Sampah-sampah Berumah di Bira

oleh -76 kali dilihat
Sampah-sampah Berumah di Bira
Ilustrasi-foto/Pixabay
Irhyl R Makkatutu

Sampah-sampah Berumah di Bira

 

sampah-sampah sampai ke pantai bira
di bawa serakah dari jauh

dua pohon di jembatan pelangi roboh
menghantam segala bebal, juga angkuh

angin tiba di pusat kota, menerbangkan apa saja
kecuali kerakusan

hujan terus saja tiba di atas senk berwarna cokelat, hentakkan rindunya
bangunkan seisi rumah dari rasa nyaman

beburung terbang entah
anak kucing berlari ke kolong ranjang

sekumpulan pemuda gagal menggelar pasar
cuaca sedang buruk di kepala

seorang tua, berjalan ringkih ke tepi selokan
air sedang berwarna kopi susu

ia tumpahkan apa saja ke dalam selokan
juga isi kepalanya

di bira, isi kepala tetua itu berhamburan
hitam pekat

segala dari darat, kini berumah di laut bira

Des 2022

KLIK INI:  Mencicipi 7 Pantun dari Tri Astoto Kodarie yang Bernuansa Alam

Beringin di Jantung Kota

 

kau mengirim pesan ajakan ke kotamu. kukatakan aku selalu ingin ke kotamu. menghirup sepuas-puasnya aroma laut di pinggir jalan atau berjalan perlahan ke hutan kota, mendengar burung madu sriganti berkicau

suka benar aku pada kotamu, mungil dan membingungkan. penuh rimbunan pohon akasia dan trembesi, menyapu segala polusi.

aku pernah jua berteduh di bawah beringin tua yang tumbuh di jantung kotamu.

“masih adakah beringin tua itu,” tanyaku

kau tak menjawab

“aku ingin bernaung di sana, menikmati capucino dingin bersamamu, mendengarcerita tentang sepatumu yang dicuri anjing hitam,” lanjutku

dingin, tak ada respons. aku ke dapur, menyeduh kopi

“beringin itu telah tiada, telah berganti kantor pos polisi,” jawabmu. tiga emotikon menangis mengiringinya.

benar-benar menangiskah dirimu?

Kindang, Desember 2022

KLIK INI:  Menilik Peran Perempuan dalam Pengelolaan Sampah di Kota Makassar

Tiada Bunga

 

kemarin kau kabarkan sedang puyeng
muntah tiga kali, tenaga terampas dalam dirimu

“bagaimana kondisi pagi ini,” tanyaku

“air sungai depan rumah hampir meluap,” jawabmu

kau abaikan kondisi tubuhmu. lebih memilih memilin khawatir, banjir datang membawa bunga adenium di halaman rumahmu.

air telah berubah cokelat susu menjangkau ujung matamu

sebatang pohon tammate hanyut di sungai
mampir ke halaman rumahmu,
halaman rumahmu berubah bendungan
bunga adenium yang kau beli dari jual kelapa
terendam, hilang sudah, tiada bunga

Des 2022

KLIK INI:  'Capat' Sampah, Cara Ekopastoral Fransiskan Manggarai Tangani Sampah di Hari Bumi