- Menangisi Kekeringan - 08/02/2025
- Surian, Pendatang Baru yang Jadi Primadona - 30/01/2025
- Bukan karena Hujan, Sabaria - 12/01/2025
Klikhijau.com – Rumah Rahfiz Alam KP2K itu berdiri di tengah sawah. Bangunannya semi permanen. Dibangun oleh komunitas pemuda Desa Kindang. Namanya, Komunitas Pelajar dan Pemuda Kindang. Disingkat KP2K.
Rumah tahfiz itu mulai berdiri sejak 2020 lalu. Kayu dari bangunan ini di dominasi oleh kayu surian atau suren. Kayu jenis ini memang banyak tumbuh di Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Pohon bernama ilmiah Toona sureni ini sangat mudah ditemukan di kebun warga, baik di kebun cengkeh maupun kopi. Dua komoditi yang menjadi andalan masyarakat Kindang.
“Surian, tiang dan balok induknya,” kata Faisal (33 tahun), ia salah seorang dari pengelola rumah tahfiz tersebut.
Di Desa Kindang, pohon surian termasuk pendatang baru. Ia baru masuk ke kampung sebelah barat Bulukumba itu di kisaran tahun 90an.
Pohon surian memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dengan masa panen yang cepat pula. Pada usia 5 tahunan, pohon ini sudah dapat dimanfaatkan sebagai tiang rumah atau balok. Namun, masa panen idealnya saat pohon ini berusia 12 hingga 15 tahun.
Sebagaimana sifat kayu pada umumnya, yang usianya semakin tua, maka akan semakin baik dan tahan pula saat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah. Surian juga demikian.
“Awalnya berasal dari Desa Malewang, sekitar tahun 90 an, entah siapa pertama membawanya,” terang Puang Hada’.
Puang Hada (78 tahun), yang berprofesi sebagai petani telah banyak menanam surian. Apalagi pohon ini mudah tumbuh dan dapat beradaptasi dalam semua medan, baik tebing maupun datar.
Ia mengaku suka menanamnya sebab bisa berdamai dengan tanaman lain. Pohon ini akan optimal jika ditanam sebagai tanaman sela di antara tanaman pertanian (Latifah dkk, 2020). Hanya saja surian merupakan jenis pohon intoleran, yaitu suatu jenis pohon yang tidak mampu bertahan di bawah naungan.
Pohon ini sangat cocok tumbuh di ketinggian 350-2.500 meter di atas permukaan laut. Kayunya memiliki sifat rekat yang sangat baik dan kulitnya sebagai nanofiller berfungsi untuk memperbaiki kualitas perekatan.
Jadi, wajar jika di Desa Kindang dan sekitarnya, tumbuhan ini banyak tumbuh dan menjadi salah satu kayu andalan masyarakat karena letaknya berada di daerah ketinggian. Selain itu, juga cocok sebagai pohon naungan kopi.
Jika awalnya, bibit pohon ini sangat sulit didapatkan karena harus melintas desa. Kini di mana-mana akan kita temukan bibitnya. Sebab tumbuhan yang termasuk ke dalam suku Meliaceae memiliki buah, buahnya akan dibiarkan jatuh begitu saja. Tidak ada yang memanfaatkannya.
Dari buahnya yang jatuh itu, surian dapat berkembang pesat. Benih surian termasuk semi rekalsitran dengan pola perkecambahan benih termasuk tipe epigeal.
Karena itu, saat ini surian yang tumbuh di lahan warga nyaris tidak lagi ditanam dengan sengaja, tetapi tumbuh sendiri dan masyarakat sisa merawatnya saja hingga tumbuh besar dan layak dipanen.
Manfaat surian
Manfaat paling umum dari surian adalah kayunya yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah. Kayunya termasuk kelas awet IV/V dan kelas kuat IV sehingga termasuk ke dalam kelas kayu ringan.
Kayu dari surian umumnya hanya dibuat balok-balok, tiang rumah, dan pareha leppa (balok induk) Sementara untuk papan, sangat jarang ditemukan surian diolah menjadi papan. Menurut Hada’ itu karena kayu ini umumnya cepat ditebang sehingga tidak ada yang tumbuh besar.
Hal menarik dari surian adalah ia bisa dipanen meski masih kecil. Saat hendak membuat tiang rumah misalnya, kayunya bisa tidak diolah, langsung saja dalam bentuk aslinya bulat/bundar. Tiang ini meski masih seukuran betis atau paha orang dewasa sudah bisa dimanfaatkan.
Bagi daerah dengan tingkat curah hujan yang tinggi, surian bisa menjadi pilihan yang tepat. Sebab kayu ini cukup tangguh saat terkena air.
