Staf Khusus Menteri LHK Menyapa Warga Mallawa

oleh -327 kali dilihat
Staf Khusus Menteri LHK Menyapa Warga Mallawa
Staf Khusus Menteri LHK menjadi saksi penandatanganan naskah kesepahaman antara Balai TN Bantimurung Bulusaraung dengan Kapolsek Mallawa dan Danramil Mallawa - Foto/Taufiq
Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Tudang Sipulung berarti duduk bersama. Istilah ini berasal dari bahasa Bugis, yang berarti “duduk bersama”. Duduk bersama untuk menyelesaikan suatu pokok permasalahan. Dengan begitu juga dapat diartikan sebagai musyawarah. Musyawarah untuk mencari solusi.

Tudang sipulung adalah warisan budaya. Budaya Bugis yang patut untuk kita lestarikan bersama. Selalu mengedepankan musyawarah untuk menyelesaikan persoalan di lingkungan tertentu.

Kamis, 24 Juni 2021 lalu, Hanni Adiati, Staf Khusus Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyapa warga Mallawa. Hanni adalah staf khusus menteri bidang jaringan kerja masyarakat dan analisis dampak lingkungan. Melakukan kunjungan kerja ke Resor Mallawa, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Salah satu resor taman nasional yang berada di Kecamatan Mallawa, Maros.

Resor Mallawa gelar tudang sipulung, selesaikan dinamika tata kelola resornya.

Mengapa Resor Mallawa? Mallawa sedang berdetak kencang. Kepiawaiannya berdayakan warga sekitar hutan menjadi daya tarik. Mendorong warga binaannya manfaatkan potensi desa. Ciptakan produk unggulan. Produk yang diminati konsumen.

Tak heran jika kemudian bermunculan produk baru dari Resor Mallawa. Produk perdana mereka adalah keripik jamur mallawa. Jahe instan mallawa kemudian menyusul. Terakhir kopi bentenge. Produk lainnya pun sedang ia siapkan.

KLIK INI:  Wow, Puntung Rokok Bisa Diubah Jadi Sesuatu Bernilai Hijau

Aswadi Hamid adalah nahkoda baru Mallawa. Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulsaraung mempercayakannya sebagai kepala resor sejak Januari 2021. Aswadi tak mengecewakan pimpinannya. Terus berbuat majukan warga di desa penyangga taman nasional.

“Saya punya target, setiap desa di Mallawa punya satu produk,” pungkas Aswadi kala bersua.

Aswadi yang juga sebagai pengendali ekosistem hutan taman nasional menunjukkan kinerjanya. Pertama-tama ia merangkul aparat desa, termasuk Camat Mallawa. Rutin berkoordinasi dengan mereka. Aswadi juga tak segan-segan mengunjungi desa-desa di Mallawa.

Semua itu tak mudah. Mengingat jarak rumah dan desa binaannya terpaut jarak. Sekitar 60 km dari tempat tinggalnya di Samangki, Maros. Semangat dan keinginan warga berhasil menjadikan semuanya terasa ringan.

Kecamatan Mallawa memang memiliki tanah yang subur. Letaknya pun cukup jenjang dari permukaan laut. Hal ini membuat Mallawa menjadi surga komoditi pertanian unggulan. Jahe, merica, cengkeh, kopi, hingga kacang tanah melimpah di salah satu kecamatan di Maros, Sulawesi Selatan ini.

Pertama-tama, Hanni menyambangi Desa Samaenre, Mallawa, Maros. Mengunjungi Kelompok Tani Hutan Samaenre Bersatu (KTH Samber). KTH Samber adalah kelompok warga yang berfokus budidaya jamur. Hanni menyapa petani jamur tiram. Memberi semangat untuk terus berkarya.

KLIK INI:  BP2LHK Verifikasi Pemanfaatan Air di Taman Nasional Gandang Dewata

Hanni juga berencana mengunjungi Desa Bentenge, Mallawa, Maros. Desa penghasil produk “Kopi Bentenge”. Namun sayang, waktu yang sempit tak memungkinkan.

tudang sipulung
Staf Khusus Menteri LHK hadiri Tudang Sipulung Resor Mallawa. Foto: Taufiq Ismail

Tak hanya itu, Hanni juga menikmati dinginnya malam di Samaenre. Memilih menginap di rumah warga. Personil Resor Mallawa, telah menyiapkan salah satu rumah warga. Kesederhanaan rumah penduduk menjadi daya tarik. Mengabaikan mewahnya hotel berbintang.

Masa-masa wabah yang masih merebak membuat semua tak berjalan mudah. Apalagi warga Mallawa kompak berlakukan penguncian lokal yang ketat. Berkat koordinasi yang intensif personil Mallawa, kemudian menemui jalan. Tentunya tetap harus menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

“Saya telah berkoordinasi dengan pemerintah Desa Samaenre dan Barugae, termasuk Camat Mallawa. Semoga kunjungan Bu Hanni berjalan mulus,” terang Aswadi. Aswadi begitu sibuk lakukan persiapan kedatangan sang tamu. Beruntung anggota resornya turut mendukungnya.

