Warga di Kelurahan Sambung Jawa Kota Makassar Siap Bayar Iuran Sampah dengan Sampah

oleh -262 kali dilihat
Warga di Kelurahan Sambung Jawa Kota Makassar Siap Bayar Iuran Sampah dengan Sampah
Ziaul Haq dari Econatural saat memantik diskusi di Kelurahan Sambung Jawa Mamajang Kota Makasar - Foto: Ist

Klikhijau.com – Warga di Kelurahan Sambung Jawa, Kecamatan Mamajang bersiap berbenah dalam menangani permasalahan sampah domestik.

Selama ini sudah berjalan ragam program di kelurahan sebagai bagian dari aksi “Makassar Green and Clean” (MGC) yang telah dicetuskan pemerintah kota sejak tahun 2012.

Lalu, sejak tahun 2017 menindaklanjuti Permen LH. No 13 tahun 2012 tentang penanganan pengelolaan sampah berbasis 3R melalui bank sampah, dibentuklah lebih dari 100 bank sampah yang tersebar di sepuluh kecamatan di Kota Makassar.

Tidak terkecuali di Kelurahan Sambung Jawa, telah dibentuk pula bank sampah. Poin kunci dari pembentukan bank sampah ini adalah menjadikannya sebagai tempat mengumpulkan sampah terpilah dari masyarakat.

Masyarakat diharapkan memiliki paradigma baru bahwa sampah memiliki nilai ekonomi, karenanya perlu diolah secara mandiri.

Meski terbilang sudah cukup lama, permasalahan sampah seolah tidak selesai. Sejumlah permasalahan masih membayangi tata kelola sampah di tingkat tapak.

KLIK INI:  Mengantisipasi Dampak Food Estate terhadap Hutan Alam dan Lahan Gambut

Merespons hal ini, Pemerintah Kelurahan Sambung Jawa mengundang Ziaul Haq Nawawi, Founder Yayasan Econatural Society Indonesia. Ziaul yang akrab disapa Cawi bersedia menyumbang ide hingga pendampingan di Kelurahan Sambung Jawa dalam program penanganan sampah domestik.

“Kita pelan-pelan perbaiki sistemnya dan benahi apa-apa yang sudah berjalan. Tujuan kita adalah bagaimana membuka partisipasi warga agar terlihat dalam penanganan sampah,” katanya saat memantik diskusi di Kelurahan Sambung Jawa Kota Makassar, Selasa (19/7).

Diskusi dengan tema “pengelolaan limbah domestik berbasis pemberdayaan masyarakat” ini juga dihadiri Lurah Sambung Jawa Ince Kumala, Ketua RW dan Ketua RW se Kelurahan Mamajang dan tokoh masyarakat setempat.

Tidak seperti pertemuan pada umumnya, kali ini Cawi dari Econatural langsung mengarahkan para stakeholders bersama warga untuk menyatukan niatan dan komitmen untuk aksi nyata.

Rencananya program pemilahan sampah berbasis rumah tangga akan diaktifasi lagi. Selain itu, Econatural akan mendampingi warga kelurahan dalam budidaya Maggot sebagai satu opsi penanganan sampah domestik.

“Kami akan support semuanya, mulai dari perbaikan sistemnya, pendampingan budidaya maggot, manajemen tim, hingga akses pemasarannya,” kata Cawi.

Econatural bahkan akan membantu secara swadaya kepada warga hingga sistemnya berjalan.

KLIK INI:  Hutan Bukan Tempat Sampah, Kolaborasi Bersih Sampah di TN Babul

“Kalau sistemnya bagus dan inklusif, partisipasi warga pasti juga tinggi. Masyarakat harus dilibatkan langsung dalam penanganan sampah agar mereka dapat merasakan langsung manfaatnya,” katanya.

Menariknya, program ini akan lebih berorientasi pada pelibatan warga. Rencananya, warga di sekitar TPST Sambung Jawa akan dijadikan priotitas utama dalam pelibatan program.

Econatural akan membantu akses pemasaran sampah baik anorganik maupun hasil budidaya maggot nantinya. Diketahui maggot saat ini merupakan pakan ternak masa depan dengan kandungan protein terbaik.

“Proses budidaya maggot ini murah pak. Jadi, tidak perlu lagi repot-repot menyiapkan bahan baku tambahan yang sulit diakses. Sementara pasarnya menjanjikan karena maggot memiliki multi manfaat. Ini pakan masa depan yang juga sebagai solusi dalam menangani sampah organik,” katanya.

Ujicoba program ini aka melibatkan sekitar 200 Kepala Keluarga di Kelurahan Sambung Jawa. Perubahan mindset menjadi prioritas pada warga. Harapannya, jika kesadaran sudah terbangun, maka dengan sendirinya partisipasi warga juga membaik.

Diketahui, potensi sampah domestik saat ini terbilang tinggi. Selama ini penanganannya hanya sebatas dibuang melalui petugas kebersihan dan akan berujung di TPA Antang. Jadi, warga harus membayar iuran sampah sekitar Rp.16 ribu setiap bulannya.

Seperti bom waktu, TPA Antang kini kewalahan menangani ribuan ton sampah per hari yang harus ditampung. Sementara skema TPA Antang masih open dumping alias ditumpuk begitu saja.

“Kalau ini sudah jalan, maka warga tidak lagi terbebani membayar iuran sampah. Sampah warga yang dikelola bahkan bisa dipakai untuk membayar iuran sampah itu sendiri. Bahkan bisa memenuhi kebutuhan lainnya, seperti bisa ditukar dengan sembako dan lainnya,” kata Cawi.

KLIK INI:  Pemprov Sulsel Apresiasi Buka-Tutup Kawasan Tangkap Gurita di Pulau Langkai dan Lanjukang