“Bagus untuk tempat mencuci,” kata Baso, Kamis, 9 November 2023 lalu.
Rumah panggung (rumah kayu) umumnya memang memiliki tempat mencuci perabot rumah, khususnya perabot dapur. Tempat ini di Desa Kindang dan Kahayya dinamai pa’jammang-jammangngang. Biasanya terdapat pada ruang dapur rumah panggung. Tempat yang sangat akrab dengan air.
Baso yang merupakan warga Kahayya tersebut juga memberi tips yang unik agar surian dapat tumbuh besar denga cepat, yakni kulitnya diiris saat memasuki masa dorman atau saat menggugurkan daunnya.
Pohon surian memiliki keunikan tersendiri, pada masa tertentu ia tampak seperti pohon yang mati. Sebab seluruh daunnya dapat berguguran dan hanya menyisakan reranting saja. Banyak yang percaya pada saat daunnya meranggas, pohon ini tidak cocok untuk ditebang, sebab akan mudah dimakan bu’bu (kumbang bubuk kayu).
Padahal Yuhernita dalam Andri Petrus (2020) mengungkapkan bahwa surian sering digunakan untuk berbagai keperluan, di antaranya bahan bangunan dan pengobatan seperti pada penyakit diare kronis, disentri dan penyakit usus lainnya. Pucuk daun surian juga dapat digunakan untuk mengatasi pembengkakan ginjal.
Suren juga memiliki potensi sebagai salah satu jenis tanaman rehabilitasi lahan terdegradasi yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Dapat memakan dirinya sendiri
Kayu surian memiliki keindahan tersendiri, warna kayunya terlihat merah. Banyak tukang kayu yang memilih menggunakan kayu ini sebagai bahan bangunan, KP2K misalnya, yang menggunakannya sebagai bahan bangunan membangun rumah tahfiz.
Namun, ada pula yang meragukan kualitasnya. Puang Raja (54 tahun) warga Dusun Sapayya, Kindang. Ia mengaku “kapok” memakai kayu surian sebagai bahan bangunan untuk rumah.
Puang Raja yang juga berprofesi sebagai tukang kayu memiliki pengalaman kurang mengenakkan perihal kayu ini.
Ia bercerita jika dulu ada rumahnya yang menggunakan kayu surian, khususnya pada balok induk. Namun saat dibongkar sekitar 10 tahun kemudian. Kayu tersebut bagian luarnya tampak baik-baik saja. Namun, bagian dalamnya telah habis dilahap bu’bu. Padahal usia kayu surian yang digunakan telah cukup berumur.
“Kayu suriang memang bagus. Hanya saja tidak tahan lama. Karena ia biasa memakan dirinya sendiri,” katanya, Sabtu, 11 November 2023 lalu.
Yang dimaksud memakan dirinya sendiri adalah dimakan bu’bu yang menjadi masalah terbesar bagi kayu.
Tersebar di banyak negara
Surian menurut Petrus (2020) tidak hanya terdapat di Indonesi, tapi tumbuhan dari ordo Sapindales ini juga terdapat di Nepal, India, Bhutan, Myanmar, Cina, Thailand, Malaysia hingga barat Papua Nugini.
Untuk di Indonesia pohon ini menyebar secara alami di Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat serta Papua, jenis ini dijumpai di hutan primer maupun sekunder, dan banyak tumbuh di hutan pedesaan.
Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah bertebing dengan temperatur sekitar 22 ºC dengan kondisi tanah yang berlempung dalam, lembab, subur, drainase baik, dan meyenangi tanah yang basa.
Pohon surian ini memilki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang.
Ciri-ciri dari pohon surian
Pohon surian sangat mudah dikenali. Ia memiliki kekhasan tersendiri, bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 meter.
Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batangnya berbanir mencapai 2 meter.
Gubal kayu surian berwarna kemerahan, teksturnya agak kasar atau agak halus, kasar pada batas lingkaran tumbuh, arah serat lurus, bergelombang, mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun.
Sementara daunnya berbentuk oval dengan panjang 10 sampai 15 cm, tersusun seperti spiral, kadang-kadang mengelompok diujung cabang, dengan 8 sampai 30 pasang anak daun berbentuk lanset. Permukaan dan tulang daun sebelah atas umumnya berbulu.
Surian ini memiliki bunga yang berkedudukan terminal di mana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter.
Buahnya berbentuk oval, terbagi menjadi lima ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6 hingga 9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar.
Jika kamu penasaran tentang pohon ini, sila berkunjung ke Desa Kindang dan sekitarnya. Kamu akan menemukannya dengan mudah.