Klikhijau.com – Para pegiat dan praktisi mangrove yang tergabung dalam Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Sulawesi Selatan belajar strategi dan teknik rehabilitasi mangrove di Makassar, (8-10/10/2025).
Kegiatan ini difasilitasi oleh Yayasan Hutan Biru (Blue Forest). Kegiatan diikuti sekira 26 peserta dari multi-pihak antara lain pemerintah, swasta, NGO, media dan komunitas.
Melalui kelembagaan KKMD, multi-pihak tersebut memiliki peran strategis dalam mengkonsoldiasi upaya-upaya pelestarian mangrove di Sulawesi Selatan.
Ekosistem mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan, menyediakan habitat bagi beragam biota laut, melindungi pantai dari abrasi, menyerap karbon dioksida, dan menjadi sumber mata pencaharian esensial bagi masyarakat pesisir.
Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, ekosistem mangrove mengalami kerusakan yang signifikan akibat berbagai faktor,sepertialih fungsi lahan,penebanganliar,danpencemaran.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas mangrove di Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 3,31 juta hektar. Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 52% atau 1,72 juta hektar berada dalam kondisi rusak.
Dilansir dari penelitian Malik et al. (2015), kerusakan mangrove yang signifikan berdampak serius terhadap keanekaragaman hayati, produktivitas perikanan, dan ketahanan pesisir. Degradasi ekosistem pesisir di Sulawesi Selatan telah mencapai tingkat kritis, ditandai dengan hilangnya 23,5% luas mangrove antara tahun 1990 dan 2010 akibat aktivitas antropogenik dan konversi lahan.
Pendekatan EMR
Mengingat peran vital ekosistem mangrove dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan mendukung kehidupan masyarakat pesisir, rehabilitasi mangrove menjadi satu agenda strategis ke depannya.
Selama tiga hari, para peserta pelatihan mendalami satu metode rehabilitasi yakni pendekatan Ecological Mangrove Rehabilitation atau Rehabilitasi Mangrove Secara Ekologis (EMR).
EMR adalah pendekatan restorasi ekosistem mangrove yang menekankan pada pemulihan kondisi hidrologi dan ekologi alami sebagai dasar utama.
Pendekatan ini berfokus pada upaya untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan mangrove untuk tumbuh dan berkembang secara alami, tanpa terlalu bergantung pada penanaman bibit secara massal.
“Upaya rehabilitasi mangrove ini diharapkan dapat memulihkan fungsi ekosistem mangrove, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat,” terang Yusran Nurdin,
Yusran menambahkan, pendekatan EMR mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses survei dasar mencakup analisis ekologi, hidrologi, dan faktor gangguan—serta penyusunan rancangan teknis rehabilitasi, sehingga intervensi mencerminkan kebutuhan lokal yang spesifik dan kontekstual.
“Pendekatan EMR fokus pada pentingnya memahami jejak dan histori ekosistem mangrove sebelum melakukan praktik rehabilitasi. Hal ini penting agar rehabilitasi tidak berakhir gagal. Di bebarapa lokasi, rehabilitasi dengan pendekatan alami bahkan lebih tepat dilakukan,” jelasnya.
Selama pelatihan, peserta mendalami kembali teori EMR dengan mengamati beberapa kasus rehabilitasi yang telah dijalankan Blue Forest di sejumlah wilayah di Indonesia.
Praktik lapangan untuk belajar langsung mengidentifikasi jenis dan kondisi mangrove digelar di pesisir Kuricaddi Desa Nisombalia Kabupaten Maros. Sebuah lokasi yang menjadi kawasan dampingan Blue Forest dalam menerapkan pendekatan EMR.
“Pada kegiatan praktek lapang kita di perkenalkan beberapa jenis alat untuk mengukur elevasi tempat tumbuh mangrove, dan kita menemukan bahwa memang mangrove yang berbagai jenis memiliki perbedaan tingkat elevasi untuk tumbuh. Training EMR ini memberi pengetahuan baru kepada kami,” jelas Mira Angrani, S.Hut, MM., perwakilan peserta dari BPDAS Jeneberang Saddang.
Selain mendalami teori dan praktik rehabilitasi dengan pendekatan EMR, pelatihan ini juga ingin mendorong langkah-langkah strategis yang bisa diperkuat oleh KKMD Sulsel ke depannya. Termasuk bagaimana mendorong para pihak, terutama pemerintah daerah dalam menguatkan kebijakan pengelolaan dan pelestarian mangrove dengan memastikan kesejahteraan masyarakat pesisir.








