Klikhijau.com – Laut tanpa campur tangan manusia adalah surga. Itu jika surga digambarkan penuh dengan keindahan, maka laut yang alami juga demikian.
Lalu apa kabar laut di tahun 2050 mendatang? Kau boleh menjawabnya; mengerikan. Itu apabila merujuk pada prediksi Ellen MacArthur Foundation dan World Economic Forum dalam publikasi yang berjudul The New Plastics Economy pada tahun 2016.
Pada tahun 2050 menurut prediksi itu, sampah plastik di laut akan lebih banyak daripada ikan. Sifat plastik yang ringan, sangat memungkinkan untuk sampai ke laut dengan cepat, meski pun dibuang di atas puncak gunung.
Ketika sampai ke laut, plastik bisa menjelma menjadi lebih kecil, hanya berukuran 5 mm saja. Ukuran mini itu dikenal dengan nama mikroplastik. Saat ini mikroplastik telah ditemukan dalam darah manusia.
Sebagian dari plastik tidak hanya jadi penghuni laut, tapi juga jadi penghuni perut biota laut. Apakah sampah plastik semengerikan itu jika sampai ke laut, iya demikianlah adanya.
Siapa yang ada di balik plastik yang meruah ke laut? Jawabannya bukan satwa atau tumbuhan, tapi manusia. Makhluk yang diciptakan paling sempurna dan memiliki kecerdasan.
Nah, kecerdasan itulah yang membawa manusia menemukan plastik. Temuan yang awalnya digadang-gadang dan diagungkan sebagai penyelamat lingkungan
Penyelamat yang jadi petaka
Keberadaan plastik bertujuan untuk mengurangi pembungkus yang terbuat dari kertas. Kertas yang berbahan baku kayu, semakin massif digunakan akan semakin menipiskan kayu di bumi.
Karena itulah ketika John Wesley Hyatt menemukan polimer sintetis tahun 1869. Hal tersebut dianggap sebagai solusi untuk menyelamatkan bumi. Namun, waktu terus saja bergerak, plastik yang awalnya sebagai penyelamat lingkungan atau bumi menjadi malapetaka
Namun sampah, khususnya sampah plastik yang kita buang dalam imajinasi dan kreativitas Pascal Schelbli menjadi kehidupan baru di laut. Sampah-sampah itu menjelma menjadi makhluk hidup.
Pascal Schelbli menunjukkan hal itu dalam film pendek animasi berjudul The Beauty. Di mana sampah-sampah bertransformasi menjadi makhluk hidup di lautan menggantikan ikan, rumput laut, dan batu karang yang sesungguhnya.
Film pendek yang diproduksi pada tahun 2019 itu, pada awalnya tidak memperlihatkan kengerian sampah plastik di laut. Justru kita akan temukan ikan yang berenang riang bersalin wajah jadi sandal jepit, rumput laut menjadi sedotan plastik, sendok plastik berubah menjadi karang.
Tidak hanya itu, penonton juga akan menemukan belut dari ban bekas yang berenang ke sana ke mari. Ikan buntal terbuat dari plastik gelembung udara, dan botol plastik berubah jadi ikan serta kantong plastik menjelma jdi ubur-ubur.
Apa yang ditampilkan oleh Pascal Schelbli dalam film pendeknya itu, sedikit banyaknya menggambarkan kondisi laut di tahun 2050 yang diprediksi akan lebih banyak sampah, terkhusus plastik daripada ikan.
Sampah itu bernapas
Film pendek animasi tersebut memang menyorot isu polusi di lautan. The Beauty merupakan sebuah perjalanan puitis dalam melintasi lautan, yang mengagumkan sekaligus menjijikan, yang menggambarkan jika sampah di laut tidak mati—mereka bernapas.
“Terkadang saya merasa mati rasa dan tidak berdaya terkait topik pencemaran laut. Jadi, saya punya ide tentang bagaimana jika plastik dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan laut? Ternyata, mimpi sederhana ini benar-benar bisa tercapai. Melalui cucuran keringat, air mata, dan bantuan tim yang luar biasa, (proyek) ini menjadi sesuatu membanggakan dan saya ingin membaginya kepada seluruh dunia,” ucap Schelbli kepada Bored Panda.
Bagi yang menonton film pendek tersebut, memungkinkan akan melahirkan rasa bersalah karena telah membuang sampahnya secara tidak bertanggung jawab.
Meski durasi film pendek animasi itu hanya 04:13 menit saja, tapi waktu yang diperlukan dalam keseluruhan pembuatannya hingga 20 bulan lamanya.
Dalam pembuatan The Beauty, Schelbli tidak sendiri, ia dibantu oleh 9 orang kru inti. Kru itu berasal rekan-rekan Schelbli di sekolah film. JIka ditotal ada 20 orang yang terlibat dalam film tersebut.
“Melalui film ini, saya dapat menyisipkan pengaruh secara tersembunyi pada seseorang yang menonton The Beauty. Sejauh ini saya tidak mendapatkan tanggapan negatif. Ketika seseorang memberi tahu saya bahwa mereka menangis setelah menonton film ini, saya sangat terkesan,” terangnya
Oya, sahabat hijau, The beauty telah berhasil memenangkan penghargaan Student Academy Award 2020.