Tren Suara Publik, Semakin Banyak yang Peduli pada Isu Perubahan Iklim

oleh -112 kali dilihat
Tren Suara Publik, Semakin Banyak yang Peduli pada Isu Perubahan Iklim
Ilustrasi aksi - Foto/Facebook

Klikhijau.com – Tren suara publik di Indonesia menunjukkan adanya perhatian serius pada isu perubahan iklim. Hal ini terlihat pada laporan tren kampanye perubahan iklim dalam lima tahun terakhir yang dirilis change.org, baru-baru ini.

Menariknya, tren kampanye perubahan iklim ini juga dikaitkan dengan banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel). Sebagaimana diketahui, banjir besar yang melanda Kalsel baru-baru ini memicu perdebatan, terutama setelah Presiden Jokowi menyatakan bahwa banjir disebabkan curah hujan tinggi.

Banyak pakar lingkungan merasa pernyataan ini mengabaikan akar masalah sesungguhnya, yakni deforestasi.

“…2001 sampai 2019 sekitar 304.225 hektar kehilangan tutupan hutan di situ. Itu yang menunjukkan daya tampung pendukung hutan di daerah itu sudah menurun drastis” Begitu kata Arie Kompas dari Greenpeace Indonesia.

Hal ini selaras dengan laporan yang baru saja diluncurkan oleh Change.org Indonesia tentang “Tren Kampanye Perubahan Iklim di Indonesia”.

Laporan tersebut melihat semua kampanye yang terkait perubahan iklim selama 5 tahun terakhir, dan menganalisis pola-pola yang muncul.

KLIK INI:  Marcel Kefas, Mahasiswa Makassar yang Jadi Duta Lingkungan Indonesia 2023-2024
Tingginya kepedulian pada perubahan iklim

Hasilnya, terlihat jelas bahwa kepedulian terkait isu perubahan iklim meningkat setiap tahunnya. Selain itu, ditemukan bahwa deforestasi menjadi kategori isu perubahan iklim yang teratas dengan 9,2 juta tanda tangan atau 70% dari total semua dukungan.

“Bahkan 92% pengguna baru dalam kampanye perubahan iklim mendaftar karena isu deforestasi.” jelas Arief selaku Direktur Eksekutif dan Pendiri Change.org Indonesia.

40% dari petisi-petisi ini berfokus pada daerah dengan tutupan hutan yang luas seperti Riau, Aceh, Bengkulu, dan tentunya Kalimantan.

Selain itu, dalam 6 tahun terakhir, terdapat 623 ribu suara yang mengalami kemenangan dalam kampanye perubahan iklim. Suara ini berasal dari 8 kemenangan; 7 diantaranya terkait pencegahan dan perlambatan deforestasi, dan 1 kemenangan lainnya pengurangan limbah plastik.

KLIK INI:  Salah Urus, Jadikan Plastik sebagai Pendorong Perubahan Iklim

Sebagian besar atau sekira (60%) dari semua petisi terkait perubahan iklim menentang rencana pemerintah yang berdampak besar terhadap lingkungan (mis. deforestasi). Mereka meminta pemerintah agar membuat kebijakan progresif terkait perlindungan lingkungan dan mitigasi perubahan iklim (mis. pengurangan limbah plastik).

Sebagian besar petisi ini ditujukan kepada lembaga eksekutif pemerintah, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Keuangan.

Salah satu contoh petisi perubahan iklim yang mendapat banyak dukungan adalah terkait limbah plastik. Petisi yang dimulai Nadia Mulya kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta  penerapan cukai plastik untuk mengurangi produksi dan konsumsi plastik.

Petisi #DukungCukaiPlastik ini merupakan salah satu petisi dalam gerakan #TolakSekaliPakai Change.org yang diangkat tiga tahun lalu dengan lebih dari 1.100.000 orang yang telah menandatangani.

Kenapa cukai plastik? Karena penanganan di hilir saja tidak cukup, urgensi isu sampah plastik sekarang memerlukan tindakan nyata yang harus dilakukan di hulu juga.

“Saat inipun pemerintah sedang menggenjot devisa dari berbagai sumber untuk mendukung pemulihan pasca pandemi, cukai plastik ini tentunya dapat membantu untuk menggenjot devisa sehingga tidak ada alasan untuk menunda penerapan cukai plastik,” tambah Nadia Mulya.

KLIK INI:  Jakarta Jadi Kota Paling Rentan Kena Dampak Krisis Iklim