Tahap Kedua “Sumatera Wide Tiger Survey” Diluncurkan, Begini Target KLHK

oleh -156 kali dilihat
Tahap Kedua Sumatera Wide Tiger Survey Diluncurkan, Begini Target KLHK

Selain itu, perburuan dan perdagangan ilegal serta terjadinya konflik manusia dengan harimau juga merupakan ancaman bagi kelestarian satwa dilindungi tersebut.

“Hasil kajian populasi dan habitat yang terbaru menunjukkan terdapat sekitar 604 ekor harimau yang hidup di alam liar. Harimau-harimau tersebut hidup di habitat yang tersisa di seluruh Sumatera. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita semua dalam mempertahankan satu-satunya spesies harimau yang tersisa di Indonesia,” tutur Tandya.

Hariyo T. Wibisono, Koordinator Pelaksana SWTS menyatakan, “SWTS 2018-2019 adalah kegiatan survei satwa liar terbesar di dunia, baik dalam hal kemitraan, sumber daya manusia yang terlibat, maupun luasan wilayah. Sebanyak 74 tim survei (354 anggota tim) dari 30 lembaga diturunkan untuk melaksanakan survei di 23 wilayah sebaran harimau seluas 12,9 juta hektar, yang 6,4 juta hektar di antaranya adalah habitat yang disurvei pada SWTS pertama.”

Tercatat 15 unit pelaksana teknis (UPT) KLHK, lebih dari 10 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), 21 LSM nasional dan internasional, 2 universitas, 2 perusahaan, dan 13 lembaga donor yang telah bergabung mendukung kegiatan SWTS. Prof. Dr. Gono Semiadi dari LIPI menerangkan bahwa ada beberapa hal yang ingin dihasilkan dari SWTS kedua ini.

“Kami mengharapkan dapat menemukan proporsi area yang menjadi wilayah hidup harimau, informasi mengenai keragaman genetika populasi di masing-masing kantong habitat, meningkatkan kapasitas teknis nasional, serta beberapa dokumen strategi konservasi harimau seperti yang dihasilkan oleh SWTS pertama,” ungkap Prof. Gono.

KLIK INI: Halawa, Sang Pembunuh Harimau Bunting yang Dihukum 3 Tahun Penjara
KLIK INI: Risa Terpukau Pertunjukan Harimau di Sriracha Thailand

Selain informasi terkait wilayah sebaran dan kondisi Harimau Sumatera, output yang diharapkan dari kegiatan SWTS kedua ini mencakup juga data genetik di seluruh kantong habitat satwa tersebut.

Seluruh data, informasi dan kajian hasil SWTS tersebut terpusat di database Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK. Selanjutnya, informasi tersebut dapat menjadi acuan arah kebijakan konservasi di masa depan tidak hanya untuk Harimau Sumatera, tetapi juga satwa badak, orangutan, gajah, dan satwa liar lainnya di Pulau Sumatera. (*)