Rumput Mutiara, dari Antioksidan Alami hingga Penghambat Pertumbuhan Mikroba pada Unggas

oleh -18,327 kali dilihat
Rumput Mutiara, dari Antioksidan Alami Hingga Penghambat Pertumbuhan Mikroba pada Unggas
Rumput mutiara - Foto/derap.id

Klikhijau.com – Rumput mutiara, mungkin saja pernah Anda jumpai di pekarangan rumah, di pinggir jalan atau disemak? Ternyata di balik hidupnya yang kelihatan serampangan itu, rumput liar ini menyimpan segudang manfaat.

Sinonim dari Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam. ) adalah Oldenlandia corymbosa, Linn. Tumbuhan ini juga memiliki beberapa nama daerah, di antaranya adalah Shui xian cao (China), lidah ular, bunga telor belungkas (Indonesia), rumput siku-siku, daun mutiara, rumput mutiara (Jakarta), pucuk pulung (Kalimantan Barat), katepan, urek–urek polo (Jawa), dan Pengka (Makasar) (Sudewo, 2004).

Klasifikasi Rumput Mutiara

Klasifikasi tumbuhan rumput mutiara adalah sebagai berikut (DepKes BPPK 1999): kingdom Plantae, subkingdom Tracheobiont a, superdivisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Rubiales, famili Rubiaceae, genus Oldenlandia L, spesies Oldenlandia corymbosa L. atau Hedyotis corymbosa L.

Morfologi Rumput Mutiara

Rumput mutiara merupakan rumput yang tumbuh rindang berserak, berupa semak, batang tegak, berbulu, warna hijau kemerahan, agak lemah, tinggi 15 – 50 cm, tumbuh subur pada tanah lembab di pinggir jalan, pinggir selokan, batang bersegi dan mempunyai banyak percabangan.

KLIK INI:  Lalat Buah, Sang Penyerang Buah dan 5 Fakta Menarik Tentangnya

Daun tunggal berhadapan bersilang, tangkai daun pendek/hampir duduk, berbentuk lanset, daun berwarna hijau, panjang daun 2 – 5 cm, ujung runcing, tulang daun satu di tengah dan ujung daun mempunyai rambut yang pendek.

Bunga tunggal ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti payung berwarna putih (corong), berupa bunga majemuk 2-5, terdapat di ketiak daun, kelopak hijau kemerahan, tangkai bunga (induk) keras seperti kawat, panjangnya 5-10 mm.

Buahnya kotak dan warna cokelat sedangkan bijinya bulat dan berwarna cokelat. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah seluruh bagian tumbuhan, baik dalam keadaan segar maupun yang dikeringkan (Kusuma FR, Zaky BM 2005).

Sifat kimiawi dan efek farmakologis dari rumput mutiara adalah memiliki rasa manis, tawar, sedikit pahit, lembut, netral, agak dingin atau sejuk (Dalimartha, 2005 dan Kusuma, Zaky 2005).

KLIK INI:  Karena Kecantikannya Caridina Diburu dan Terancam Punah
Kandungan Rumput Mutiara

Menurut Wijaya (2004) dan Soenanto, Kuncoro (2005), kandungan kimia yang terkandung dalam rumput mutiara adalah hentriakontan, stigmasterol, asam ursolat, asam oleanolat, Beta-sitosterol, sitosterol-D – glukosida, p-asam kumarat, flavonoid glikosida, baihuasheshecaosu (kemungkinan analog kumarin), iridoid glikosida, alizarin, krorogenin, dan ikatan antragalol.

Khasiat yang dimilikinya adalah sebagai antiradang (anti-inflamasi), diuretik, menyembuhkan bisul (anti karbunkular). Juga dapat menghilangkan panas (demam), antitoksin, mengaktifkan sirkulasi darah dan memperlancar sumbatan sperma (Kusuma, Zaky 2005).

Tumbuhan ini juga dapat meningkatkan daya fagositosis sel darah putih dan imunitas hormonal (Dalimartha, 2005). Juga dapat mengobati berbagai penyakit seperti radang kandung empedu, hepatitis, kanker (payudara, limpa, usus besar, serviks, rektum, lambung, nasofaring dan fibrosarkoma).

Mengobati tekanan darah tinggi, tonsilis, bronchitis, gondongan, pneumonia, radang usus buntu, radang panggul, infeksi saluran kemih, bisul, dan borok (Permadi, 2006), termasuk untuk batu ginjal, radang ginjal dan infeksi ginjal (Soenanto, Kuncoro 2005).

Daunnya yang segar juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati luka luar seperti memar, pyodermi, gigitan ular, tersiram air panas, tulang patah, terkilir, yaitu dengan cara melumatkan herba segar lalu dibubuhkan pada tempat yang sakit.

