Indonesia Butuh Lebih Banyak Penelitian Tentang Dampak Plastik di Laut

oleh -874 kali dilihat
Indonesia Butuh Lebih Banyak Penelitian tentang Dampak Plastik di Laut
Dampak sampah plastik di laut/Foto-tempo.co

Klikhijau.com – Indonesia saat ini bukan hanya salah satu negara yang kaya keanekaragaman hayati. Sebagai negara kepulauan, perairan Indonesia kini juga mulai menjadi tempat sampah.

Dari data awal tahun 2019 ini, Indonesia menghasilkan 67 juta ton sampah. Menteri LHK, Siti Nurbaya mengatakan jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah organik yang mencapai sekitar 60 persen. Sementara sampah plastik mencapai 15 persen.

Perkembangan tentang isu sampah laut memang memasuki babak baru. Beberapa tahun ini, julukan Indonesia sebagai negara nomor dua penghasil sampah plastik di dunia, sudah melekat.

Hal ini didasarkan pada penelitian yang dipimpin Jenna Jambeck dari Universitas Georgia, yang merilis hasil penelitiannya di jurnal Science.

KLIK INI:  Biofase, Ubah Biji Alpukat Jadi Peralatan Makan Bioplastik

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP sudah berencana melaksanakan penelitian berkaitan dengan sampah plastik yang berasal dari daratan dan masuk ke wilayah laut.

Meski begitu, kita tidak tahu banyak bagaimana limbah plastik berdampak pada kehidupan laut di perairan Indonesia.

Noir Primadona Purba, salah satu peneliti di Marine Research Laboratory (MEAL), Universitas Padjajaran Bandung melakukan kolaborasi penelitian dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji di Kepulauan Riau, dan Mantawatch International yang berbasis di London.

Mereka melakukan tinjauan sistematis terkait penelitian tentang limbah plastik di laut yang dipublikasikan dalam Marine Pollution Journal. Mereka menemukan kurangnya penelitian terkait dengan isu sampah plastik laut, terutama untuk Indonesia bagian timur.

Mengapa perlu penelitian dampak sampah plastik di laut?

Penelitian tentang dampak sampah laut bagi ekosistem di perairan Indonesia sangat penting. Ini sebagai bahan untuk membuat kebijakan dan aturan perusahaan, stakeholder, dan pemerintah akan urgensi untuk membebaskan laut dari sampah plastik dan turunannya.

Saat ini, perusahaan di Indonesia masih menjual kebutuhan sehari-hari, dari shampo hingga makanan, dalam kemasan plastik. Sementara, pemerintah belum dapat sepenuhnya mengelola limbah secara efektif di darat dan memastikan tidak dibuang ke laut.

Selain itu, kebanyakan orang tidak menyadari risiko kesehatan bagi manusia akibat pembuangan sampah plastik ke laut. Sampah plastik yang dibuang ke laut bisa kembali hadir di atas piring kita apabila makanan laut yang dihidangkan terkontaminasi oleh plastik.

Ini bisa saja terjadi karena sebagian besar hewan di laut buta warna dan tidak dapat membedakan sampah dan makanan. Mereka lebih menggunakan sensor perasaan dibandingkan sensor visual seperti manusia.

Berbagai penelitian di dunia mengungkapkan bahwa mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi plastik menimbulkan potensi risiko kesehatan.

KLIK INI:  Sampah Plastik, Mutiara Berharga yang Terabaikan
Status penelitian kelautan Indonesia

Noir Primadona Purba bersama tim memetakan penelitian tentang sampah plastik di laut terutama di Indonesia dan menemukan adanya peningkatan yang signifikan dalam 40 tahun terakhir.

Awalnya, penelitian tentang limbah plastik di laut pada tahun 1950 hingga tahun 1978 dengan jumlah yang sedikit. Namun, pada tahun 2018, terdapat sekitar 579 penelitian yang dipublikasikan.

Peningkatan ini terjadi setelah Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan di Brazil pada tahun 2012. Konferensi ini menyimpulkan bahwa limbah plastik di laut adalah masalah utama dalam kesehatan laut.

Noir Primadona Purba dan tim juga menganalisis publikasi berdasarkan negara. Mereka menemukan bahwa Cina sebagai negara produsen sampah plastik terbesar di dunia, justru menyumbang penelitian secara signifikan. Ini jika dibandingkan dengan negara produsen sampah plastik besar lainnya, termasuk Indonesia.

Sejak 1986, tidak lebih dari 50 artikel tentang sampah laut, khususnya plastik di laut, yang telah terbit di Indonesia. Ditambah lagi, penelitian dengan topik limbah laut sangat spesifik.

Penelitian yang ditemukan hanya mempelajari reaksi kimia dari sampah plastik di laut, dampak terhadap ekosistem, distribusi, hingga pembersihan pantai. Penelitian ini masih belum memadai untuk digunakan sebagai dasar kebijakan pemerintah.

Jika kita memiliki data yang baik dan kontinu, semua penelitian ini dapat menjadi landasan bagi kebijakan nasional atau regional untuk mengurangi sampah plastik.

Apalagi, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik (kantong plastik dan microbeads) di laut sebesar 70% pada 2025.

KLIK INI:  Salut, Nagekeo Terapkan Kearifan Lokal untuk Kurangi Sampah Plastik!