Richard Mathews Berbagi Kisah tentang Australia yang Puluhan Tahun Melawan Sampah

oleh -236 kali dilihat
cerita richard mathews
Richard Mathews. Foto: Austalia-Indonesia Centre.
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Richard Mathews berbagi cerita betapa perjuangan melawan sampah plastik, bukanlah hal mudah. Konsul Jenderal Australia di Makassar itu mengakui, Australia sudah memulai sejak 50 tahun lalu untuk mengurangi sampah. Namun, hingga saat ini Australia belum sepenuhnya terbebas dari beban sampah.

Hal itu diceritakan Richard Mathews saat jadi narasumber di talkshow “kemitraan menjaga bumi” di Mall Phipo Makassar, Kamis 6 Februari 2020.

“Saya masih ingat di tahun 1970, waktu itu saya masih di SMA, masyarakat Australia terbiasa buang sampah di mana-mana. Waktu itu pemerintah daerah dan pemerintah federal mulai bekerja sama untuk mendidik masyarakat tentang bahayanya membuang sampah semena-mena,” kata Richard.

Salah satu kampanye peningkatan kesadaran pertama di Australia tentang sampah diadakan di tahun 1970. Kampanye ini sangat terkenal. Memperlihatkan seorang bocah berpuisi tentang keindahan negaranya, ketika sampah dibuang di kakinya oleh pengendara mobil yang berlalu.

“Sebuah kampanye anti-sampah yang sangat mengharukan,” kata Richard mengenang.

KLIK INI:  Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Jepang tentang Kebersihan?
Cerita Richard Mathews

Di tahun 1990 ada seorang pemimpin masyarakat yang bernama Ian Kiernan yang mengadakan Clean Up Australia Day yang pertama kali. Sejak itu, semakin banyak orang ikut dalam kampanye melawan sampah ini.

“Di sekolah-sekolah kami, guru-guru terus meningkatkan kesadaran anak-anak. Kemudian, anak-anak sepulang dari sekolah akan menegur orang tuanya kalau mereka membuang sampah semena-mena. Para pengusaha kecil dan menengah juga ikut dalam kampanye ini,” cerita Richard.

Setiap tahun ada kampanye Keep Australia Beautiful Week juga, lanjut Richard Mathews. Begitu juga di setiap kota, desa dan sekolah mempunyai program dan kampanye sendiri. Semua dilakukan untuk meningkatkan kesadaran anak-anak dan masyarakat untuk jangan buang sampah sembarangan.

“Upaya peningkatan kesadaran seperti ini tidak pernah habis,” ungkapnya.

Richard Mathews bercerita, tahun lalu misalnya, sebuah film dokumenter menjadi viral di Australia yang berjudul War on Waste – perang melawan sampah.

KLIK INI:  Tolong, Jangan Panggil Saya "Kamu Bau!"

Film dokumenter itu berusaha meyakinkan masyarakat dan bisnis UKM tidak lagi pakai plastik sekali pakai. Seperti pipet plastik, atau keresek. Faktanya, kata Richard, di Australia masih banyak masyarakat yang ogah menghentikan pakai keresek.

“Film dokumenter War on Waste merangsang masyarakat untuk mengadakan perang melawan sampah di dalam desanya sendiri, di sekolah dan kampusnya sendiri. Juga film ini menganjurkan supaya kita menghayati prinsip tiga R: reduce, reuse, recycle (kurangi, gunakan kembali dan daur ulang),” kata Richard.

Kontribusi Australia di Indonesia

Richard Mathews mengapresiasi semakin banyaknya praktik cerdas di Indonesia yang mencoba melakukan aksi daur ulang dan gerakan gaya hidup ramah lingkungan. Australia berkomitmen mengambil bagian dalam menyokong beberapa proyek pengolahan sampah melalui Development Assistance Program, atau DAP.

“Misalnya, di Barru kami bantu sebuah LSM yang bekerja di desa-desa untuk membuat dan sosialisasikan penggunaan sistem pirolisis untuk mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar solar atau minyak tanah,” kata Richard Mathews.

Pihaknya juga membantu sebuah yayasan di Bulukumba yang bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk mengolah limbah kayu dan kelapa menjadi barang berguna seperti cangkir, teko dan hiasan untuk para wisatawan.

KLIK INI:  Gadis Manis Ini Ubah Kantong Kresek Bekas jadi Tas Cantik

Di Sulawesi Utara, Konsul Jenderal Australia juga membantu sebuah yayasan di daerah pariwisata yang mendirikan bank sampah. Tujuannya untuk mengurangi limbah plastik masuk ke laut.

“Di Ternate kami juga membantu seorang dosen Universitas Khairun dan masyarakat desa untuk menggunakan kacang pohon campilong untuk produksi minyak tanah dan solar secara alamiah. Dengan begitu orang desa tidak perlu mengimpor bahan bakar itu yang mahal karena ongkos kirimnya tinggi,” tuturnya.

Pada tahun 2019, ada Australia Awards Indonesia yang menyelenggarakan dua kursus singkat yang fokusnya menyangkut masalah pencemaran laut, pengelolaan limbah dan energi terbarukan. Salah satu kursus singkat berjudul: Penanganan Polusi Laut Melalui Daur Ulang; yang lainnya Teknologi Energi Terbarukan di Indonesia Timur.

“Tahun ini, pada paruh kedua 2020, Australia Awards Indonesia akan menjalankan kursus singkat Waste to Energy. Kursus ini menawarkan kesempatan kepada 25 orang praktisi di sektor ini untuk mempelajari cara pengelolaan sampah menjadi energi di Australia,” katanya.

Kursus tersebut, kata Richard sangat kompetitif, maka yang terseleksi nantinya adalah peserta dari Indonesia yang sangat antusias dan terkualifikasi.

***

Cerita Richard Mathews menegaskan tentang gerakan melawan sampah yang sekali lagi memerlukan nafas panjang. Juga kolaborasi dan aksi-aksi massif yang dilakukan secara terus-menerus.

KLIK INI:  Demi Lingkungan, Dua Sejoli Ini Enggan Naik Pesawat Saat Bepergian