Si Kecil Pembawa Petaka yang Bernama Puntung

oleh -72 kali dilihat
Si Kecil Pembawa Petaka yang Bernama Puntung
Si Kecil Pembawa Petaka yang Bernama Puntung-foto/kompasiana

Klikhijau.com – Ukuran tubuhku kecil. Karena kecil, aku mudah keluar masuk di mulut orang yang mengisapku.

Warnaku cokelat, putih, dan hitam. Tapi cokelatlah menjadi warnaku yang paling dominan. Meski aku kecil, tapi dampak yang aku bawa pada lingkungan sungguh buruk. Perkenalkan, namaku puntung rokok.

Iya, aku adalah salah satu sampah yang memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Apalagi jika aku tidak dikelola dengan baik.

Hal paling miris dari orang-orang yang pernah mengisapku. Aku sangat mudah dibuang setelah setelah batangku habis. Aku adalah batas dari yang harus dikonsumsi oleh para perokok.

KLIK INI:  Wow, Puntung Rokok Bisa Diubah Jadi Sesuatu Bernilai Hijau

Kadang aku di buang di asbak, kadang pula langsung ke lingkungan. Namun asbak dan lingkungan sama saja. Asbak hanya tempat menampungku sebelum dicampakkan ke lingkungan. Karena dari asbak aku kerap dibuang begitu saja pada sembarang tempat, semisal saluran air.

Tubuhku yang ringan membuatku mudah terombang-ambing di aliran air, terbawah hingga jauh, bisa saja perjalananku berakhir di laut dan disantap biota laut.

Pada tahun 2015, seorang peneliti dari Universitas Georgia bernama Jenna Jambeck menemukan jika Indonesia  adalah penyumbang sampah terbesar kedua di laut setelah Cina, yakni 187,2 juta ton sampah. Dan aku adalah salah jenis sampah yang banyak ditemukan.

Penikmat rokok sangat tinggi

Tingkat konsumsi rokok di dunia, termasuk di Indonesia sangat tinggi. Bayangkan saja di Jakarta—Ibukota negara Indonesia tahun 2013 lalu tingkat konsumsinya mencapai sekitar 12,5 miliar batang.

Itu baru satu kota, belum keseluruhannya. Di Indonesia sangat mudah ditemukan orang mengisap rokok, tidak peduli di tempat umum atau bukan. Tidak dihirau sedang ramai atau sepi. Tidak ada batasan usia, baik anak-anak maupun yang telah berusia senja.

Rokok adalah kawan yang dianggap paling setia bagi perokok. Dan aku, yang bagian penting dari rokok, setelah rokoknya habis dilahap api  akan dicampakan begitu saja, seperti pepatah, habis manis sepah dibuang.

Kerap kali aku dibuang dan ditimbun begitu saja di dalam tanah.  Theconversation pernah menyiarkan jika aku, meski kecil tapi bisa jadi penyumbang 30-40% sampah sejak tahun 1980-an. Itu baru sampah yang ditemukan di tempat pembuangan sampah di perkotaan. Belum di pelosok.

Bahaya yang kukandung

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana bisa aku begitu berbahaya bagi lingkungan. Padahal ukuran tubuhku sungguh kecil.

Aku akan memberi bocoran, seperti yang diungkapan oleh Dannielle Green, ia merupakan  dosen senior dari Universitas Anglia Ruskin.

Ia pernah melakukan percobaan untuk mengetahui seberapa bahaya diriku bagi lingkungan, khususnya tanah.

Pada percobaannya,  Dannielle  menaruhku pada  pot yang berisi rumput atau semanggi. Ia melakukan percobaan itu pada  dua pot.

Satunya diisi oleh diriku yang masih “perawan” belum diisap dan satunya lagi diisi dengan yang bekas alias sudah isap serta kayu kecil.

KLIK INI:  KFC Indonesia dan DCA, Edukasi Warga Akan Pentingnya Menjaga Lingkungan

Tujuannya untuk melihat perbedaan yang dihasilkan. Dan hasilnya, aku yang bekas diisap bisa  menghambat tumbuhnya kecambah pada rumput dan semanggi hingga 25%. Selain menghambat pertumbuhan, aku juga mengurangi jumlah biomassa dari akar semanggi hingga 60%.

Selain itu, Dannielle juga menjelaskan bahwa aku adalah jenis sampah sampah yang membutuhkan waktu lama untuk terurai. Aku cukup bebal, bukan?

Dalam diriku yang kecil, terkandung ribuan serat selulosa asesat. Serat ini merupakan polutan umum yang sering ditemukan di ekosistem, bahkan juga ditemukan di dasar laut dalam.

