Sinopsis Film Semesta, Kisah dari 7 Tokoh Inspirasi Lingkungan

oleh -2,418 kali dilihat
Iskandar Waworuntu, satu dari 7 tokoh inspiratif di Film Semesta-Foto/Sonora.id
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Film dokumenter Semesta tayang perdana di awal tahun 2020. Anda yang belum menontonnya, tentu perlu membaca sinopsis film Semesta. Setidaknya menjadi referensi awal sebelum menonton filmnya di bioskop terdekat di kota Anda.

Disutradarai oleh Chairun Nissa, film Semesta berkisah tentang tujuh sosok di tujuh provinsi Indonesia yang bergerak mengurangi dampak perubahan iklim. Para sosok ini merawat alam Indonesia atas dorongan agama, kepercayaan dan budaya masing-masing.

Seperti kata Menteri LHK, Siti Nurbaya, film Semesta mengajak kita berkeliling nusantara dan menikmati kekayaan alamnya. Kisah berawal dari titik ujung barat (Aceh) hingga titik ujung timur (Papua) Indonesia.

Tujuh tokoh inspiratif dalam film dokumenter ini di antaranya; Tjokorda Raka Kerthyasa, Almina Kacili, Marselus Hasan, Muhammad Yusuf, Agustinus Pius Inam, Iskandar Waworuntu, dan Soraya Cassandra. Simak kisah singkatnya berikut.

KLIK INI:  Film “Semesta” Garapan Tim Nicholas Saputra Ajak Sadar Lingkungan
1. Tjokorda Raka Kerthyasa

Tjokorda Raka Kerthyasa adalah seorang tokoh budaya di Ubud Bali. Bersama segenap umat hindu di Bali, ia memberi pesan kuat tentang makna nyepi dan relevansinya terhadap alam semesta.

Nyepi yang berlangsung sehari merupakan peristiwa menarik yang menyaratkan sebuah momentum bumi yang beristirahat. Dalam peristirahatan itu, bumi mengalami proses hemat energy secara otomatis. Polusi kendaraan yang berhenti, hemat listrik dan lainnya yang melahirkan dampak luar biasa bagi lingkungan di Bali.

Menurut Tjokorda, nyepi memberi pesan tentang perlunya keharmonisan antara manusia dan alam semesta. Manusia membutuhkan alam dan karenanya manusia harus member cinta pada alam.

2. Agustinus Pius Inam

Agustinus adalah seorang warga di pedalaman Kalimantan Barat yang bertugas sebagai kepala dusun. Ia dan komunitasnya berjuang keras dengan hati menjaga hutan dengan tidak merusaknya. Agustinus menjaga tradisi turun-temurun moyangnya bahwa manusia tidak boleh serakah pada hutan, sebab itu akan menimbulkan bencana bagi manusia sendiri.

Bagi Agustinus dan masyarakat adat di Dusun Sungai Utik, tanah adalah ibu, sedangkan air adalah darah. Keduanya harus dirawat dan dijaga oleh manusia demi keberlanjutan.

KLIK INI:  6 Fakta Menarik Tentang Dokter Tirta dan Aksi Progresifnya Cegah Corona
3. Romo Marselus Hasan

Sebagai seorang tokoh agama, Romo Marselus Hasan tidak sekadar ingin berdiam di gereja. Ia aktif berpikir dan terlibat dalam memikirkan bagaimana permasalahan lingkungan yang dihadapi warga.

Marselus Hasan adalah pemimpin agama Katolik di Bea Muring, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai daerah pedalaman, kampung Bea Muring tidak dialiri listrik, sehingga masyarakat memakai generator. Romo Marselus secara mandiri menginisiasi pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro demi mengurangi emisi berbahaya yang keluar dari generator.

Berkat semangat kegotong-royongan yang dibangun, mereka berhasil memakai listrik dengan energi terbarukan yakni mikrohidro.

4. Almina Kacili

Almina Kacili, seorang perempuan dari Raja Ampat yang ingin mengangkat harkat dan martabat perempuan di kampungnya. Almina adalah kepala kelompok wanita gereja di Kapatcol Papua Barat yang mendorong upaya penyeimbangan alam melalui Sasi.

Sasi adalah sebuah tradisi yang dilakukan demi melindungi wilayahnya dari eksploitasi berlebihan dan illegal. Sasi dilakukan dengan menggabungkan antara konsensus bersama, budaya dan dorongan agama untuk member kesempatan perkembangan sumber daya alam khususnya di laut.

Bila masa Sasi selesai, barulah Almina dan komunitasnya mengambil hasil laut. Model ini seperti menabung sumber daya dan menikmatinya secara bersama dengan tetap menimbang aspek keberlanjutan.

KLIK INI:  Komunitas Lingkungan Kolaborasi Bantu Pemulung dan Petugas Persampahan Aman Corona
5. Muhammad Yusuf

Di Desa Pameu Aceh, kebun-kebun warga kerapkali diserang gajah. Gajah-gajah itu datang mencari makan dan merusak perkebunan warga. Bukan tanpa alasan, gajah itu menyerang manusia karena habitnya mulai rusak akibat penebangan hutan.

Muhammad Yusuf adalah seorang imam masjid di Desa Pameu yang terus mengingatkan warganya dengan doktrin agama bahwa gajah liar tidak salah, manusialah yang menjadi dalang dari kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu, manusia harus mencintai alam agar dicintai pula oleh alam.

6. Iskandar Waworuntu

Di film semesta ini, sesi inspirasi dari seorang Iskandar Waworuntu cukup berkesan. Iskandar adalah seorang muslim taat yang berkomitmen menjalanji praktik thayyib bersama keluarganya yang tinggal di Yogyakarta.

Iskandar menggunakan ilmu permakultur dalam berkebun. Filosofi praktik cerdas ini adalah bagaimana memastikan semua yang dilakukan saling berhubungan satu sama lain. Di tempatnya, Iskandar memperkenalkan praktik pertanian organik dan lainnya.

7. Soraya Cassandra

Soraya Cassandra menginspirasi kita semua bahwa membangun apa yang disebut urban farming bukan mustahil dilakukan. Bersama suaminya, Soraya mendirikan kebun di dalam kota Jakarta yang ia namai Kebun Kumara.

Ia mengedukasi banyak orang tentang peluang memanfaatkan lahan terbatas dengan prinsip pertanian organik.

Itulah Sinopsis Film Semesta dan perkenalan 7 tokoh inspiratif di dalamnya. Anda yang menontonnya pasti bakal lebih semangat, film ini memotivasi kita semua untuk memulai kebaikan pada lingkungan.

KLIK INI:  Kreatif, Ilmuwan Asal Meksiko Sulap Kaktus Jadi Kantong Ramah Lingkungan