Obat-obatan Modern Ditemukan Mencemari Sungai di Seluruh Dunia

oleh -426 kali dilihat
Ilustrasi obat-obatan
Ilustrasi obat-obatan/foto-hellosehat.com

Klikhijau.com – Obat-obatan seperti narkoba tidak hanya merusak kesehatan tapi juga bisa merenggut nyawa penggunanya. Tidak hanya sebatas itu saja, narkoba dan obat-obatan juga ditemukan menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan di dunia.

Narkoba, bersama dengan obat-obatan dan polusi farmasi lainnya telah menjadi ancaman serius bagi  sungai-sungai di seluruh dunia. Karena telah menimbulkan ancaman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Hal tersebut diungkapkan oleh sebuah studi baru-baru ini, studi tersebut  diterbitkan dalam jurnal  Proceedings of the National Academy of Sciences.

Studi itu menemukan keberadaan lebih dari 61 bahan farmasi aktif (API) di lebih dari 104 negara. Para peneliti meninjau lebih dari 1000 situs di sepanjang 258 sungai di semua benua yang ada di dunia.

KLIK INI:  Daerah Aliran Sungai (DAS), Pengertian dan Bagaimana Melindunginya
Hanya dua tempat yang bebas

Hasil dari semua wilayah yang diteliti, hanya Islandia dan desa terpencil di Venezuela di mana yang bebas dari polutan.

Kedua tempat tersebut bisa bebas polutan karena penduduk setempat tidak menggunakan obat-obatan modern.

Carbamazepine (obat anti-epilepsi), metformin dan kafein menjadi  API yang paling dominan dan sering terdeteksi oleh para peneliti.

Polutan itu ditemukan di setidaknya setengah situs yang sedang ditinjau. Di sisi lain, jejak antibiotik ditemukan pada tingkat berbahaya di satu dari setiap lima lokasi.

Di sebagian besar lokasi yang diteliti, setidaknya satu API ditemukan pada tingkat yang dianggap berbahaya bagi satwa liar.

KLIK INI:  Saatnya Memetik Inspirasi Hidup dari Kata-Kata Mutiara tentang Sungai

Lahore di Pakistan, Addis Ababa di Ethiopia dan La Paz di Bolivia. Madrid di Spanyol berada di antara lokasi dengan tingkat API yang sangat tinggi. Bahkan lokasi itu juga termasuk di antara 10 persen lokasi teratas dengan konsentrasi kumulatif tinggi.

“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan PBB serta organisasi lain mengatakan resistensi antimikroba adalah satu-satunya ancaman terbesar bagi umat manusia – ini adalah pandemi berikutnya ,” kata John Wilkinson dari di University of York.

Dia juga menambahkan bahwa di 19 persen dari semua situs yang mereka pantau, konsentrasi [antibiotik] melebihi tingkat yang kami harapkan untuk mendorong bakteri mengembangkan resistensi.

Studi ini dipimpin oleh John Wilkinson di University of York , bersama 127 peneliti dari 86 institusi. Hasil penelitian itu menambah deret panjang ancaman bagi lingkungan yang bersumber dari aktivitas manusia.

KLIK INI:  Pengukuhan Pengurus Forsi LHK Sul-Sel Periode 2019-2022 Berlangsung Semarak

Sumber: Inhabitat