Setiap 6 Detik Dunia Kehilangan Hutan Seluas Lapangan Bola

oleh -328 kali dilihat
Hari Hutan Sedunia, Saat Tepat Merawat Kesadaran akan Pentingnya Peran Hutan
Ilustrasi hutan/foto-Ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Hutan adalah rumah bagi keanekaragaman hayati. Maka semakin hutan habis, keanekaragaman hayati akan semaki terpuruk pula. Kehilangan hutan bisa jadi merupakan kerugian besar bagi manusia.

Gedung, lahan pertanian, dan peternakan. Tak akan mampu menggantikan fungsi hutan. Petaka kehilangan hutan semakin nyata. Penyebabnya selain alam itu sendiri, tentu saja adalah manusia.

Banyak negara telah kehilangan hutannya, berdasarkan data   tahunan Global Forest Watch, Indonesia menempati urutan ketiga kehilangan hutan terbanyak di dunia. Urutan kedua ditempati  Republik Demokratik Kongo dan urutan pertama  dipegangan oleh Brasil. Brasil telah kehilangan lebih dari 1/3 hutannya.

KLIK INI:  70+ Fakta Mencengankan Perihal Deforestasi yang Perlu Dihayati

Selain tiga negara di atas, negara-negara lain dengan kehilangan hutan primer yang paling parah pada tahun 2019 adalah Peru (1.620 km persegi), Malaysia (1.200 km persegi), dan Kolombia (1.150 km persegi), diikuti oleh Laos, Meksiko dan Kamboja, semuanya dengan kurang dari 800 km persegi.

Mikaela Weisse, pemimpin penelitian sekaligus project manager Global Forest Watch di World Resources Institute (WRI) mengungkapkan kekhawatirannya mengenai petaka yang dialami oleh hutan.

“Kami khawatir dengan angka kerusakan yang sangat tinggi meskipun telah ada upaya dari beberapa negara dan perusahaan untuk mengurangi laju deforestasi,” katanya.

Semisal selama  tahun 2019 lalu. Hutan berukuran 38 ribu kilometer persegi, mengalami kerusakan. Artinya, angka 38 ribu itu setara dengan hancurnya pohon-pohon seukuran lapangan sepak bola setiap enam detik.

Periode terburuk

Periode itu adalah periode ketiga terburuk   bagi hutan primer sejak para ilmuwan mulai melacak penurunan mereka sejak dua dekade lalu.

“Diperlukan beberapa dekade atau bahkan berabad-abad bagi hutan untuk bisa kembali ke keadaan semula,” ujar Weisse.

Ia menambahkan, syarat itu berlaku jika  tidak ada lagi wilayah lainnya yang bertambah rusak.

KLIK INI:  Belasan Pelajar Belanda Belajar Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Khusus kasus kerusakan hutan di Indonesia, negara ini telah mengalami tiga kali penurunan berturut-turut setiap tahun. Penurunan itu menunjukkan 5% dari kawasan hutannya.

Sementara di Brasil ditemukan fakta jika kebakaran hutan tahun lalu bukanlah penyebab utama merosotnya jumlah hutan primer di negara asal Neymar JR itu.

Dari fakta itu terungkap melalui gambar satelit  bahwa banyak “hotspot” baru dari kerusakan hutan. Di negara bagian Para misalnya, zona yang dilanda kebakaran berkaitan dengan laporan perampasan tanah ilegal di dalam cagar alam Trincheira/Bacaja.

Selain Brasil, negara yang kehilangan  tutupan pohon dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 2019 adalah Bolivia.

Tercatat ada kerusakan hutan di Bolivia meningkat 80% dari tahun sebelumnya akibat kebakaran yang  melanda hutan primer maupun di sekitarnya.

Diduga kuat peningkatan kerusakan hutan itu disebabkan produksi kedelai dan peluasan peternakan menjadi penyebabnya.

Sementara itu, ada sebuah studi pada bulan Maret mengungkapkan hutan hujan Amazon bisa berubah jadi sabana kering dalam waktu setengah abad karena  deforestasi.

KLIK INI:  Program Adipura dan 5 Permasalahan Mendasar Soal Persampahan