KLIK INI:  Kenalkan Kedih, Si Rambut Kelabu Tua Keperakan yang Lucu
Obat Antikanker

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) telah banyak dimanfaatkan pengobatan beragam penyakit kanker. Senyawa asam oleanolat dan asam ursolat yang dikandungnya dapat mencegah perkembangan pembelahan sel kanker ke tahap yang lebih ganas.

Menurut Peneliti Badan Litbang Pertanian, Nurlaini Bermawie, rumput yang tumbuh dengan tinggi bervariasi antara 15-50 cm tersebut  digunakan untuk menyembuhkan kanker limfosarcoma,lambung, nasophar, cervix, payudara, rectum dan fibrosarcoma.

Selain itu, rumput yang tumbuh subur di tempat lembab seperti di pinggir sungai dan selokan itu juga digunakan mengobati radang usus buntu, bronchitis, gondongan hingga hepatitis.

Pemakaian takaran tinggi, menyebabkan penurunan sel darah putih ringan, dan akan kembali normal setelah 3-5 hari obat dihentikan. Pemakaian aman yang dianjurkan adalah 15-60 gram, rebus dengan 4 gelas air hingga airnya tersisa 2 gelas rebusan atau sekali konsumsi.

Selain dimakan segar, direbus atau digodok, rumput mutiara sudah mulai diekstrak dan dikonsumsi dalam bentuk kapsul.

KLIK INI:  Jangan Dicabut Dulu, 9 Rumput Liar Ini Berkhasiat Obat Hingga Imunitas

Dalam sebuat artikel Farmasi UGM, Anan (2000) melaporkan bahwa ekstrak heksana rumput mutiara memiliki nilai ED50 sebesar 30μg/mL, sedangkan ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol memiliki nilai ED50 lebih besar dari 30μg/mL.

Menurut Sadasivan et al. (2006), kerja dari senyawa ini adalah dengan memblok perkembangan siklus sel pada fase G1 yang ditandai dengan penurunan ekspresi protein cyclin D1, D2, dan E dan partner aktif mereka seperti CDK2, 4, dan 6 dengan menginduksi p21/WAF1.

Penelitian yang dilakukan oleh Asyhar (2009) menggunakan ekstrak etanolik rumput mutiara, menunjukkan hasil pengamatan kualitatif menggunakan metode imunohistokimia terhadap ekspresi protein N-ras diketahui bahwa senyawa di dalam ekstrak etanolik mampu meningkatkan pemacuan ekspresi N-ras sel normal sehingga mempunyai prospek sebagai hepatoprotektor.

Kandungan glikosida flavonoid pada rumput mutiara diduga mampu menghambat proses karsinogenesis baik secara in vitro maupun in vivo.

Penghambatan terjadi pada tahap inisiasi, promosi maupun progresi melalui mekanisme molekuler antara lain inaktivasi senyawa karsinogen, antiproliferatif, penghambatan angiogenesis, cell cycle arrest, induksi apoptosis dan antioksidan (Ren et al., 2003).

KLIK INI:  Berakar Kokoh, Hanjuang Kemoceng Hijau Berpotensi Jadi Pencegah Longsor

Sebagian besar senyawa karsinogean seperti Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) memerlukan aktivasi oleh enzim sitokrom P450 membentuk intermediet yang reaktif sebelum berikatan dengan DNA.

Ikatan kovalen antara DNA dengan senyawa karsinogen aktif menyebabkan kerusakan DNA. Flavonoid dalam proses ini berperan sebagai blocking agent (Watternberg, 1985). Pengeblokan aksi karsinogen dapat melalui beberapa mekanisme antara lain melalui menginhibisi aktivitas isoenzim sitokrom P450 yaitu CYP1A1 dan CYP1A2 sehingga senyawa karsinogen tidak reaktif. Mekanisme yang lain melalui detoksifikasi karsinogen.

Flavonoid juga meningkatkan ekspresi enzim Gluthation S-Transferase (GST) yang dapat mendetoksifikasi karsinogen aktif sehingga menjadi lebih polar dan dieliminasi dari tubuh. Mekanisme yang lain melalui pengikatan karsinogen aktif oleh flavonoid sehingga dapat mencegah ikatan dengan DNA, RNA atau protein target (Ren et al., 2003).

Penghambat Pertumbuhan Mikroba

Dalam penelitian yang dilakukan Nurhayati, Latief, dan Handoko (2006) yang bertajuk Uji Antimikroba Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa) terhadap Bakteri dan Jamur Penyebab Penyakit pada Ternak Unggas, rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak unggas, yaitu bakteri Salmonella sp dan E. coli, tetapi tidak memperlihatkan aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans.

Ternyata Rumput Mutiara mempunyai segudang khasiat bagi kesehatan ya, Sahabat Hijau. Mari terus mengeksplor dan mencari wawasan terkait manfaat tumbuhan yang ada di sekitar kita! Semoga bermanfaat.

KLIK INI:  Daun Patikan Kebo, Tumbuhan Liar yang Manfaatnya Jangan Disepelekan