Sampah merupakan bagian kehidupan. Dengan adanya sampah maka mengindikasikan adanya kehidupan, apabila tidak ada sampah tentu tak ada kehidupan.
Setiap yang hidup pasti menghasilkan sampah. Bisa dilihat dari hewan yang mengeluarkan kotoran. Manusia pun juga menghasilkan sampah.
Namun yang menjadi ironi tatkala manusia membuang sampah sembarangan. Salah satunya adalah mahasiswa.
Mahasiswa sebagai seorang yang terdidik sejatinya tak pantas membuang sampah sembarangan. Mahasiswa harusnya memiliki kepekaan lingkungan yang tinggi dan kesadaran untuk kebaikan dari hal kecil.
Mahasiswa sebagai seorang terdidik tentulah memahami beberapa aspek dalam proses pendidikan. Dalam hal kognitif, aspek yang berkaitan dengan pengetahuan.
Mahasiswa tentu mengetahui bahwa membuang sampah sembarangan itu dilarang dan banyak hal negatifnya seperti mengganggu kenyamanan, dan menimbulkan penyakit.
Kedua aspek lainnya yaitu psikomotorik dan afektif. Dengan posisi mahasiswa sebagai orang yang terpelajar tentulah memahami hal ini.
Sampah dan mahasiswa
Korelasi dengan sampah dan aspek ini yaitu setelah adanya pemahaman dari aspek kognitif bahwa membuang sampah sembarangan itu banyak dampak negatifnya.
Maka selayaknya timbul sikap, tindakan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Ketika sampah berserakan dan bertebaran di lingkungan belajar, tentu akan membuat tak nyaman untuk belajar.
Pemandangan yang indah pun seolah menjadi pesawat yang hancur berpuing-puing. Membahas sampah tentulah tak ada habisnya.
Negara Indonesia sebagaimana data dari Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai 187,2 juta ton. Setelah negara Cina yang mencapai 262,9 juta ton sampah. (CNN Indonesia, 23 Februari 2016).
Tak hanya itu, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian LHK Sudirman mengatakan total sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. (Tempo, 21 Februari 2016).
Seandainya ada kejuaraan penghasil sampah dunia tentu Indonesia akan memperoleh penghargaan. Namun hal itu tak ada, bahkan keadaan ini bukan menjadikan sebuah penghargaan tetapi memperburuk citra Indonesia.
Pemerintah sebenarnya tidak tinggal diam. Ada banyak aturan yang berkaitan dengan sampah.
Dari larangan membuang sampah sembarangan bahkan dengan adanya aturan pemberian sanksi atau denda bagi pembuang sampah sembarangan. Tidak jauh beda dengan dunia kampus.
Slogan-slogan larangan membuang sampah juga bertebaran. Selain itu perintah untuk menjaga kebersihan juga sudah dijelaskan.
Dalam agama pun dinyatakan bahwa menjaga kebersihan adalah sebagian dari Iman.
Namun slogan-slogan tersebut hanya dipandang seolah hiasan saja. Kepedulian terhadap lingkungan seolah terabaikan. Masih ada saja sampah yang dibuang tidak pada tempatnya oleh mahasiswa.
Dari sampah yang dibiarkan berserakan dalam kelas maupun di lingkungan sekitar kampus.
Buang sampah sembarangan seolah telah tertanam sejak dini. Mulai dari melihat orang tua yang membuang sampah di sungai atau secara sembarangan tidak pada tempatnya.
Lingkungan bersih tanggungjawab bersama
Untuk merubah perilaku menuju hal yang baik memang tak mudah, namun bisa dilakukan.
Lingkungan kampus tak hanya dihuni oleh mahasiswa tentu ada dosen, staf kampus dan petugas kebersihan.
Namun apakah pantas kebersihan hanya di lakukan oleh petugas kebersihan?
Tentu kita sebagai mahasiswa juga turut andil dalam menjaga kebersihan di lingkungan kampus. Bukanlah menambah kotor kampus.
Iya memang tak sepantasnya menyalahkan mahasiswa saja dalam hal menjaga kebersihan kampus.
Dalam hal ini perlu adanya kesinergian antara berbagai elemen dalam kampus mulai dari rektor, dosen, staf-staf dan mahasiswa.
Perlu adanya sinergi dan terintegrasi untuk mewujudkan lingkungan kampus yang bersih, sehat dan nyaman.
Sampah sebenarnya juga dapat diambil manfaatnya. Tak semua hal yang berkaitan dengan sampah itu negatif.
Salah satunya bahwa sampah dapat diolah jadi hal yang bermanfaat. Mahasiswa harus memiliki jiwa “Green Attitude” adalah sebuah perubahan mindset suntuk menjadi seorang Agent of Change.
Green attitude berarti Ibarat tanaman hidup jika disiram dan dipupuk maka akan tumbuh, berkembang, menjalar dan memberikan kesegaran bagi lingkungan sekitarnya, (Sugiharto, 2012:37).
Dalam hal ini mahasiswa dapat menunjukkan sebagai agen perubahan dengan memanfaatkan sampah.
Mahasiswa membuat sampah jadi bernilai dan berharga seperti membuat kerajinan tangan dari botol bekas atau pupuk organik.
Selain dapat mewujudkan lingkungan yang bersih juga memberi manfaat bagi diri dan sesama.
Lalu sampai kapankah masih buang sampah sembarangan, padahal jelas menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman? (*)
Penulis:
Eko Nur Wibowo adalah Mahasiswa IAIN Surakarta. Alumni Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan (II) Ahmad Syafii Maarif. Founder Komunitas Omah Karya Indonesia. Penulis bisa dihubungi via email ekonurw8@gmail.com.