Sampah Plastik, Mutiara Berharga yang Terabaikan

oleh -388 kali dilihat
Di Restoran Ini Seporsi Nasi Hanya Dibayar dengan Sampah
Ilustrasi/foto-Tribunnews.com

Klikhijau.com – Bagi sebagian orang, sampah hanya menjadi sesuatu yang tidak berguna. Tapi, untuk masyarakat yang memiliki status ekonomi rendah, sampah bisa memberi setitik harapan dalam keluarga bak mutiara.

Saat ini sampah bisa jadi mutiara jika dikelolah dengan baik, barang yang  biasa bermuara di Tempat Pemrosesan  Akhir (TPA) sampah ini, bisa menjelma solusi yang mendatangkan berkah.

Namun meski begitu, masih banyak masyarakat yang tidak tahu bahkan belum paham terkait pengelolaan sampah yang baik dan benar. Sehingga di beberapa tempat masih saja tampak kumuh karena management sampah yang belum maksimal dalam penanganannya.

Padahal, siapa pun bisa berperan dalam mengolah sampah, baik organik maupun non organik. Sampah organik misalnya, bisa diolah menjadi pupuk kompos, sedang sampah non organik bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang bernilai rupiah.

KLIK INI:  Mengapa Masih Ada Sampah Plastik di Antara Kita?

Sehingga, misi dalam menyelamatkan bumi dari pemanasan global perlahan bisa direalisasikan dengan perencanaan pengelolan sampah secara konfrehensif.

Proses pemilahan sampah pun bisa dimulai dari rumah. Sampah-sampah bisa diubah menjadi rupiah, menjadi mutiara. Masyarakat yang berkontribusi dalam pengolahan sampah akan terdaftar menjadi nasabah di Bank Sampah untuk mendapatkan buku tabungan khusus.

Mekanisme yang ada pun terbilang mudah. Masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk menabung sampah. Dimulai dari sampah yang sumbernya paling dominan, yakni sampah rumah tangga.

Sebab sampah dari rumah tangga yang paling banyak menyuplay limbah ke TPA. Menurut data dari  Unik Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Kebersihan, Pertamanan, dan Persampahan mencatat, jumlah rata-rata  yang masuk ke TPA sebanyak 30 ton dalam sehari.

Namun dalam hal ini pula, sampah rumah tanggalah yang  paling mudah diolah menjadi limbah yang bernilai rupiah. Itu jika diolah dengan baik.

Tidak semua jenis sampah

Bank Sampah hanya terfokus pada sampah non organik. Di sana, sampah akan dipilah dan ditampung sesuai jenisnya seperti kardus, kertas, plastik, kaca, kaleng dan lainnya.

Di Bulukumba misalnya, beberapa orang yang bergelut dalam pengelolaan sampah, telah mendapat manfaat dan merasakan dampaknya. Jauh sebelum Bank Sampah bekerja sama dengan Pegadaian.

Namun saat ini, Bank Sampah di Bulukumba telah bekerja sama dengan Pegadaian. Dalam proses MoU ini, ekonomi sampah diconvert dalam tabungan emas, program tersebut dinamai The Gade Gold and Clean. Namun, tabungan emas hanya menjadi bagian kecil dari dampak pemilahan sampah.

Dalam prosesnya, sampah akan ditimbang, satu kilogram sampah  non organik bernilai Rp 9.000. Kemudian untuk tabungan sampah jadi emas, 10 ribu rupiah bernilai 0,01 gram emas. Hal ini tentunya memberi motivasi untuk  nasabah agar semakin giat memilah sampah. Baca di SINI

Jika ditelisik lebih jauh, ternyata sampah bisa memberi banyak hal tidak terduga. Di mana dampak positifnya telah dirasakan betul oleh masyarakat untuk menunjang kehidupan secara berkala.

KLIK INI:  Meredam Emisi Transportasi dengan Makanan Lokal
Bantu kebutuhan pokok di dapur

Seperti yang dirasakan, Dedi (30). Pria yang bekerja sebagai operator sampah ini merasa terbantu atas terbentuknya bank sampah. Sebab sampah bisa diinvestasi.

Sampah yang diambilnya dari rumah-rumah warga tidak langsung di bawa ke TPA, melainkan dipilah dulu. Sampah non organik dikumpulkannya lalu dibawa ke bank sampah untuk ditimbang dan jumlah kiloannya ditabung.

Tabungan sampah yang ada di bank sampah, menjadi simpanannya. Jika sewaktu-waktu dia butuh menggunakan uang, proses penarikannya juga tidak sulit. Cukup menulis riwayatnya pemasukan dan pengeluaran dalam buku tabungan nasabah.

“Biasa saya ambil untuk kebutuhan hari-hari, kalau belum gajain. Biasanya saya ambil untuk beli kebutuhan dapur di rumah. Itu pun jika sudah terdesak,” ceritanya.

Bantu biaya pendidikan keluarga

Berbeda dengan Dedi. Seorang perempun bernama Sri Ayu Anggreni (30) memanfaatkan tabungan sampah untuk kebutuhan pendidikan keluarganya.

Sri merasakan sangat bersyukur atas keikutsertaannya menjadi nasabah di bank sampah. Meski merasa pekerjaanya sebagai pegawai yang selalu bergelut dengan bau dan kotornya sampah, namun dia tetap senang dan bahagia. Sebab dari tumpukan sampah yang dia kelolah, tertanam mutiara indah.

“Sesekali saya mengambil tabungan untuk keperluan rumah. Selain itu, juga untuk membantu kebutuhan biaya pendidikan keponakan yang diwisuda beberapa waktu lalu,” curhatnya sambil tersenyum.

Dia juga merasa lebih selektif dalam mengolah sampah dari rumahnya. Selain bisa memanfraatkan sampah menjadi rupiah, di rumah dia menjadi lebih bersih dan rapih. Sebab sampah yang ada rumahnya bisa diolahnya dengan baik.

“Saya bisa lebih paham cara memilah sampah. Jadi, bisa membantu menjaga kebersihan lingkungan yang dimulai dari diri sendiri,”jelasnya.

Bantu kebutuhan anak

Sedangkan bagi Aris (25thn), tabungan bank sampah bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang selalu bisa memberi solusi ketika keadaan sudah terjepit. Sebab hasil dari bekerja sebagai operator motor sampah tidak selamanya bisa cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

“Pernah tiba-tiba saya butuh uang untuk kebutuhan istri yang mau bersalin. Selain itu, kebutuhan pokok untuk anak seperti popok dan susu selalu bisa saya tutupi lewat tabungan di bank sampah,”

Dari pengalaman nasabah yang menjadi penerima manfaat pemilahan sampah, seharusnya bisa memotivasi lebih banyak orang. Bahwa untuk menyelamatkn bumi dari kerusakan alam bisa dimulai dari diri sendiri. Sehingga habluminal alam bisa terjalin dengan baik dan saling memanfaatkan.

KLIK INI:  Konflik Manusia dengan Satwa Liar Kian Meningkat di Tangan Krisis Iklim