Enam Produk Ini Paling Mencemari Sungai, Ada Styrofoam dan Sandal!  

oleh -230 kali dilihat
Sungai di Indonesia Banjir Mikroplastik, Dampak Tata Kelola Sampah Buruk?
Ilustrasi sampah di sungai - Foto/ Elis Antonio Rios dari Pixabay

Klikhijau.com – Sungai Watch, sebuah organisasi nirlaba di Bali, merilis laporan bertajuk “River Plastic Report 001”.

Laporan ini memuat hasil pemeriksaan atas 5,2 juta ton sampah plastik yang terkumpul dalam kurun waktu dua bulan (Agustus-September 2020) bersih-bersih sampah plastik di delapan lokasi di Bali.

Disebutkan ada lima perusahaan yang plastik kemasannya paling banyak mencemari sungai di Bali: Danone AQUA, Wings Corp, Unilever, Santos Jaya Abadi dan Siantar Top.

Dalam laporan tersebut disebutkan pula enam produk dengan sampah paling mencemari sungai. Berikut penjelasannya:

KLIK INI:  Makassar Menuju Kota Dunia, Kota Macet atau Kota Berpolusi Udara Tertinggi?

Sampah dari botol plastik berkontribusi 2,3% dari total sampah yang dikumpulkan, atau sekitar 3.775 botol.

Dari ribuan botol tersebut, teridentifikasi botol plastik merek Aqua mendominasi  dengan 1.394 botol, disusul pucuk harum (392 botol), Sprite (247 botol), Coca Cola (184 botol) dan pocari sweat (121 botol)

  • Gelas plastik sekali pakai

Di Bali, gelas plastik menjadi salah satu penyumbang sampah plastik yang paling buruk.  Dalam laporan ini lebih dari 5.117 gelas plastik yang dikumpulkan. Ada  empat merek yang teridentifikasi, yakni Aqua, teh gelas, okay jelly drink, dan ale-ale.

Dimana merek Aqua (danone) mendominasi jumlah sampah yang ada yakni 27% dari total sampah gelas plastik yang dikumpulkan, atau 1.378 buah.

KLIK INI:  Lebih Dekat dengan Taman Kehati, Pengertian, Manfaat, dan Tujuannya
  • Sampah kaleng dan logam

Kaleng dan logam dikenal paling mudah didaeur ulang. Dari data yang dikumpulkan, sampah jenis ini menyumbang 1,2% dari toal sampah yang dikumpulkan dalam laporan ini.  kebanyakan mereka adalah kaleng bekas soft drink.

Lima merek yang mendominasi sampah dalam penelitian ini adalah: Larutan produksi pabrik Sinde Budi Sentosa dengan 39 buah kaleng, disusul merek Sensacools dari Enesis (37 kaleng), Nestle Bear Brand produk Nestle (35 kaleng), Schweppes dari Coca Cola (15 kaleng), dan coca cola dari produsen minuman bersoda Coca Cola sebanyak 13 kaleng.

  • Kantong plastik

Kantong plastik menjadi sampah paling banyak ditemukan di sungai, mencapai 18,1 persen. Plastik warna putih menjadi plastik yang paling mudah didaur ulang dibanding plastik berwarna lain.

  • Sandal

Penelitian ini juga menyebutkan bahwa mereka menemukan total 586 sandal dengan mayoritas berwarna hitam,, diikuti biru, hijau, dan pink. Mereka menyebut lebih banyak sandal bagian kiri (513) dibanding bagian kanan (271) buah.

KLIK INI:  Hal Positif dari Covid-19, Polusi Udara Turun di Daerah Perkotaan
  • Syrofoam dan plastik keras

Adapun sampah styrofoam mengisi 0,7 persen dari total sampah yang dikumpulkan, atau sekitar 36kg. Sedangkan plastik keras, dilaporkan berkontribusi sebesar 2,1 persen ( 108kg) dari total smapah yang terkumpul.

Temuan Sungai Watch itu sejalan dengan brand audit, dalam skala yang global, keluaran Break Free from Plastic, sebuah organisasi nirlaba dengan 11.000 orang relawan di 45 negara, termasuk Indonesia.

Dalam sebuah dokumen yang dirilis pada 25 Oktober silam, lembaga menyebut Danone, Wings dan Mayora Indah sebagai tiga perusahaan yang kemasan plastiknya paling banyak mencemari lingkungan di Indonesia selama dua tahun berturut-turut sejak 2020.

Di level global, lembaga menyebut Coca-cola, PepsiCo dan Unilever sebagai tiga perusahaan teratas pencemar lingkungan.

Di Bali, harapan Bencheghib terpenuhi sebagiannya. Bertetangga dengan Bali, pemerintah daerah di Banyuwangi, belum lama ini mengundang Sungai Watch dan mengajak mereka bekerjasama dalam gerakan menjaga dan membersihkan sungai dari sampah.

Namun yang masih kurang dan bahkan praktis tak terdengar adalah adalah respon lugas dari korporasi yang namanya terang dalam dokumen Sungai Watch. Tak ada percakapan berarti dari mereka, seperti yang diharapkan dalam laporan, hingga hari ini. Mungkin sebab itulah tak ada pesta untuk mereka di Bali.

KLIK INI:  Selamat Menantikan Kota Ramah Lingkungan di Indonesia