Rebung, Bahan Makanan Potensial yang Belum Dilirik

oleh -728 kali dilihat
Rebung, Bahan Makanan Potensial yang Belum Dilirik
Rebun - Foto/May Hokkaido - Pixabay
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com –  Dalam rumpun bambu, ada satu bagian yang potensial jadi bahan makanan, yakni rebung.

Rebung adalah tunas bambu yang masih mudah. Tunas yang muda inilah yang memiliki  daya tarik diolah menjadi makanan, khususnya sayur.

Rebung tidak terlalu populer di kota, karena itu ada yang menganggap jenis makanan ini adalah makanan orang kampung. Dan itu tidak salah.

Di sebuah pagi yang masih menyisa rintik hujan. Ayah saya sedang sarapan. Ia berniat ke kebun. Melihatnya sarapan, saya juga ikut. Saya berniat ikut pula ke kebun.

Ketika saya sedang bersiap-siap. Ibu saya datang, “ambil lebong,” pintanya. Rebung memiliki nama lain di kampung saya, yakni lebong—yang bisa diartikan sebagai tumbuhan yang masih mudah.

Lebong, khususnya di kampung saya, Bulukumba hanya bisa ditemukan saat musim hujan. Pada saat itulah, bambu akan berkembang biak.

KLIK INI:  Rutin Konsumsi Kacang Mete, Bisa Peroleh Sejuta Manfaat Ini
Pertumbuhan rebun

Namun, ada juga daerah yang bisa memanen rebung sepanjang tahun, salah satunya Kabupaten Demak dan Kabupaten Wonosobo.

Di dua Kabupaten yang terletak di Jawa Tengah itu, menurut Asmanah Widiarti (2013)  bisa memanen rebung sepanjang tahun. Tanpa harus menunggu musim hujan tiba seperti di kampung saya.

Ada dua jenis bambu yang dibudidayakan secara tumpangsari masyarakat di dua kabupaten tersebut,  yaitu jenis ampel gading (Bambusa vulgaris Shrader ex var. striata) dan jenis ampel ijo (B. vulgaris Shrader ex var. vitata).

Kedua jenis bambu memiliki keistimewaan dibandingkan dengan jenis bambu lainnya karena tumbuhnya lebong tidak tergantung musim, sehingga bisa dipanen setiap waktu.

Hanya saja, meskipun budidaya bambu telah berlangsung puluhan tahun, sistem usahatani masih dilakukan secara tradisional sehingga produksinya relatif  rendah (Asmanah Widiarti, 2013)

KLIK INI:  Dorong Pelestarian Bambu, KEHATI dan CIMB Niaga Sasar Pesantren di Banten

Lebong atau tunas muda bambu sebenarnya boleh dikata makanan leluhur. Hanya saja pemanfaatannya masih sebatas sebagai sayuran. Padahal bisa diolah lebih dari itu, semisal menjadi lumpia.

Tidak hanya itu, Andri Taruna Rachmadi (2011) mengungkapkan jika rebung  bisa dibuat tepung modifikasi dengan fermentasi. Hal ini dilakukan dengan dua cara, yaitu fermentasi spontan dan fermentasi menggunakan stater.

Namun untuk menjadi tepung tidaklah mudah, karena lebong memiliki kadar air yang tinggi. Sedangkan kandungan karbohidratnya rendah hanya 5,2 g/100 g.

Tantangan lainnya, rebung memiliki kandungan serat yang tinggi. Hal ini  menyulitkan untuk dibuat tepung secara langsung.

Karenanya, untuk mendapatkan tepung dari tunas bambu muda ini,  diperlukan  pengolahan tepung rebung dengan memodifikasi lebong secara fermentasi menggunakan mikrobia BAL (Bakteri Asam Laktat) yang diharapkan mampu mendegradasi serat terutama selulosa dan pektin yang terdapat pada rebung.

KLIK INI:  Katirisala, Kue Khas Bugis dengan Makna Filosofis Perihal Pernikahan

Mikroba yang tumbuh menghasilkan enzim pektinolitik dan sellulolitik dapat menghancurkan dinding sel rebung, sehingga terjadi liberasi granula pati. Mikroba tersebut juga menghasilkan enzim – enzim yang menghidrolisis pati menjadi gula dan selanjutnya mengubahnya menjadi asam-asam organik, terutama asam laktat.

Hal ini akan menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut Andri Taruna Rachmadi, (2011).

Potensi dan manfaatnya

Para orang tua dulu memanfaatkan lebong sebagai bahan makanan  bukan tanpa alasan, selain rasanya yang lezat, juga kaya serat dan nutrisi. Rebung mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C serta mineral seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium.

Tidak berhenti di situ saja, lebong rupanya  berkhasiat sebagai obat karena  memiliki kadar kalium sebesar 553 mg per 100 gram. Itu artinya rebung dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Meski kaya manfaat, rebung masih dikonsumsi terbatas oleh masyarakat Indonesia. Padahal potensi rebung cukup banyak. Bukan hanya di dua kabupaten yang disebutkan di atas (Kabupaten Demak dan Wonosobo) tapi juga di daerah lain, termasuk Sulawesi dan Kalimantan.

KLIK INI:  Merawat Asa Kampoeng Bambu Toddopulia di Masa Pandemi

Di Kalimantan Selatan, potensi tanaman bambu sebagai penghasil rebung cukup luas yang mencakup wilayah  Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang tersebar di beberapa kecamatan, di antaranya  Kecamatan Padang Batung, Kecamatan Loksado, sebagian Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Angkinang dengan Lokasi di desa Halanuk, Panggungan, Hulu banyu, Malinau, Tumingki, Lumpangi, Ulang dan Loksado. Luas luas areal seluruhnya diperkirakan mencapai 2.158 Ha dengan potensi 6 juta batang pertahun.

Jika di Indonesia rebung belum dilirik sebagai makanan potensial. Beda dengan Negeri Tirai Bambu, China. Bagi orang Cina rebung merupakan komoditi penting karena menjadi salah satu menu pokok harian. Dalam setahun China mengonsumsi rebung 1,3 juta ton/tahun. Sementara konsumsi lebong Maydi seluruh dunia sekitar dua juta ton/tahun

China tidak hanya menjadikan lebong  sebagai makanan harian. Namun, juga memanfaatkannya sebagai komoditi ekspor. Pada  tahun 2011 volume ekspor rebung kalengan dari Cina menempati posisi teratas, yakni sebanyak 143.000 ton, disusul Thailand 68.000 ton. Di posisi ketiga menyusul Taiwan dengan 18.500 ton.

Sementara di Indonesia, semoga ke depannya, rebung mampu berbicara banyak sebagai bahan makanan yang yang patut diandalkan.

KLIK INI:  Turunkan Berat Badan dengan Makan Kentang, Begini Panduannya!