian Badan Litbang Kesehatan tahun 2007 di Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah pada penambang dan non-penambang cukup mengejutkan.

Kadar merkuri dalam rambut sudah melebihi nilai ambang batas. Kondisi ini bisa semakin memperburuk kesehatan.

KLIK INI:  BKSDA Sulut Lepasliarkan Elang Paria dan Ular Sanca Lembang di Cagar Alam Lakon
Solusi, bahaya dan larangan merkuri

Ada beberapa solusi jitu menekan paparan merkuri pada warga yang tinggal di sekitar lokasi tambang emas. Kepala BNPB Doni Monardo menyampaikan solusi permasalahan ini.

Doni mengungkapkan, cara mengatasinya yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, alih profesi bagi para pekerja tambang emas dengan usaha lain yang ramah lingkungan juga bisa dilakukan.

Upaya ini menekan paparan merkuri yang bisa menyebar lewat udara, air, tanah, dan makanan.

BNPB dapat bertindak sebagai koordinator dan pemerintah daerah sebagai eksekutor yang mengacu pada UU Nomor 24 Tahun 2007. Kolaborasi tersebut bisa dimaksimalkan untuk menanggulangi kerusakan lingkungan.

Penggunaan merkuri ini telah dilarang di Indonesia, termasuk segala jenis kegiatan yang berhubungan senyawa ini.

Larangan penggunaan diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 57 Tahun 2016.

Kendati demikian, masalah lingkungan adalah tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

KLIK INI:  Workshop Jaring Solusi Pencemaran Pesisir dan Laut