Sisi Lain, Covid-19 Mengajak Kita Lebih Mencintai Bumi

oleh -132 kali dilihat
Sisi Lain, Covid-19 Mengajak Kita Lebih Mencintai Bumi
Potret kota Jakarta yang sepi beberapa hari lalu akibat pembatasan ruang sosial-Foto/suara.com
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Terlepas dari penyebarannya yang begitu massif, fenomena Covid-19 seolah mengajak kita lebih mencintai bumi. Hari-hari yang lebih banyak di rumah sebagai upaya menjaga jarak “social distancing” atau “fisical distancing”, pada sisi lain menggambarkan bagaimana bumi yang diam sesaat.

Diam dan terhenti dari aktivitas massif manusia di ruang publik, terutama di jalan raya. Kita tahu, hirup pikuk manusia di keseharian telah berkontribusi nyata terhadap berbagai masalah lingkungan. Diantaranya polusi udara, penggunaan energi yang berlebihan, dan lainnya.

Sebagai contoh, kendaraan bermotor di jalan raya telah memicu polusi udara di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Dilansir Tirto.id, Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin menyebut, kendaraan bermotor adalah biang kerok polusi di Jakarta.

Data KPBB, menyebut pencemar 2,5 mikron (PM 2,5) terbesar dari kendaraan bermotor 57 persen, industri 25 persen, road dust 8 persen, pembakaran sampah 2 persen, domestik 3 persen dan proses konstruksi 5 persen.

KLIK INI:  Lockdown, Warga London Menyamar Jadi Tanaman untuk Keluar Rumah

Maka, di saat kota-kota di dunia sepi akibat pembatasan gerak dan aktivitas, dunia seolah beristirahat. Kota yang sepi adalah sebuah realitas lain dari berkurangnya beban lingkungan.

Hal ini mengingatkan kita dengan pesan seorang Tjokorda Raka Kertyasa, seorang tokoh budaya di Ubud Bali dalam film “Semesta” yang menggambarkan dampak ekologi dari perayaan nyepi di Bali.

Menurutnya, nyepi yang berlangsung di Bali adalah sebuah momentum tentang bumi yang beristirahat. Dalam peristirahatan itu, kata Tjokorda, bumi mengalami proses hemat energi secara otomatis.

“Nyepi” di Bali, kata Tjokorda memberi pesan tentang perlunya keharmonisan antara manusia dan semesta. Apa yang kita saksikan saat ini adalah sebuah peristiwa tentang kota yang sepi sebagaimana ‘nyepi’ di Bali.

KLIK INI:  Tentang Ikan Oarfish, Cerita Rakyat Jepang, dan Daryono

Walau tidak sepenuhnya sepi total, banyak netizen memotret betapa jalan-jalan lengan di siang dan di malam hari—setidaknya tidak seperti hari-hari biasanya sebelum adanya covid-19. Saat kota berhari-hari sepi kendaraan, dipastikan ada penurunan emisi karbon di udara yang tentu positif bagi lingkungan.

Dunia menyehatkan dirinya

Covid-19 yang membuat bumi seolah beristirahat juga dinilai memiliki sisi positif bagi seorang motivator lingkungan, Dr. Darhamsyah, M.Si. “Pembelajaran positifnya adalah mari tanpa wabah corona pun kita pertimbangkan eksploitasi alam yang berlebihan. Mari ganti ego-life menjadi eco-life,” katanya.

Pembatasan gerak sosial yang membuat kota-kota minim aktivitas membuat Darhamsyah teringat sebuah buku berjudul “World Without Us”. “Sebuah buku yang menggemaskan saya saat membacanya beberapa tahun lalu,” ucapnya.

Yah, buku “World Without Us” karya Alan Weisman seorang Jurnalis Amerika yang ditulis tahun 2007 silam, memang mengesankan yakni tentang dunia tanpa manusia.

KLIK INI:  Pemberdayaan Desa Wisata sebagai Pijakan Pemulihan Sektor Pariwisata Nasional

“Bagaimana  nasib dunia seandainya tidak ada manusia atau di bawah ke planet lain. Andai terjadi, bagaimana nasib dunia? Ternyata, dunia menyehatkan dirinya. Margasatwa hidup bebas. Udara dan sungai yang tercemar jadi bersih dan ekosistem menjadi pulih,” cerita Darhamsyah.

Pendeknya, covid-19 mengajarkan tentang pentingnya merawat daya cinta pada bumi. Seperti kata pesepakbola dari Bali United, I Kadek Agung yang mengajak orang-orang untuk lebih mencintai bumi lagi agar dapat terhindar dari kepunahan.

Tidak hanya bumi saja, ia pun mengajak untuk menjaga semua isi yang ada di alam ini.

“Semua bisa belajar dari virus ini supaya bisa lebih menyayangi bumi serta alam ini,” ucapnya seperti dikutip dari Tribun Bali, Kamis 16 Maret 2020.

Semoga badai lekas berlalu, pelajaran penting telah kita teguk—betapa Covid-19 Mengajak Kita Lebih Mencintai Bumi.

KLIK INI:  Menelusuri Dugaan Korupsi Megaproyek Makassar New Port