SD Inp Unggulan BTN Pemda Lakukan Penguatan Lingkungan Hidup

oleh -114 kali dilihat
SD Inp Unggulan BTN Pemda Lakukan Penguatan Lingkungan Hidup
Pembagian bibit-foto/ist

Klikhijau.com –Budaya itu memberi semangat dan mempersatukan.” Kata-kata itu diungkapkan oleh Rahman Rumaday. Ia merupakan Founder Komunitas Anak Pelangi (K-Apel).

Rahman mengungkapkan hal itu ketika  menerima peserta Outing Class Penguatan Lingkungan Hidup dalam Penerapan Nilai Lokal. Tepatnya di Jl. Dg Jakking, Kelurahan Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar, Jumat, 3 September 2021.

Lelaki yang  akrab disapa Bang Maman itu mengungkapkan, pendekatan nilai budaya itulah yang digunakan mengedukasi dan melakukan program pemberdayaan di komunitasnya. Misalnya, pembuatan bosara dari barang bekas. Hal itu merupakan perpaduan kesadaran nilai lokal dan sikap ramah lingkungan.

“Terima kasih kepada ibu-ibu dan anak-anak yang selalu semangat menerima tamu. Semoga kita selalu bergandeng tangan memajukan budaya Sulawesi Selatan,” ajak lelaki asal Maluku itu.

KLIK INI:  2 Hal Unik di Sepanjang Jalan Cagar Alam Karaenta, Maros

Outing class Penguatan Lingkungan Hidup dalam Penerapan Nilai Lokal itu. Diadakan oleh SD Inpres Unggulan BTN Pemda dalam rangka Hari Aksara.

Hari Aksara sendiri  diperingati setiap tanggal 8 September. Kegiatan ini diadakan karena sekolah itu tengah menuju Adiwiyata Mandiri.

Selain SD Inpres Unggulan BTN Pemda, outing class juga diikuti sekolah imbas yang terdiri dari SD Negeri Borong, SDN Kompleks IKIP 1, SD Inp Perumnas  4, dan MI Al-Abrrar.

“Sekolah kami lagi menuju Adiwiyata Mandiri tahun ini,” jelas Ketua Tim Adiwiyata,  SD Inpres Unggulan BTN Pemda, Nuraeni Amir, S.Pd.

Sehari sebelumnya , Kamis,  2 September, saat pra kegiatan. Bu Eni, begitu biasa ia disapa, menekankan agar peserta outing class membuat laporan dan terutama mengimplementasikan nilai-nilai budaya lokal. Bukan hanya dalam mata pelajaran muatan lokal tapi juga pembelajaran lain, seperti tematik.

Sarat dengan budaya lokal

Nunung, yang hadir mewakili Kepala UPT SPF SD Inpres Unggulan BTN Pemda dan Ketua Tim Adiwiyata mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia mengaku baru pertama kali mendengar pembacaan ayat suci Alquran dengan terjemahan bahasa daerah. Hari itu, setelah Rahmat membaca surat Ar Rahman ayat 1-15, Fitri lalu melanjutkan dengan saritilawah berbahasa Makassar.

Hal lain yang unik, yakni prosesi “Tarang Ati.” Di mana ibu-ibu yang tamat Iqra disuapi gula aren dan kelapa agar lancar mengaji. Ada juga nyanyian ninabobo “toeng” oleh Daeng Ke’nang, serta puisi lingkungan hidup berbahasa Makassar dan Indonesia oleh   Harfia dan  Suriati.

Menarik, puisi karya Rusdin Tompo, “Anak-anak Payabo” dibuatkan terjemahan bahasa Makassar, dan dibacakan oleh Putra dan Uga. Ada juga paseng bahasa Bugis oleh Hamriana dan  Jawaria.

Tamu-tamu dijamu kuliner tradisional seperti putu, roko-roko unti, roko-roko cangkuning, dan baruasa. Hidangan sarabba hangat juga disuguhkan.

Acara diakhiri dengan makan kapurung bersama.  Nunung mewakili SD Inpres Unggulan BTN Pemda memberikan sumbangan bibit tanaman kepada warga yang diterima Ketua RT 011/RW 07, Hj. Rahmatia.

KLIK INI:  Berapa Lama Proses Fermentasi Eco-Enzyme Lalu Bisa Dipanen?
Cerita yang sama dari Paropo

Di Kampung Paropo, peserta outing class didampingi oleh penggiat budaya Yahya Syamsuddin, yang merupakan warga setempat. Peserta diajak melihat Alquran kuno, pengrajin alat musik tradisional keso’-keso, serta pembuatan ketupat daun pandan.

Aktivis hak anak, Rusdin Tompo, ketika berbicara saat pra kegiatan menyampaikan bahwa selama ini kita memanfaatkan alam bukan hanya untuk konsumsi, tapi juga produksi, kesehatan, dan kesejahteraan serta kelangsungan hidup kita pada umumnya. Namun, kita kerap abai memperhatikan pengelolaan alam untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Padahal, jelas penggiat literasi itu, kita punya nilai dan kearifan lokal yang bisa jadi pedoman. Misalnya, pappasang bahasa Makassar yang mengatakan, “Katutui Bonena Alanga Nana Katutui Tongki Bonena Langika.” Artinya, jaga isi alam niscaya engkau juga dijaga isi langit.

Paseng dalam bahasa Bugis juga ada, yakni “Mangangkalung ribulue, massulappe ripottanangnge, makkoddang ritasi’e.” Artinya, gunung, daratan, dan laut merupakan lingkungan sumber kehidupan, yaitu tempat mengais rezeki. Karena itu harus dijaga kelestarian dan kesinambungannya. (*)

KLIK INI:  Menelisik Penyebab Beberapa Daun Tanaman Hidup Lebih Lama dari Daun Lainnya