Tragis, Burung Puffin Alami Kematian Massal karena Perubahan Iklim

oleh -397 kali dilihat
Burung Puffin/foto-Okezone Techno
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Belum lama beredar berita bangkai ikan hiu berserakan di pantai pulau Igym. Kini kembali ditemukan  bangkai burung puffin yang berserakan. Meski jenis burung ini tidak termasuk satwa langka, namun kabar kematian  ratusan burung tersebut cukup mencemaskan

Apalagi burung-burung itu  ditemukan mati dalam keadaan sakit dan kurus. Hal itu terjadi karena  ada hal buruk yang menimpanya. Kematian massal tersebut terjadi di Laut Bering–mengubah St Paul Island menjadi semacam ‘kuburan berbulu’.

Berita kematian ratusan burung puffin tersebut, saya temukan di situs nationalgeographic.co.id ditulis oleh Gita Laras Widyaningrum. Untuk lebih jelasnya berikut artikelnya.

KLIK INI:  Belasan Ikan Hiu Dibantai di Pulau Igym, Bangkainya Berserakan di Pantai

Dalam survei empat bulan yang dilakukan pada 2016, sekelompok peneliti menemukan 359 bangkai hewan. Kebanyakan adalah jenis burung puffin yang biasanya jarang terdampar.

Para peneliti memperkirakan, secara keseluruhan, ada sekitar 3.150 hingga 8.800 burung yang mati dan sekitar 87%-nya merupakan puffin.

“Spesimen yang dikumpulkan sangat kurus. Menunjukkan kelaparan sebagai penyebab utama kematian,” tulis para peneliti dalam studi yang dipublikasikan pada PLOS ONE.

Tim peneliti yakin suhu permukaan laut yang tinggi adalah penyebab kematian mereka. Ini kemudian menciptakan efek domino yang memengaruhi jumlah plankton dan distribusi ikan di Laut Bering Timur.

Burung puffin menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut terbuka. Mereka akan kembali ke pantai selama musim kawin untuk berkembang biak dan berganti kulit. Saat proses molting (berganti kulit), kemampuan mereka untuk terbang berkurang.

KLIK INI:  Selain Biota Laut, Rusa di Nara Park Juga Mati Karena Sampah Plastik

Kombinasi perubahan iklim dan musim ganti kulit pada akhirnya berkontribusi pada kematian burung puffin. Mereka tidak bisa mendapatkan makanan tepat waktu.

National Park Service (NPS) mencatat, Alaska juga telah mengalami kematian burung laut yang ekstrem pada 2018.

“Burung laut merupakan indikator kesehatan ekosistem laut,” ujar NPS.

“Peristiwa kematian massal baru-baru ini sangat memprihatinkan karena mereka mungkin merujuk pada perubahan signifikan pada ekosistem laut. Laut utara kita telah melampaui suhu permukaan di atas rata-rata,” tambah mereka.

Saat suhu di permukaan laut meningkat, ikan air dingin dan plankton mulai berpindah dan bereproduksi lebih jarang. Ini membuat burung-burung laut yang bergantung kepada mereka akhirnya kesulitan mendapatkan makanan untuk bertahan hidup.

KLIK INI:  Dua Gelombang Lebih Dahsyat dari Pandemi Mengintai Kita!