- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
- Gelisah Burung-Burung - 30/03/2025
Klikhijau.com – Saat terjadi bencana banjir di wilayah Jabodetabek. Banyak satwa yang terkena dampaknya dan harus diselamatkan. Salah satu jenis satwa yang diselamatkan itu adalah ular.
Ular-ular yang berhasil diselamatkan tersebut, pada hari Kamis, 19 Maret 2020 dilepasliarkan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Sebanyak 23 ekor ular dikembalikan ke habitatnya oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), dan Forum Komunikasi Kader Konservasi (FK3I) Jakarta.
Mereka melepasliarkan sebanyak 23 ekor ular yang terdiri dari 21 ekor piton/sanca batik (Python reticulatus), dan 2 ekor cobra (Naja sputatrix). Seperti yang diungkap diawal tulisan ini. Keseluruhan ular ini merupakan hasil penyelamatan pada saat terjadi bencana banjir di wilayah Jabodetabek.
Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati menyampaikan, pelepasliaran merupakan bagian program penguatan konservasi in-situ, dengan mengacu ketentuan pelepasliaran guna mendukung penguatan populasi spesies target dan upaya keseimbangan ekosistem di wilayah TNGHS.
Akan dilaksanakan dikawasan lain
Pelepasliaran ular yang merupakan mangsa (prey) dan pemangsa (predator) di kawasan TNGHS dinilai strategis. Mengingat TNGHS merupakan habitat Burung Elang Jawa sebagai satwa kunci (key species). Ular merupakan salah satu mangsa utama dari Burung Elang Jawa. Di sisi lain juga sebagai pemangsa dari satwa pengerat (rodentia) yang ada di TNGHS.
“Kegiatan serupa akan dilaksanakan di kawasan konservasi lainnya dengan jenis-jenis satwa lainnya yang merupakan satwa asli/lokal di habitat tersebut,” ungkapnya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Ahmad Munawir, menyampaikan bahwa terpilihnya kawasan TNGHS sebagai tempat pelepasliaran 23 jenis ular ini. Didasarkan atas hasil kajian daya dukung habitat, dan pertimbangan sosial, seperti jarak dari pemukiman penduduk, yang dilakukan oleh BTNGHS dan mitra.
Balai KSDA Jakarta selaku pengelola Pusat Penyelematan Satwa (PPS) dan Wildlife Rescue Unit (WRU). Sangat membutuhkan dukungan dari para pihak dalam melakukan upaya penyelamatan satwa, rehabilitasi, dan habituasi. Terutama kerjasama penyediaan lokasi pelepasliaran satwa seperti kawasan TNGHS.
Pesan edukasi terhadap upaya pelepasliaran satwa liar di habitatnya. Dilakukan melalui pesan SMS, dan Whatsapp Broadcast di wilayah cover area Seksi Pengelolaan TN Wilayah I Lebak-TNGHS.