- Solidaritas Korsa Rimbawan untuk Hutan Berkelanjutan Menggema dari SMKKN Makassar - 17/03/2025
- TerkaitPolusi Daur Ulang Kertas dan Plastik Impor di Jatim, River Warrior Surati Presiden Prabowo - 17/03/2025
- Inisiatif Wakaf Hutan, Dorong Kesejahteraan Warga di Sekitar Tanah Ulayat Kota Padang - 17/03/2025
Klikhijau.com – Perubahan iklim telah mengubah siklus nutrisi penting di lautan. Hal tersebut diungkapkan oleh peneliti University of California, Irvine.
Para peneliti melaporkan bahwa model komputer mengungkap bagaimana perubahan iklim berperan penting pada perubahan siklus nutrisi laut.
Tim yang dipimpin oleh mahasiswa pascasarjana Skylar Gerace menganalisis data nutrisi dari lautan selama 50 tahun yang dikumpulkan sebagai bagian dari Program Investigasi Hidrografi Berbasis Kapal Laut Global (GO-SHIP ).
Mereka menemukan bahwa selama setengah abad terakhir, terjadi penurunan besar dalam fosfor – nutrisi yang memainkan peran penting dalam kesehatan jaring makanan laut – di lautan belahan bumi selatan.
“Bisa terjadi efek berjenjang pada rantai makanan,” kata Gerace, yang menjelaskan bagaimana plankton – mikroorganisme yang membentuk dasar dari banyak rantai makanan laut – bergantung pada fosfor sebagai sumber makanan.
Gerace juga menambahkan, ketika fitoplankton kekurangan fosfor, mereka menjadi kurang bergizi, yang dapat mengganggu laju pertumbuhan zooplankton dan ikan.
Sulit menunjukkan dampak jangka panjang iklim
Adam Martiny, profesor ilmu sistem Bumi dan ekologi & biologi evolusi serta salah satu penulis utama studi tersebut mengatakan, studi model menunjukkan bahwa saat lautan menghangat, lapisannya akan semakin terstratifikasi, yang dapat menguras nutrisi dari bagian tertentu di permukaan laut.
Meskipun model menunjukkan adanya hubungan antara suhu laut dan nutrisi permukaan laut, ini merupakan studi pertama yang mengonfirmasi dampak perubahan iklim pada siklus nutrisi.
“Yang mengejutkan, konsentrasi nitrat – nutrisi yang diperkirakan akan menurun oleh tim – tampaknya tetap stabil. Nitrat sangat penting bagi fungsi ekosistem, jadi tidak menurunnya nitrat merupakan pertanda baik,” jelas Martiny.
Namun menurutnya, meskipun demikian, konsentrasi nitrat mungkin masih akan menurun di masa mendatang seiring dengan terus berubahnya iklim.
“Namun, itu tidak kita ketahui. Itu hanya spekulasi,” katanya.
Martiny juga menekankan pentingnya program seperti GO-SHIP dalam hal melakukan sains seperti ini; tanpa misi pelayaran yang mengumpulkan data empiris tentang ekosistem laut, tidak akan ada cara untuk memastikan apakah yang diramalkan oleh model iklim benar-benar terjadi. Misalnya, model telah meramalkan bahwa saat ini akan ada penurunan kadar nitrat di air laut, tetapi pengamatan langsung mengungkapkan bahwa hal ini tidak terjadi.
“Secara umum sangat sulit untuk menunjukkan dampak jangka panjang iklim terhadap lautan, karena ada begitu banyak variabilitas, dan penelitian kami sekarang menjadi bagian dari kumpulan kecil penelitian yang menunjukkan dampak jangka panjang ini. Anda dapat menghitung dengan jari tren jangka panjang yang ditunjukkan dalam kimia lautan,” kata Martiny.
Berikutnya, tim ingin mengukur bagaimana perubahan siklus nutrisi berdampak pada ekosistem laut di kedua belahan bumi seiring terus berlangsungnya perubahan iklim.
“Kami bermaksud menyelidiki bagaimana metrik nutrisi ini berhubungan dengan dinamika ekosistem yang lebih luas di seluruh lautan, seperti produktivitas primer. Hal ini selanjutnya dapat menetapkan pengukuran seperti yang kami lakukan sebagai indikator holistik untuk memantau ekosistem laut seiring dengan terus menghangatnya lautan dan terjadinya stratifikasi,” pungkas Gerace.
Dari: Newswise