- Mengenal Tunjuk Langit, Tumbuhan yang Multi Manfaat - 02/10/2023
- Bernostalgia dengan Burung Sepah Raja - 24/09/2023
- Kemarau di Pematang Sawah - 16/09/2023
Klikhijau.com – Mendengar kabar ini, saya cemas membayangkan generasi kita yang kelak terancam kekurangan ikan.
Ya, separuh dari sumber kehidupan kita adalah laut. Tetapi, laut kita saat ini mengalami masalah serius. Terumbu karang kita porak-poranda.
Isu itu menguat pada diskusi bertajuk “Selamatkan Spermonde, Selamatkan Laut Indonesia”, Kamis 14 November 2019 di Makassar. Diskusi ini digelar Greenpeace Indonesia dan dihadiri sejumlah aktivis lingkungan dan awak media.
Bersama tiga narasumber antara lain Muhammad Irfandi Arief (Ketua Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin),
Muhammad Al Amin (Direktur Walhi Sulawesi Selatan), dan Afdillah, Juru kampanye Laut Greenpeace Indonesia, tragedi laut di gugusan Spermonde dibahas secara mendalam.
Spermonde adalah satu pesona Indonesia yang dikenal kaya. Bila melihat dari angkasa, saat merapat di wilayah perairan Makassar tampaklah gugusan pulau berjejer. Membentang sepanjang Selat Makassar bagian selatan.
Pulau-pulau itu familiar bagi warga Makassar dan wisatawan penikmat pantai, antara lain Pulau Samalona, Kayangan, Barrang Lompo dan Pulau Lae-lae. Gugusan pulau inilah yang dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde, warga lokal menyebut Sangkarang.
Dari kata Sperm
Konon istilah Spermonde diberikan orang-orang Belanda, yang berasal dari kata sperm (sperma), karena dari udara pulau-pulau ini terlihat seperti pergerakan sperma yang berjejer.
Kepulauan Spermonde berada di kawasan laut yang membentang dari Kabupaten Takalar hingga Kabupaten Barru ini. Kawasan yang dihuni 121 pulau ini memiliki tingkat keragaman karang cukup tinggi.
Eksotika bawah lautnya sangat terkenal. Makanya menjadi satu titik selam terbaik di Indonesia Timur.
Bahkan, di Taman Laut Kapoposang, Pangkajene, Kepulauan (Pangkep) dijumpai terumbu karang dengan kontur curam (drop off), atau melintang secara vertikal membentuk sebuah dinding, sesuatu yang jarang ditemukan di tempat lain.
Selain menjadi surga bagi penyelam, Spermonde juga sumber ekonomi utama masyarakat di daerah pesisir. Suplai ikan untuk kawasan Makassar dan sekitar sebagian besar dari kawasan ini.
Cerita tentang Spermonde yang eksotik plus kekayaan alam di baliknya perlahan pudar oleh waktu. Greenpeace Indonesia mencatat bahwa sepuluh tahun lalu, terumbu karang Spermonde masih dalam kondisi baik.
Kini terumbu karang di perairan tersebut dalam ancaman nyata. Bukan hanya oleh perubahan iklim, tetapi juga kegiatan penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan.
Data pengecekan terumbu karang oleh Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin memperlihatkan tutupan karang hidup di tiga pulau: Barrang Lompo, Barrang Caddi dan Samalona, berkisar antara 30%-40% atau dalam kondisi buruk hingga sedang.
“Kerusakannya sangat parah. Ini bisa dilihat langsung saat kami melakukan pengamatan langsung di perairan Spermonde,” jelas Irfandi dari MSDC Unhas.
Padahal, Spermonde merupakan salah satu sumber penghidupan bagi nelayan, juga masyarakat Makassar secara keseluruhan, mulai dari sektor perikanan hingga wisata.
Terancam rusak total
Fakta terbaru rasanya memang mencemaskan kata Direktur WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin. Perairan di Spermonde rusak parah. “Penyebabnya antara lain illegal fishing, pengeboman ikan, limbah industri hingga sampah plastik,” jelas Al Amin.
Setiap wilayah perairan kata Al Amin, punya penyeban utama yang bervariasi. “Di Maros dan Pangkep misalnya dipicu oleh penangkapan ikan yang tak ramah lingkungan, sementara di Takalar disebabkan oleh penambangan pasir yang massif,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, penyelamatan Spermonde harus dimulai dan melibatkan seluruh pihak, kata Afdillah, Juru kampanye Laut Greenpeace Indonesia.
“Spermonde ini eksotis banget, ini adalah miniatur perairan Indonesia. Kami akan melakukan kampanye bersama menyelamatkan ekosistem laut agar sumber penghidupan kita terjaga,” jelas Afdillah.
Menurut Afdillah, tekanan perubahan iklim memang memicu pengrusakan terumbu karang. “Tetapi, kegiatan penangkapan ikan yang destruktif, hingga reklamasi adalah fakta lain yang harus dikritisi,” tuturnya.
Saat ini, Greenpeace Indonesia sedang membuat petisi untuk menggalang dukungan menyelamatkan Spermonde. “Betapa pun kita perlu daya dorong lebih kuat lagi, bersama-sama agar laut kita tetap lestari,” kata Afdil.
Rencananya, kampanye penyelamatan Spermonde akan dijadikan percontohan di Indonesia. “Sekali lagi, semua harus bergerak untuk penyelamatan laut kita,” tutupnya.
Bila tidak, dalam beberapa tahun ke depan pesona Spermonde pudar total, seperti dikatakan Al Amin. Kita akan kehilangan masa depan, mencemaskan bukan?