KLIK INI:  Selama Pandemi, Industri Kayu di Sulsel Anjlok, Pembalakan Meningkat!
Penandatanganan Kesepakatan Konservasi

Hanni juga berkesempatan mengikuti “Tudang Sipulung” di Desa Barugae.

Akhir-akhir ini Barugae cukup dikenal. Salah satunya berkat Kelompok Wanita Tani Hutan (KWTH) Semangat Baruga. Mengapa? Karena kepiawaian ibu-ibu desa yang mampu meracik jahe menjadi produk siap seduh. Menghasilkan jahe instan yang cukup digandrungi peminatnya.

Apalagi khasiat jahe yang mampu mendongkrak imun tubuh. Membuat produk ini laku di pasaran. Apalagi di zaman pagebluk seperti ini. Jahe instan menjadi salah satu pilihan membentengi diri. Menjaga kebugaran tubuh. Menjadikan tubuh tetap fit.

Barugae begitu asri. Berada di kaki bukit. Hamparan sawah warga berpadu hutan berbukit menyapa kala memasuki desa. Tak ada signal juga menjadi hal menarik. Membuat interaksi dengan warga begitu terasa.

Tak heran jika warga hendak mengontak keluarga di luar desa, harus keluar mencari signal. Begitulah kondisi beberapa desa di Mallawa.

Pada gelaran ini Resor Mallawa melakukan penanda tanganan naskah kesepahaman dengan mitra kerjanya. Naskah kesepahaman dalam perlindungan dan pengamanan hutan. Kesepahaman antara Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dengan Polsek Mallawa dan Koramil Mallawa.

Sepakat untuk menjaga dan melindungi hutan di wilayah Resor Mallawa. Tak hanya itu Resor Mallawa juga berkomitmen untuk merangkul warga di wilayah kerjanya. Terus membimbing warga agar mampu hasilkan produk-produk unggulan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat.

Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung juga mengapresiasi kinerja Kepala Resor Mallawa dan anggotanya. Salut dengan inovasi manfaatkan potensi desa setempat. Gerakkan ekonomi masyarakat melalui produk yang selalu laris di pasaran. Dengan begitu ekonomi warga pinggir hutan ini pun turut terbantu.

KWTH juga sedang ikuti lomba desa konservasi dalam rangkaian Hari Konservasi Alam Nasional 2021. Sebuah ajang penghargaan kepada insan berpretasi di bidang konservasi alam. Ajang tahunan yang digelar Direktorat Jenderal KSDAE, Kementerian LHK.

“Mohon doanya, moga Semangat Baruga bisa juara. Beberapa minggu lalu tim penilai sudah memferifikasi langsung kelompok tani wanita kita,” terang Yusak Mangetan, Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Hanni memuji produk karya warga Mallawa. “karya kelompok tani di Mallawa adalah contoh konkrit bangkitnya ekonomi desa. Memanfaatkan potensi desa hasilkan produk unggulan. Produk yang tercipta dari rempah-rempah asli tanah kita. Produk yang tanpa pengawet. Sehingga juga aman bagi kesehatan,” pungkas Hanni.

KLIK INI:  Kasus Perdagangan Ilegal Satwa Ilegal di Baubau Siap Disidangkan

Lebih jauh Hanni juga mengutarakan bahwa kerja hasil teman-teman di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung adalah sebagai wujud Nawacita Presiden RI. Wujudkan Indonesia Maju melalui kerja keras di tingkat tapak.

Bersama rombongan juga hadir Direktur Inhutani. “Saya berharap Inhutani juga bisa menjadi contoh inovasi Semangat Baruga. Bisa menerapkan di wilayah kerja. Memberdayakan masyarakat di sekitar hutan,” tambah Hanni.

Hanni juga kunjungi Desa Mattampawalie, Lampariaja, Bone. Sebuah desa asri yang sedang berbenah. Mengembangkan desa wisata. Memanfaatkan potensi hutan pinus sebagai daya tarik utama.

Wisata Pinus Bulu Tanah adalah nama destinasinya. Kelompok warga menyulap hutan pinus sebagai wahana melepas penat. Menatanya sedemikian rupa. Hingga kemdian menjadi buah bibir.

Lokasinya berada di ketinggian membuat udaranya sejuk tak terkira. Tak hanya itu sejumlah fasilitas melekatinya. Memudahkan warga menikmati keindahan alam.

Menata jalan menuju hutan pinus, meluaskan lahan parkir, sarana ibadah pun tersedia. Untuk menambah daya tarik, pengelola menyediakan spot foto yang instagramable. Karenanya tak heran menjadi destinasi wisata baru favorit warga sekitar Bone.

Hanni begitu menikmati keasrian alam Bulu Tanah. Bercengkama bersama rombongan. Tak heran sesekali tawa lepasnya berderai.

Dari Bulu Tanah, Hanni kemudian berpamit. Berharap warga desa yang menetap sekitar hutan untuk terus berbuat. Bangkit dari keterpurukan.

KLIK INI:  Mengungkap Perdagangan Ilegal Tumbuhan Dilindungi ke Luar Negeri