- Kayu Bitti, Penyelamat Perahu Pinisi - 26/04/2025
- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
Klikhijau.com – Talas beneng bisa jadi pangan alternatif. Memiliki nama latin Xanthosoma undipes. Merupakan salah satu kekayaan sumberdaya nabati lokal Indonesia.
Talas jenis ini banyak terdapat di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Talas yang tergolong ke dalam genus Xanthosoma ini memiliki manfaat dalam penguatan ketahanan pangan. Padahal awalnya merupakan tanaman liar di hutan Gunung Karang Pandeglang
Namun, kini telah menjadi salah satu komoditas ekspor untuk mendorong program strategis Kementerian Pertanian (Kementan), yaitu Gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks).
Itu artinya, talas beneng memiliki potensi untuk mendongkrak pendapatan, kesejahteraan petani, dan dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat yang sedang lesu.
Talas yang masuk famili Araceae ini memiliki kandungan zat karbohidrat yang tinggi. Sehingga bisa berada pada posisi sebagai sumber pangan pokok substitusi beras, (Moh. Sofyan Budiarto dan Yunia Rahayuningsih, 2017).
Khusus di Kabupaten Padeglang, untuk mendongkrak pendapatan petani, talas beneng kelak akan dikembangkan dalam satu kawasan dengan luas 100 hektare-an.
Kawasan tersebut akan dinamai Kampung Talas Beneng. Pengelolaan ini merupakan juga implementasi konsep korporasi petani, yakni dari hulu ke hilir.
Konsep korporasi petani ini merupakan program yang jalankan Kementan. Tujuannya agar proses produksinya maksimal dan petani terjamin memperoleh peningkatan kesejahteraannya.
“Dari 100 hektare itu akan kita buat konsep agro-edu-wisata seluas 10 hektare, sedangkan 90 hektare lainnya untuk budidaya talas beneng. Konsep agro-edu-wisata Talas Beneng akan menggandeng pengusaha-pengusaha setempat,” ungkap Budi S. Januardi.
Budi merupakan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang. Langkah yang diambil oleh Kabupaten Pandeglang dalam upaya mengembangkan talas ini mendapat dukungan dari Kementan. Apalagi menggunakan pendekatan korporasi petani.
Perihal talas beneng
Mungkin masih ada yang mengganjal, apa dan bagaimana sih talas jenis ini? Taksonomi tumbuhan talas beneng menurut Prana dan Kuswara (2002) dalam Marliana (2011) adalah:
- Kingdom: Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospermae
- Kelas : Monocotyledonae
- Ordo : Arales
- Genus : Xanthosoma
- Spesies : Xanthosoma undipes K.Koch.
Talas jenis ini merupakan tumbuhan berbiji (spermatophyta) dengan biji tertutup (angiospermae) berkeping satu (monocotyledonae).
Umbi talas ini sebagian terpendam di dalam tanah. Sebagian lagi muncul di atas permukaan tanah berntuk berbentuk batang, memanjang, kulit berwarna coklat, daging umbi berwarna kuning muda dan pada pinggir batang yang berumur 9 bulan dan 12 bulan terdapat umbi-umbi kecil menempel dengan akar serabut berwarna putih (Yuliani, 2013).
Mengenai ukurannya sendiri, talas ini dapat mencapai 30 kg dalam umur 2 tahun. Panjang mencapai 1,2 -1,5 m, ukuran lingkar luar 50 cm serta berwarna kuning.
Talas ini memiliki pertumbuhan yang sangat mudah dan cepat sehingga sering dianggap tanaman penganggu. Namun, setelah diteliti rupanya kandungan nutrisinya memiliki kadar protein 6,29%, karbohidrat 84,88%, lemak 1,12%, pati 75,62%, dan kalori sebesar 374,69 kkal (Tuti Rostianti dkk, 2018)
Melihat kandungan nutrisinya, maka dapat disimpulkan jika talas beneng sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai macam produk makanan.
Saat ini pemanfaatannya masih terbatas pada direbus, dibuat keripik, dan dibuat tepung, namun belum dikomersialkan dan dibuat industrialiasainya.
Namun ada banyak kendala untuk mengembangkannya sebagai produk pangan di Indonesia. Karena jika dikonsumsi tanpa pengolahan yang tepat dapat menyebabkan munculnya rasa gatal pada individu yang mengkonsumsi. Hal itu disebabkan karena mengandung kristal kalsium oksalat.
Meski demikian, menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, pengembangan talas beneng merupakan langkah yang tepat. Karena sangat berpeluang untuk mendongkrak pendapatan dan kesejahteraan petani serta menumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.