Tidak berhenti di situ saja, kawan, aku juga mengandung  mengandung ribuan bahan kimia. Mengerikannya, bahan kimia dalam tubuhku bisa  jadi pembunuh yang kejam bagi  makhluk hidup, semisal i tanaman dan hewan sejenis serangga.

Dan lebih dari itu, pada filterku menurut Dannielle mengandung  bahan kimia disebut sebagai senyawa karsinogen. Senyawa itu bisa menjadi penyebab kanker.

Karena tubuhku kecil, aku bisa merasuk ke dalam  dalam tubuh hewan-hewan liar, seperti burung laut dan kura-kura. Mereka mengira aku adalah makanan yang uenak.

 Society of Indonesian Environtmental Journalist pada akun Instagramnya @siej_info menuturkan jika belasan penyu ditemukan mati di perairan Bengkulu pada Desember 2019 lau. Dalam pencernaannya ditemukan bermacam sampah, salah satunya adalah puntung rokok dan itu aku, sekecil yang membawa petaka.

Pada studi lain masih menurut Insagram SIEJ,  jika aku (sebatang saja) diencerkan dengan 1 liter air, maka racunku cukup untuk membunuh ikan dan biota laut di dalam air tersebut.

Racunku juga sangat buruk bagi tanah dan biota lainnya. Tidak heran, jika aku  dibuang dan menuju ke laut, biota laut yang kena akibatnya.

Oya, aku jika bisa menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Jika ada yang membuangku di semak-semak padahal masih menyala. Apiku bisa membesar dan menghanguskan apa saja.

KLIK INI:  Manggala Agni dari Sulawesi Menuju Bali-Tanggerang, Merah Putih tetap Berkibar
Butuh kesadaran masyarakat

Sayangnya, meski berbahaya aku masih dianggap seperti sampah rumah tangga biasa. Padahal, jika jumlahku miliaran, tentu akan sangat membahayakan.

Karena itu, kesadaran masyarakat akan bahaya dalam diriku perlu ditingkatkan. Agar mereka tidak membuangku di sembarangan tempat. Enak saja, setelah aku dinikmati dan memberi kenikmatan pada manusia. Aku malah dicampakkan. Setidaknya berilah rasa hormat sedikit dengan memperlakukanku dengan baik, semisal tidak membuangku di sembarang tempat.

Perusahaan yang memproduksiku juga harus memiliki tanggung jawab lebih. Setidaknya mereka harus membuat alat yang bisa mendaur ulang diriku atau berusaha berjuang menemukan bahan yang lebih rama lingkungan ketika membuatku.

Selama ini,  diriku direcoki dengan berbagai bahan kimia. Padahal itu  merupakan kategori bahan beracun dan berbahaya (B3).

Berkaca  pada regulasi di Indonesia yang menganut Polluter Pays Principle, perusahaan harus mengolah limbah B3 sesuai dengan standar limbah B3 termasuk diriku.

Cara mengolahnya

Apa yang harus dilakukan agar aku bisa bermanfaat, tidak mencemari lingkungan. Sebenarnya aku  bisa dijadikan  sebagai insektisida. Kandungan nikotin dalam diriku dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk insektisida.

Amri Aji, dkk dari Universitas Malikussaleh pernah menelitiku pada tahun 2017.  Judul penelitiannya “Isolasi Nikotin dari Puntung Rokok sebagai Insektisida”. Mereka menyimpulkan bahwa jika konsentrasi nikotin sulfat semakin tinggi, maka efek terhadap kematian serangga juga semakin cepat.

Hal tersebut berarti bahwa kandungan nikotin dalam diriku terbukti dapat digunakan untuk membunuh serangga. Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa nikotin yang terdapat pada tubuhku, khususnya dari merek Gudang Garam lebih tinggi dari merek rokok yang lain.

Selain itu, Yosi Mutiara Pertiwi dkk  dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia pada tahun 2020  lalu juga menelitiku, judulnya “Eco Powerbank: Pemanfaatan Limbah Putung Rokok Menjadi Bahan Dalam Media Penyimpan Energi”.

Penelitian mereka menemukan jika aku dapat digunakan sebagai bahan eco powerbank.  Pada kandungan selulosa asetat dalam diriku dapat diubah menjadi karbon.

Nah, komponen superkapasitor dalam karbon tersebutlah yang dapat menghasilkan konduksi listrik tinggi dan stabil.

Namun, meski aku bisa dimanfaatkan berdasarkan dua penelitian itu, tapi sebaiknya jangan dibuang sembarangan. Aku bisa datang sebagai bencana. Jadi waspadalah!

KLIK INI:  Karhutla Tahun Ini Lebih Parah Daripada Tahun Lalu?