Suluh Sungai, Karya Instalasi Suarakan Sungai yang Sakit

oleh -11 kali dilihat
Instalasi seni karya Andi Ichdar Yeneng pada Festival 3 Sungai Bulukumba-foto/Ist
Anjar S Masiga

Klikhijau.com – Suluh Sungai, sebuah karya instalasi kolaboratif Andi Ichdar Yeneng dan menjadi salah satu persembahan dalam kegiatan Festival 3 Sungai Bulukumba. Karya ini hadir bukan sekadar instalasi seni, tapi sebagai bentuk penyuaraan terhadap kondisi tiga sungai di Bulukumba yang kini tengah “sakit” karena tercemar, terpinggirkan, dan terlupakan.

Pengkarya, Andi Ichdar Yeneng menjelaskan, instalasi ini disusun dengan rangka bambu, simbol dari keberlimpahan material alami di sepanjang bantaran sungai. Bambu juga bentuk kebaikan alam yang tetap menumbuhkan sekalipun sedang “luka”.

“Suluh sungai berarti penerang atau obor bagi kesadaran kita atas sungai. Tapi untuk karya ini sendiri, tergantung bagaimana orang melihatnya,” ungkapnya.

Di dalamnya, tergantung plastik-plastik berisi air berwarna biru, kuning, orange, dan coklat mewakili tiga aliran sungai yang tercemar, dijaring dalam struktur menyerupai penampungan sementara. Ini bukan sekadar visualisasi, tapi pernyataan keras bahwa sungai tidak lagi jernih.

KLIK INI:  Lelaki Rumahan, Teori Crack, dan Serbuan Botol Plastik

“Kami membuat narasi singkatnya mewakili suara dari sungai. Aku adalah sungai, aku adalah entah yang tak berkesudahan,” ujarnya.

Simbol-simbol lain seperti kantong infus, selang bening, tungku, jala dan sampah yang terjebak di dalamnya, camera, ikan kering, dan pohon yang meranggas. Seolah menunjukkan tubuh sungai yang sedang dirawat, dipasangi alat bantu hidup, sekaligus menjadi tempat pembuangan dan konsumsi manusia. Ada rasa darurat yang dipertontonkan tanpa harus menyuarakannya dalam kata-kata.

KLIK INI:  Plastik, Masalah Besar yang Menginvasi Laut Mediterania

Mengangkat isu lingkungan, khususnya ekosistem air dan relasi manusia dengan alamnya. Kepedulian ini telah lama ditunjukkan, salah satunya melalui Kenduri Sungai Bijawang, ritual tahunan yang digelar sejak 2011 melalui Sanggar Seni Alfarabi. Mendoakan, merawat, dan menjaga sungai sebagai sumber kehidupan.

Dengan hadirnya Suluh Sungai, seni kembali menjadi medium pengingat bagi masyarakat Bulukumba. Sungai  bukan hanya lanskap, tapi juga tubuh hidup yang selama ini diam-diam terluka. (*)

KLIK INI:  Ngeri, Tempat Paling Terpencil di Dunia Pun Tercemari Plastik