Tyas, Perempuan yang Bertarung Menyelamatkan Hutan di Sumatera dan Kalimantan

oleh -416 kali dilihat
Tyas, perempuan penyelamat hutan
Tyas, perempuan penyelamat hutan/detik.com
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Di sinilah Tyan berperan memberikan edukasi kepada Orang Rimba agar tidak melakukan hal itu di luar taman nasional. Karena kebiasaan seperti itu selalu menjadi konflik antara masyarakat desa dengan Orang Rimba.

“Kita berikan pengertian kepada Orang Rimba, agar mereka tidak mengambil hasil hutan bila sudah di luar kawasan taman nasional. Kita juga memberikan pemahaman kepada masyarakat desa untuk tidak langsung menuding Orang Rimba melakukan pencurian. Inilah budaya berbeda yang sering menimbulkan konflik yang harus kita jembatani,” kata Tyas.

Ke masyarakat desa, hal yang sama juga dilakukan advokasi. Di harapkan masyarakat desa tidak merambah kawasan taman nasional. Karena di sana ada komunitas masyarakat Rimba.

Sebagian warga desa dulunya sering masuk kawasan taman nasional untuk merambah kayunya. Itu dilakukan tentu dalam hal tuntutan ekonomi. Hasil hutan yang paling gampang mendatangkan uang tentu dengan menjual hasil kayunya.

KLIK INI:  9 Tokoh Hutan Sosial Mendapatkan Trofi dari Pemerintah, Berikut Daftarnya

Tyas pun harus melakukan pendekatan ke tokoh-tokoh desa. Mereka diimbau tidak lagi membuka perladangan ke dalam kawasan hutan. Padahal di desa banyak persawahan yang sudah lama ditinggalkan masyarakatnya Mereka sebagian memilih merambah hasil hutan, sebuah pekerjaan yang paling gampang menghasilkan uang.

Solusi yang ditawarkan Tyas bersama komunitas WARSI adalah, menghidupkan kembali pundi ekonomi dengan memanfaatkan sawah yang sudah lama mereka tinggalkan.

“Kita mengajak masyarakat desa untuk kembali membuka sawahnya. Dengan demikian, praktik ilegal logging lambat laut mereka tinggalkan,” kata Tyas.

Memang bukan hal gampang untuk mengajak warga desa untuk bercocok tanam padi. Tapi upaya pendekatan terus dilakukan agar taman nasional tetap terjaga. Kini masyarakat desa sudah bisa membuka persawahannya lagi. Dengan membuka sawah, kawasan taman nasional pun ikut terjadi. Warga desa juga diberikan bibit unggul untuk tanaman padinya.

Persawahan yang luas di desa tersebut tentunya butuh air dari hulu sungai yang ada di taman nasional. Tyas memberikan pengertian ke warga desa, jika batang kayu di bagian hulu sungai dirambah itu ancaman serius buat sawah mereka sendiri.

“Kita jelaskan pada warga desa, kalau hutan di hulu sungai dirambah, itu akan menghancurkan resapan air. Jika resapan air rusak, tentu air ke sawah tak mengalir lagi dan akan mengancam hasil sawah mereka sendiri. Akhirnya mereka menyadari akan arti penting penyelamatan hutan taman nasional,” kata Tyas.