Tak Hanya Ubah Gaya Hidup, Pandemi Juga Ubah Komposisi Sampah

oleh -367 kali dilihat
Tak Hanya Ubah Gaya Hidup, Pandemi Juga Ubah Komposisi Sampah
Sampah APD/foto-Opération Mer Propre
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Gaya hidup selama pandemi memang berubah. Namun, rupanya bukan hanya gaya hidup yang berubah, tapi juga komposisi sampah.

Hal yang mengubah wajah ‘persampahan’ adalah sampah Alat Pelindung Diri (APD)—yang cukup meresahkan selama pandemi Covid-19.

Jenis sampah tersebut terbilang baru, itu  artinya ada perubahan komposisi sampah selama pandemi. Iya, saat ini tidak terlalu sulit menemukan sampah yang dianggap penyelamat dari virus corona.

Sampah-sampah itu, bisa berupa masker, sarung tangan hingga botol bekas hand sanitizer.

KLIK INI:  Polusi Udara di Sejumlah Kota Indonesia Memburuk Sepanjang Tahun 2021

Khusus di Teluk Jakarta, tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menemukan perubahan komposisi sampah.

Sampah APD  seperti masker dan pelindung wajah menjadi wajah baru bagi sampah yang masuk ke Teluk Jakarta.

Dilansir dari Antara, tim peneliti sampah LIPI melakukan studi di dua muara sungai di Jakarta selama pandemi Covid-19.

Kedua muara sungai itu, yakni Cilincing dan Marunda, Jakarta Utara. Para peneliti menemukan hal miris. Kurangnya aktivitas di luar rumah selama pandemi, rupanya tak mempengaruhi turunnya produksi sampah.

Justru sebaliknya, peneliti menemukan jumlah sampah mengalami sedikit peningkatan, tapi berat sampahnya berkurang.

APD kategori baru

Intan Suci Nurhati, salah satu anggota tim peneliti LIPI mengatakan, kalau sebelum pandemi sampah yang banyak ditemukan jenis plastik.

“Tapi semasa pandemi ini ada kategori baru yang di tahun 2016 tidak ada sekarang ada, itu adalah APD,” kata peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI itu dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Greenpeace Indonesia di Jakarta, Kamis, 18 Juni 2020.

Pada tahun 2016 lalu, tim LIPI  telah melakukan penelitian di sembilan muara sungai di daerah Jakarta, Tangerang,  dan Bekasi,  termasuk di Cilincing dan Marunda.

KLIK INI:  Selamat Menantikan Kota Ramah Lingkungan di Indonesia

Dalam penelitian empat tahun lalu, ditemukan bahwa plastik adalah jenis sampah yang paling banyak masuk ke Teluk Jakarta sebesar 59 persen dari total sampah dengan kebanyakan berupa styrofoam.

Dalam perbandingan komposisi sampah di dua area tersebut selama periode Maret-April 2016 dan 2020 terlihat plastik masih mendominasi jenis sampah yang ditemukan.

Namun, ada yang berbeda selama 2020 ini, apalagi selama pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, sampah jenis APD mulai ditemukan.

“Jadi, APD itu dulu tidak kami temukan tapi sekarang masker baik plastik maupun fabric (kain), hazmat, face shield itu malah menjadi 16 persen dari sampah plastik yang kami temukan. Yang tadinya nol jadi 16 persen,” kata Intan.

Intan menegaskan bahwa terjadi cukup lonjakan komposisi APD sebagai sampah yang masuk ke Teluk Jakarta dalam masa pandemi.

Intan menyebut, data yang ada tersebut didapat dari lapangan dengan sumber sampah APD itu adalah manusia yang berada di daerah Jakarta dan sekitarnya.

KLIK INI:  Mantan Menteri Lingkungan Hidup Bicara Soal Perubahan Iklim di Pascasarjana Unhas
Tak hanya di Teluk Jakarta

Di Laut Mediterania kelompok konservasi laut dari Prancis, Opération Mer Propre menemukan banyak APD saat melakukan pembersihan laut.

“Ini berita yang sangat mengkhawatirkan. Kami menemukan sampah-sampah baru terkait pandemi, terutama sarung tangan lateks,” ungkap Opération Mer Propre dalam akun Facebook mereka.

Pada tanggal 23 Mei lalu, saat melakukan pembersihan. Mereka menemukan masker di Laut Mediterania. Dan itu merupakan masker pertama yang mereka temukan, kemudian disusul dengan masker-masker yang lain tentunya.

Sampah sarung tangan lateks dan masker tidak hanya  di Eropa, beberapa kota di AS juga melaporkan bahwa selokan dan saluran air mereka tersumbat kedua benda penyelamat dari corona itu. Dan bahkan bisa saja telah menyerang seluruh dunia.

Keberadaan sampah APD membuat sejumlah organisasi prihatin mengenai lautan, sungai, dan selokan yang semakin dibanjiri masker wajah sekali pakai, sarung tangan lateks, botol penyanitasi tangan, sisa-sisa alat pelindung diri (APD), serta barang-barang nondaur ulang lainnya saat dunia bergulat dengan Covid-19.

Hmm, pandemi Covid-19 membawa perubahan gaya hidup dan juga wajah baru bagi dunia ‘persampahan’.

KLIK INI:  Tidak Mau Kecolongan, KLHK Perkuat Pengendalian Karhutla di Masa Pandemi